part. 14

339 48 13
                                    

_
_
_

Jimin menahan diri menghabiskan malam di rumahnya, seolah tak ada
yang mengganggu fikiran nya, karena dia tau dia sedang di awasi.

menelpon Jungkook yang
masih mendampingi Yoongi.

Malam itu Yoongi harus tidur dengan mata yang masih di perban, menunggu besok sore baru dibuka
dan baru akan tau hasilnya.

Jimin meminta Jungkook memberikan Hp pada Yoongi.

"Ya.." terdengar suara Yoongi di ujung telephon.

"Semua berjalan lancar" ucap Jimin begitu berbicara dengan Yoongi.

"Makasih" lanjut Jimin dengan suara berat, karna terharu dengan Yoongi
yang akhirnya setuju untuk di operasi.

"Terima kasih untuk apa ?"
Jawab Yoongi.

Jimin tak menjawab, tapi Yoongi mendengar Jimin sedang menahan suara tangisnya.

"Gimana kalau tidak berhasil" ucap Yoongi khawatir.

"Harus berhasil" jawab Jimin yang tanpa sadar meninggikan suara nya.

Dan sikap Jimin itu memberikan beban pada Yoongi yang memang
selalu pesimis dengan
kesembuhannya.

"Jimina, apa kamu akan kecewa jika operasi ini tidak berhasil ?"

"Iya, sangat kecewa dan marah. Makanya berhenti berfikir kalau ini akan gagal" jawab Jimin tegas.

Yoongi menghela nafas dalam. Perasaan yang tak dia fahami, entah kenapa dia sangat khawatir akan
mengecewakan Jimin.

Sedangkan Jimin terlalu berharap pada operasi itu, entah apa alasannya, Yoongi tak begitu paham walaupun Jimin selalu berdalih demi menjaga perusahaan.

Jimin mencari cara untuk mendatangi Yoongi esok sorenya.

Perjuangan untuk berhasil dari rintangan para anak buah Namjoon yang terus
mengawasinya.

Dokter dan Yoongi menunggu kedatangan
Jimin, untuk membuka perban mata Yoongi, karna Yoongi bersikeras harus menunggu Jimin dulu.

Orang yang ditunggu akhir nya datang.

Jimin dan Jungkook masuk ruangan bergabung bersama Yoongi dan team
dokter.

Dokter perlahan membuka perban yang menutupi mata Yoongi.

Jimin tidak sabar Ingin segera tau hasilnya, dokter yang menarik perban
itu perlahan dirasa terlalu lama oleh Jimin.

"Apa gak bisa lebih cepat dok?" Sela Jimin.

Suara Jimin yang mendesak itu membuat jantung Yoongi tak karuan, dia sangat
khawatir tidak akan berhasil dan Jimin pasti sangat kecewa.

Sampai lah di lapisan perban yang terakhir, lalu kapas penutup mata.

"Buka mata pelan-pelan, rileks dan jangan di paksakan" perintah dokter
pada Yoongi.

Yoongi mengikutinya, mata nya akhirnya terbuka dan mengedip beberapa kali,
tapi Yoongi tak bereaksi atau mengatakan apa pun.

Bahkan Yoongi terlihat bengong, sampai tak merespon suara dokter
yang bertanya padanya

Jimin yang tak sabaran menangkup ke dua bahu Yoongi.

"Apa kamu bisa melihat ku ?"

Yoongi diam saja.
Jimin menanyainya berkali - kali bahkan sampai berteriak mengguncangkan
tubuh Yoongi.

Jungkook dan dokter menarik Jimin karena reaksinya yang berlebihan.

Suasanya ruangan itu berubah mencekam.
Jungkook memengang Jimin agar dia tak histeris lagi.

Dokter mendekati Yoongi, mengangkat sebuah benda ke depan mata Yoongi
dan menyakan apakah Yoongi dapat melihatnya, atau setidaknya melihat
bayangan siluet benda tersebut.

Yoongi tertekan, dia lebih fokus pada reaksi Jimin, karna baginya saat ini
hanya gelap, tak dapat melihat apa pun.

cukup lama diam, akhirnya Yoongi menggelengkan kepalanya.

Jimin makin putus asa dan sangat emosi. Mendorong Jungkook dan mencengkram
kerah baju dokter.

"anda bilang ini akan berhasil, kenapa dia tetap tak bisa melihat. kenapaaa ,
hahhh???" teriak Jimin.

Lalu mendorong dokter itu,

"arrrrkkkķkkk" teriak Jimin sambil membanting pintu dan meninggalkan tempat itu.

Reaksi Jimin ternyata jauh lebih dramatis dari yang di bayangkan Yoongi

Semua orang yang ada di dalam ruangan itu hanya terdiam dah shock melihat Jimin.

Jimin kembali ke mobil dan mengendarai mobilnya dengan kencang.

Kacau, emosi, bingung. Jimin berteriak dan menangis sendiri dalam mobil yang melaju kencang.

"Kenapa tak ada yang berjalan lancar. kenapaaaa ???"

"Kenapa aku harus terlahir dalam keluarga Min yang bodoh ini. KENAPA ???"
Umpat Jimin.

Sesampai di depan rumah, Jimin melihat Taehyung berdiri didepan pintu masuk rumahnya.

Taehyung makin khawatir melihat wajah Jimin yang terlihat kacau, bahkan seperti sedang menangis.

Jimin tertegun melihat Taehyung. Sungguh saat ini adalah waktu yang tidak tepat bertemu dia. Karna melihat wajah Taehyung hanya menambah bensin
pada emosi Jimin yang sedang menyala.

"Aku melihat mu terburu - buru tadi di lobby. Aku menelpone mu berkali-kali,
tapi tak pernah diangkat. Ada apa ?" tanya Taehyung.

Jimin melewati Taehyung dan mengabaikannya.

Taehyung meraih tangan Jimin. "Jimina, ada apa ?. kenapa menangis ?". Tanya Taehyung khawatir.

Jimin menepis tangan Taehyung kuat. "Pergilah, aku takut tak bisa mengontrol emosi ku." tegas Jimin.

"aku benar-benar khawatir.
Ada apa ?" desak Taehyung

"aku sangat muak melihat wajah mu. Ada banyak tempat di dunia ini, tak
bisakah kamu pergi jauh ketempat yang tak bisa ku lihat". teriak Jimin
sangat emosi.

Jimin masuk kedalam rumah dan membanting pintu dengan sangat keras.

Taehyung mematung di depan pintu. Serangan panik Jimin yang sangat dia pahami.

Dari dalam terdengar suara teriakan Jimin dan suara barang-barang perabotan rumah yang di banting.

Hati Taehyung hancur melihat Jimin yang ternyata tidak baik-baik saja seperti
yang dia tunjukkan selama ini.

Taehyung memberanikan diri membuka pintu dan masuk.

Mendapati Jimin bersandar di lantai dan ruangan yang berantakan.

Wajah nya sangat kacau dan putus asa, air mata terus mengalir di pipi nya.

Taehyung mendekati Jimin, ikut bersimpuh di lantai.
"ada apa ?, kenapa kamu kayak gini ?" bisik Taehyung yang ikut menangis melihat
keadaan Jimin.

"Aku adalah pecundang yang paling payah di dunia ini. Pengakuan appa ku,atau
mempertahankan dan menjaga peninggalan nya, bahkan mempertahan cinta mu. Tak ada yang bisa ku lakukan dengan benar" Jawab Jimin putus asa.

Suara lembut Jimin yang selalu Taehyung rindukan. Ucapan Jimin membuat Tae
kembali jatuh kedalam rasa bersalah karena teramat menyakiti Jimin.

Tubuh Taehyung bergerak dengan sendirinya mencium Jimin. Jimin terlena, sesaat otaknya seperti tak berfungsi.

- to be continued -

Blind Suspicion || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang