part. 23

367 64 9
                                    

_
_
_

Melihat reaksi Jimin membuat Yoongi makin penasaran dengan teka-teki yang ingin dia pecahkan.

Jimin mendorong Yoongi.
"Saya permisi" ucapnya dan berjalan meninggalkan ruangan itu.

Yoongi yang masih belum puas kembali menarik tangan Jimin sehingga Jimin menghentikan langkahnya.
"Apa kamu gak penasaran sejak kapan aku bisa melihat". Tanya Yoongi

Jimin menggelengkan kepala. "enggak, aku tidak tertarik dengan kehidupan pribadi mu, Direktur Min Yoongi" jawab Jimin datar.

Jantung Yoongi serasa akan
meledak karena emosi dengan sikap Jimin. "aku melihat kebohongan mu,
dan itu membuat ku menyesal operasi itu berhasil" Jelas Yoongi dengan suara berat menahan emosi.

Jimin menyeringai, senyum provokasi yang menjengkel kan. "Kebohongan yang mana ?, ada banyak kebohongan yang ku main kan sampai operasi mu dengan aman bisa di lakukan. Kebohongan ku yang mana yang kamu lihat Min Yoongi ssi ?" Jawab Jimin.

"Apa kamu lihat kebohonganku yang berusaha berbicara pelan
pada mu padahal aku sedang meringis menahan sakit karna habis dipukuli ?. hahh??. Kebohongan yang mana ?" ucapan Jimin dengan nada yang makin tinggi.

"Di pukuli ?.. ss .. siapa yang ..."

"Kamu gak perlu tau. Lepaskan aku" sela Jimin emosi.

Terlalu emosi dan lelah berfikir hari ini. Jimin berbicara dan tak dapat mengontrol air matanya.

"Kamu mungkin gak tau sekacau dan se kecewa apa aku karna operasi mu gagal. Kamu gak tau seberat apa
aku berfikir harus bagaimana dengan perusahaan ini selama 2 bulan ini. Tapi ternyata kamu membohongi ku seperti ini....Selama ini."

"aku menyesal telah ikut memikirkan semua yang harusnya bukan tanggung
jawab ku, aku menyesal karna terlalu naif memikir kan mu"

"Aku....."

Jimin menghentikan perkataan nya, tersadar kalau dia tak perlu mengucapkan apapun yang ada di hatinya. menarik tangannya dari pegangan
Yoongi dan pergi keluar ruangan itu. Meninggalkan Yoongi dengan wajah bingung, tak faham dengan semua yang dikatakan Jimin.

Didepan pintu, bertemu dengan Jin yang hendak menemui Yoongi.

"Nanti malam akan saya antar ke Villa, sepertinya sekarang saya tak bisa
mendapingi Direktur karna harus menyiapkan itu" Jelas Jimin pada Jin.

"Baik. Terimakasih Manager Park" Jawab Jin dengan ramah.

Jin bertemu dengan Yoongi.
"aku bertemu dengan GM, dia bilang akan mengantar mu ke Villa nanti malam,
sekarang dia sedang mengurusnya" Jelas Jin.

"Hyeong, apa dia menangis?". Tanya Yoongi penasaran

"Menangis ?. Dia terlihat biasa aja, malah tersenyum ramah pada ku. Memang ada apa" tanya Jin.

Seperti biasa Yoongi tak akan menjawab lagi, dia hanya bicara disaat dia perlu. Tapi entah kenapa
setiap bersama Jimin dia banyak bicara dan banyak penjelasan yang ia butuh kan dari Jimin.

Taehyung sedang menghabiskan waktu di galery nya. Tak percaya
melihat Jimin datang menemuinya.

Sumbringah Taehyung langsung lari ke depan pintu menyambut Jimin. Pertama kali Jimin mengunjungi Gallery nya.

Tapi lagi-lagi tidak seperti perkiraan Taehyung, Jimin tetap berbicara formal dan membahas tentang unit yang ditempati Taehyung di minta oleh Direktur.

"Kami minta maaf atas ketidak nyamanan ini, kami sudah siapkan Unit lain untuk anda" Jelas Jimin.

"JIMINAAA !!!". Bentak Taehyung karna kesal menghadapi tingkah Jimin yang terus saja menganggabnya orang lain.

Jungkook ditugas kan Jimin
menemani Yoongi pindahan malam itu, karna Jimin harus segera menemui Namjoon yang sudah tak
sabar menunggu Jimin dirumahnya.

"Kenapa bukan Jimin yang
mengantar ku". Tanya Yoongi.

"Manager bilang masih ada
meeting penting yang tak bisa di tinggal" Jelas Jungkook.

Sudah pasti pukulan yang akan di terima Jimin. kekesalan dan amarah Namjoon yang tak akan
reda sebelum memukuli Jimin.

"Kau berani menghianati ku. hahhh??. Sejak kapan Yoongi bisa melihat ?. Kamu bilang sudah membuat
kesepakatan dengan pemegang saham, tapi kenapa mereka malah mendukung Yoongi ?"

"aku benar-benar tidak tau. Bahkan jika anda memukul ku sampai mati pun, jawaban ku akan tetap sama" Jawab Jimin terbata.

Namjoon terlalu emosi, tapi dia sadar memukul Jimin sampai tak bisa bangun pun tak akan merubah keputusan hari ini.

"Pastikan dia tak akan bisa melewati masa percobaan 3 bulan ini, kalau tidak berguna, maka lebih baik kau yang ku habisi" ancam Namjoon.

"Baik" jawab Jimin sambil meringis menahan sakit dan berusaha untuk berdiri.

"Anda mengatakan eoma ku sudah lama meninggal. tapi perempuan tadi, Park Jiwoon. Bukan kah dia ibu ku ?" Tanya Jimin.

"Itu juga yang membuat ku heran. Aku melihatnya kecelakaan di depan mataku. Tapi jika dia masih
hidup, itu artinya dia dan Direktur Min bersama yang punya keputusan membuang mu" alibi Namjoon.

"Tapi Manager Hoseok adalah anaknya, lalu aku sebenarnya anak siapa ?" selidik Jimin.

"Tidak mungkin dia membuang anak kandung nya lalu malah menggangkat anak lain. Apa anda yakin kalau aku adalah anak Direktur Min dan Park Jiwoon ?" Desak Jimin.

"aku yang paling tau apa yang terjadi diantara mereka. kau tak perlu meragukanku. Akan ku selidiki kenapa Park Jiwoon
masih hidup." Jawab Namjoon.

Sampai di depan rumah, Jimin menyeret langkah, karna pukulan bertubi-tubi Namjoon kali ini lebih kuat dan lebih brutal dari sebelumnya.

Bertemu Jungkook yang baru keluar dari rumah sebelah, mengantar dan membantu Yoongi pindahan.

"apa semua sudah selesai ?.
Aman kan ?" Tanya Jimin yang masih meringis sambil memegang perutnya

"Ya. Direktur tak ada komplain. dia lebih banyak diam" jelas Jungkook.

"Yaudah, kamu boleh pulang" ucapan Jimin sembari menepuk pundak Jungkook sebagai tanda
terima kasih. Tapi tiba-tiba saja Jimin limbung dan jatuh pingsan.

Dengan sigab Jungkook menangkap Tubuh Jimin. Jungkook panik dan berteriak - teriak minta tolong.

Yoongi dan Jin berlari keluar mendengar suara mintak tolong. Lalu mereka membantu mengangkat
Jimin kedalam rumahnya.

Lelah fisik dan pikiran, membuat tubuh Jimin tak mampu bertahan.


- to be continued -

Blind Suspicion || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang