06. Gara-Gara Pemilihan Tanggal

33 5 0
                                    

Hari minggu, Kenan dan tantenya dateng ke rumah gue. Tentunya sama Raka. Kenan juga minta maaf kalau salah satu keluarganya yaitu Eliza gak bisa ikut karena masih ada kerjaan di Singapura.

Untungnya orang tua gue gak mempermasalahkan itu. Dan akhirnya Kenan juga tantenya mengutarakan niatnya untuk ngelamar gue. Sebenernya semua ini cuma formalitas aja karena kita semua tahu kalau gue pasti akan terima lamarannya Kenan. Semuanya berjalan lancar banget sampe akhirnya kita ngomongin soal tanggal pernikahan.

"Gak bisa, kita harus tanya neneknya Kikan dulu untuk menentukan tanggal baik pernikahan mereka."

Sumpah! Gue gak nyangka hal ini bakal terjadi sama gue. Ya, walaupun selama ini gue dibesarkan dengan segala macam pemilihan tanggal baik dan buruk oleh keluarga ini, tapi masa iya perkara tanggal pernikahan juga?!

"Maaf, lho Pak. Bukannya saya gak sopan. Tapi ini kan acaranya Kenan dan Kikan ya. Sebaiknya mereka yang nentuin tanggalnya. Kita cuma bisa menyarankan aja," ucap Tante Sarah yang ada benernya juga.

"Iya, kita paham. Tapi neneknya Kikan yang lebih tahu tanggal baik untuk pernikahan mereka. Supaya pernikahan mereka lancar, begitu juga kehidupan mereka kedepannya."

"Pernikahan dan kehidupan kan manusia yang menjalani, Pak. Gak mungkin cuma gara-gara tanggal aja pernikahan mereka bakal gak lancar?" balas Tante Sarah mulai kelihatan gak suka dengan kekukuhan Bapak.

"Maaf, Bu. Tapi di keluarga kami memang begitu tradisinya. Kebetulan nenek Kikan itu bisa melihat -"

"M-Ma ... Gimana kalau ini, nanti aja kita bahas?" sergah gue sebelum Mama bilang yang bukan-bukan.

"Gak bisa dong, Kikan. Kalian kan berniat menikah bulan ini juga. Harus secepatnya nyari tanggal. Gimana kalau tanggal 24? Itu tanggal cantik tuh. Tanggal 24, bulan 4, Tahun 2024," sahut Tante Sarah dengan menggebu-gebu.

"Sebentar, jangan asal menentukan tanggal hanya karena cantik. Kita harus lihat dulu tanggal itu baik atau enggak."

"Ya, gimana kita tahu itu baik atau enggak. Lagian, apa salahnya pakai tanggal cantik?"

"Bukannya salah. Tapi justru itu, kita perlu tanya neneknya Kikan karena dia itu bisa melihat tanggal-tanggal baik untuk Kikan dan Kenan."

"Astaga, emangnya neneknya Kikan itu siapa? Kok dia bisa lebih tahu? Jaman sekarang udah modern, Pak ..."

"Kita obrolin ini nanti aja."

Suara Kenan yang terdengar berat dan tenang seketika menghentikan perdebatan dua keluarga ini. Gue yakin pasti Kenan pengen banget teriak tuh. Dia kan hobi banget marah-marah, apalagi dia paling gak suka adanya perdebatan kosong kaya begini. Tapi, untungnya Kenan tau tempat makanya dia menahan diri. Kasian juga mukanya jadi merah gitu.

"Kenan, kamu ..."

"Tante, Kenan baru inget ada kerjaan sekarang. Kita harus balik ke Jakarta," ucap Kenan dan akhirnya Tante Sarah pun beranjak dari kursi.

"Terima kasih jamuannya, saya pamit. Ayo, Raka ..." Tante Sarah segera menggandeng tangan Raka yang sejak tadi duduk di sebelah gue.

"Pak, Bu. Saya pamit, ya. Terima kasih untuk hari ini. Nanti kita bicarakan lagi soal tanggal," ucap Kenan berpamitan.

"Nak Kenan, mau kan nunggu neneknya Kikan -"

"Pak, udah cukup!" tegur gue akhirnya berani ngomong.

Kenan tersenyum kikuk, kemudian dia berjalan keluar dari rumah gue.

"Kalian kok gitu sih? Gak cukup apa Kikan yang aneh karena bisa ngeliat hantu? Sekarang mereka pasti tambah menganggap Kikan aneh!"

"Kalau mereka nerima kamu apa adanya, gak mungkin mikir begitu," sahut Bapak dengan entengnya. Dia gak ngerasain jadi gue sih!

I'M WITH YOU (Sequel Thank You Chef)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang