28. Sup Ayam VS Sup Daging

22 3 0
                                    

Kenan menutup pintu kamar pelan-pelan, terus dia menoleh ke arah gue dengan raut wajah frustrasi. Bahkan, dia memijat-mijat keningnya sambil menundukkan kepala.

"Kok bisa Raka di sini? Mamanya mana?"

"Tadi siang Tante Sarah nitipin Raka di sini. Soalnya dia mau nemenin temennya yang lagi berduka. Katanya sih gak lama," jawab gue sambil membetulkan syal gue yang udah agak berantakan tadi.

"Gak lama? Dari tadi siang sampe malem begini belum dijemput?"

"Gak apa-apalah, Chef. Itu kan keponakan kamu sendiri. Mungkin Tante Sarah juga lagi ribet di sana," jawab gue menangkan Kenan.

"Tapi masa harus ngejagain anak itu?"

"Udah tenang aja, aku yang urus. Chef istirahat aja sana," ucap gue sambil berjalan ke arah pintu kamar melewati Kenan yang terdiam.

"Oh ya, aku baru mau masak buat makan malam. Suruh siapa kamu dateng kecepetan. Udah ya, nanti kalau masakannya udah jadi aku panggilin," kata gue sambil membuka pintu kamar. Dan, sekilas gue liat Kenan masih diam sambil menjatuhkan jaketnya ke sofa.

Setelah itu, gue buru-buru menuruni tangga dan berjalan ke dapur. Gue tengok Raka sebentar, sekarang dia lagi nonton TV.

"Raka sukanya makan apa?" tanya gue  basa-basi.

"Sup ayam buatan Bi Rima."

Sup ayam doang sih gampang, gue bisa bikin. Kebetulan di kulkas masih ada ayam. Tapi Kenan kan gak suka ayam. Gue bikinin apa ya? Gue bikin dua masakan sekaligus nih?

Udah, Kikan. Waktunya masak sekarang. Daripada kebanyakan mikir nanti makin lama.

"Sekolah Raka gimana? Seru gak tadi?" tanya gue lagi sambil siapin bahan-bahan buat sup ayam dan sup daging.

"Biasa aja."

"Temennya Raka di sekolah pasti banyak, ya?"

Gue buru-buru menghaluskan bumbu-bumbu dan rempah. Time managemen itu penting.

"Ada ... Tiga. Robert, Jasmine, sama Johnson. Jasmine dan Johnson itu kembar lho ..."

Ya ampun, anak jaman sekarang namanya keren-keren banget ya? Perasaan Raka sekolah di sekolah biasa deh, bukan sekolah internasional.

"Lain kali, kenalin dong ke Kak Kikan."

"Boleh. Lagian, Kak Kikan pasti bisa liat mereka. Gak kaya temen-temen yang lain, mereka gak bisa liat, Bu Guru juga gak pernah bisa liat Robert padahal sering dipangku," oceh bocah itu sambil tertawa cengengesan sementara gue gak bisa ketawa sama sekali. Tiba-tiba gue ngerasa merinding denger cerita dari Raka, apa lagi waktu dia bilang gue pasti bisa liat mereka.

Sambil menumis bumbu, dan mendidihkan air, gue mikir. Jangan-jangan, arwah yang Raka bilang papanya itu sebenernya bukan satu-satunya arwah yang bisa diliat sama Raka. Artinya ... Raka mungkin punya kelebihan sama kaya Laras dan gue. Pantes anak ini keliatan jauh lebih kalem dan pendiem. Padahal, setau gue bocah segede gini lagi bandel-bandelnya.

Semua bumbu udah gue masukin, rempahnya juga udah sama daging-dagingnya. Tinggal di kasih kaldu bubuk, sama siapin makanan pendampingnya. Terus tiba-tiba Raka berlari menghampiri gue sambil dengan raut wajah ketakutan.

"Kenapa? Kamu nonton apa?"

"Itu ..." Raka menunjuk ke arah sofa dan ternyata dia ngeliat Mbak Kunti ayunan yang duduk di sana.

"Oh, itu. Mbak-nya gak nakal kok."

Raka tak menyahut, dia kayanya udah takut duluan sama perawakan Mbak Kunti itu.

I'M WITH YOU (Sequel Thank You Chef)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang