19. Kekacauan di Resto

19 2 0
                                    

Akhirnya, gue dan Kenan berangkat ke Paris! Gue udah mengepak semua barang ke koper, begitu juga dengan Kenan. Sekarang, gue lagi siap-siap buat berangkat.

"Sayang, belum selesai?" panggil Kenan dari lantai bawah karena dia udah beres duluan.

"Udah-udah!" sahut gue segera memakai sepatu heels setinggi 5cm berwarna hitam.

"Taraaa!" seru gue setelah keluar dari kamar dan berdiri di atas tangga.

Kenan menatap gue untuk beberapa saat. Tapi, kayanya bukan pandangan takjub deh, lebih ke bingung. Apa salahnya sih? Gue cuma pake blouse warna putih, dibalut blezer warna hitam dan grey dengan pattern kotak-kitak kecil. Satu set sama roknya yang modelnya rample, bukan span kok.

"Kamu serius mau pakai setelan kaya gitu? Kita di pesawat bakal lama lho," ucap Kenan.

"Serius kok. Ini kan lucu banget, vibes nya kaya Emily in Paris!" sahut gue sambil memakai topi baret warna hitam dan berjalan menghampiri Kenan.

"Oke, tapi kamu bisa pake ini setelah sampe di sana kan? Nanti kalau kamu gak nyaman gimana?"

"Tenang aja, pasti nyaman kok," sahut gue berusaha menenangkan Kenan yang masih memerhatikan gue.

"Tapi itu rok nya apa gak kependekan ya?"

"Ini cuma di atas lutut sedikit kok. Enggak kependekkan. Lagian aku pake stoking nih ..."

"Tapi ini ..."

"Udah, Chef. Nanti kita telat, yuk!" bujuk gue segera menarik Kenan untuk keluar sebelum dia beneran nyuruh gue buat ganti baju lagi.

"Sayang kamu serius ..."

"Emang jelek?" tanya gue akhirnya. Kenan menatap gue lagi.

"Cantik sih ... Cantik. Tapi ... Kayanya terlalu cantik untuk ke bandara," gumam Kenan pelan sambil berjalan menuju kursi kemudi mobil.

Heran deh, Kenan kalau mau muji setengah-setengah gitu. Kan gue mau geer jadi bingung juga.

Oke, selama mobil Kenan melaju menuju bandara Soekarno Hatta, gue masih mencoba belajar beberapa kata dalam bahasa Prancis.

Meskipun gue berusaha fokus ke layar handphone, gue sadar kalau Kenan sesekali ngelirik ke arah gue. Bahkan, dia beberapa kali ketangkep basah lagi merhatiin gue waktu berhenti di lampu lalu lintas.

"Kenapa sih?" tanya gue sambil menoleh ke arah Kenan.

"Hmm? Kenapa?"

"Emang beneran ada yang aneh sama aku? Dari tadi kamu ngelirik-lirik terus. Makeup aku berantakan ya? Apa bedaknya ketebelan?" tanya gue segera menurunkan cermin di mobil ini untuk memeriksa muka gue. Tapi gak ada yang aneh kok.

"Siapa yang ngelirik-lirik kamu? Aku ngelirik kaca spion di sebelah kamu," jawab Kenan sambil menunjuk ke arah spion.

"Oh ... Gitu. Baguslah," jawab gue pelan. Padahal gue yakin dia merhatiin gue kok dari tadi.

"Oh ya, Chef. Aku udah belajar beberapa trik buat roti. Boleh gak, nanti di sana aku ikut seminar satu hari aja buat liat demo bikin kue?" tanya gue.

"Kamu udah cari tahu tempatnya? Emang kamu bisa bahasa Prancis?"

"Enggak sih, tapi katanya sih pake bahasa Inggris. Kalau sedikit-sedikit sih aku ngerti," jawab gue tertawa pelan.

"Iya, boleh. Aku udah booking homestay di sana selama 5 hari kok," sahut Kenan tersenyum sambil mengelus rambut gue.

"Nanti kita duel buat pastry, ya?" tanya gue sontak membuat Kenan tertawa.

"Kamu serius ngajak aku duel masak?"

I'M WITH YOU (Sequel Thank You Chef)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang