21. Jadi Chef di Resto Kenan

24 3 0
                                    

"Meja 7, nasi goreng kambing 2, nasi ayam penyet 1. Meja 5, paket gurame lengkap 2. Meja 9, paket lengkap gurame 1, paket lengkap ayam penyet."

"Ya, Chef!"

Keadaan dapur mulai memanas waktu jam makan siang tiba. Walaupun gue bisa masak dengan bener, tapi sejujurnya gue agak kewalahan untuk masak ini semua sendiri. Mungkin, karena gue belum terbiasa. Tapi setidaknya, gue fokus untuk masak aja. Gak kaya jadi asisten atau cook helper yang harus pegang ini dan itu untuk bantuin cook-nya, termasuk gue.

Sebisa mungkin, gue gak nyusahin mereka dan kerjain semuanya sendiri. Kecuali kalau gue liat mereka lagi ngerjain sesuatu yang gue butuhin juga. Misalnya potong-potong sayuran, menyiapkan garnish, atau kondimen lain. Gue minta sekalian.

"Kikan, hati-hati sama dagingnya. Jangan sampe keras atau alot, oke?" ucap Kenan.

"Ya, Chef!" sahut gue sambil mulai menumis bumbu. Asli, lebih berasa lagi di galeri Master Chef. Bedanya, ini Kenan bener-bener muter buat meriksa masakan kita satu per satu.

Kenapa rasanya dapur ini jadi panas banget, ya? Apa karena terlalu banyak orang?

Gue berjalan menuju chiller untuk ngambil dagingnya. Dan gue terkejut sampe nyaris keluar lagi dari chiller waktu liat tiga hantu yang biasa duduk di gudang, sekarang pada duduk-duduk di dalam ruangan pendingin ini.

"Hai ..."

"Daging kambing 100 gram," gumam gue berusaha mengabaikan mereka dan bersikap normal.

"Mbak ... Hantu perempuan itu ngikutin Chef yang ganteng itu ya?"

Tangan gue berusaha meraih kotak penyimpanan daging dan mengeluarkannya. Ini bukan freezer, karena tadi emang udah disiapin buat  menu hari ini. Jadi dagingnya gak beku banget.

"Hantunya kan gak suka liat Mbak bawa Chef ganteng itu keluar negeri."

Gue menghentikan langkah gue seketika. Pandangan gue langsung mengarah kepada tiga hantu itu, berusaha menunggu penjelasan lainnya dari mereka. Sialnya, mereka cuma ketawa cekikikan seolah meledek gue.

"Kikan! Mana Kikan?"

Aduh, Kenan udah manggil. Gue secepatnya keluar dari chiller ini dan berjalan menuju meja gue.

"Kamu ngapain sih lama banget? Pesenan meja No. 7 udah sampe mana?"

"Sebentar lagi, Chef!"

"Lain kali kamu jangan tinggalin section kamu. Minta tolong cook helper buat ambil bahan, biar cepet!" omel Kenan.

"Iya, Chef!" sahut gue mempercepat pekerjaan gue. Gue tahu sih, orang-orang di dapur ini pasti akan kena semprot Kenan. Tapi tetep aja gue ngerasa takut banget kalau Kenan udah ngomel ke gue.

Oke, jadi dua nasi goreng kambing. Gue segera memanggil Rizal untuk bantu gue membawa dua piring nasi goreng ini ke depan. Tapi tiba-tiba Kenan menghampiri gue dan menahan Rizal.

"Tunggu dulu," tahan Kenan. Dia meraih sendok yang ada di saku lengan seragamnya. Terus dia mencicipi sisa nasi goreng gue yang ada di wajan, terutama di bagian dagingnya. Wah, gue deg-degan sumpah. Ini kalau Kenan bilang dagingnya keras atau gagal, gue harus buat ulang.

Kenan mengangguk, kemudian mempersilakan Rizal untuk bawa dua piring itu ke depan.

"Bagus, dagingnya empuk," ucap Kenan sambil menepuk-nepuk bahu gue dan berjalan ke arah Ikhsan.

Setelah beres itu, gue menyiapkan nasi liwet yang udah jadi untuk pesenan meja 7 yang lainnya.

"Ki, nasi buat ayam penyet udah?" tanya Deon.

I'M WITH YOU (Sequel Thank You Chef)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang