Gue terbangun karena suara getar handphone gue di atas meja. Astaga, berisik banget! Tangan gue meraba-raba ke arah meja, mencoba meraih handphone gue dan mematikan alarm.
Akhirnya gue berhasil dapetin handphone ini dan matiin alarm-nya. Kedua mata gue menyipit, ngeliat jam digital di layar gue menunjukkan pukul 12:00 siang. Hah? DUA BELAS SIANG?
Gue segera terbangun dan buru-buru memeriksa jam di meja kecil Kenan. Iya, emang jam 12:00 siang. Kok bisa gue bangun sesiang ini?
Ada chat dari Kenan yang belum gue baca. Dikirimnya tadi pagi.
Sayang, kalau udah bangun telepon aku ya. Gak usah panik, aku sengaja gak bangunin kamu kok.
"Kok sengaja gak bangunin gue sih?"
Gue menghela napas panjang, kemudian menekan nomor telepon Kenan. Gue tunggu beberapa saat, sampe akhirnya telepon gue diangkat Kenan.
"Chef, kok gak bangunin aku sih? Yang handle bagian Kak Nisa siapa?"
"Tenang dulu, sayang. Aku gak bangunin kamu, karena aku tahu hari ini kerja kamu gak akan maksimal karena semalem kamu mabuk," jawab Kenan mengingatkan gue lagi pada kebodohan gue semalem.
"Tapi ..."
"Suruh siapa semalem malah mabuk?"
"Ya terus gimana di sana? Kalau aku gak masuk, kamu kewalahan gak?" tanya gue sambil memegangi kening gue yang emang masih kerasa agak pusing.
"Enggak, hari ini Nisa sama Rizky udah balik kerja, kok. Mereka udah pulih."
"Oh, gitu. Syukurlah mereka udah baik-baik aja. Terus ... Artinya kamu gak butuh aku lagi ya, Chef?" tanya gue.
"Aku selalu butuh kamu, Kikan," jawab Kenan seketika membuat senyum gue mengembang. Astaga, ini Kenan udah paham kali ya gue gampang banget baper.
"Maksud aku di dapur sana, gak usah alihin pembicaraan deh."
"Ya, untuk saat ini sih kan udah ada yang handle semua di dapur. Kalau aku masukin kamu ke dapur, artinya aku harus memecat salah satu cook -"
"Jangan. Jangan lakuin itu, Chef. Ya ampun, oke ... Aku di rumah aja. Jadi istri biasa ..." Gue beranjak dari tempat tidur.
"... Di rumah segede ini."
"Kan ada Bi Arum."
"Kamu becanda, ya?" tanya gue dan Kenan malah ketawa. Gue menghela napas pelan, sambil melangkah ke kamar mandi. Rasanya badan gue pegel semua.
"Ya, oke ... Kamu boleh lakuin apa pun di rumah atau keluar yang menurut kamu bisa asah keahlian kamu."
"Serius, ya?"
"Tapi maksud aku bukan ikut bikin konten sama si Kevin, ya."
Gue ketawa lagi denger Kenan menyinggung soal channel youtube Kevin. Gila gak kebayang gue harus sok misterius di depan kamera.
"Ya enggaklah, kamu pikir aku berani untuk - hah?!"
"Kikan? Kenapa? Halo?"
Gue tersentak kaget dengan raut wajah gak percaya waktu berdiri di depan cermin kamar mandi. Asli, ini apaan di leher gue? Merah keunguan gini ... Sebentar-sebentar. Jangan-jangan ini ... Ya ampun, Kenan!
"Kikan kamu kenapa? Halo? ... Kikan?"
"Chef ... Ini apaan, di leher aku?"
"Apaan di leher kamu? Ya apa? Aku kan gak liat -" Kenan tiba-tiba berenti ngomong, karena kayanya dia baru sadar apa yang gue maksud deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M WITH YOU (Sequel Thank You Chef)
RomanceHubungan Kikan dan Kenan merenggang karena sebuah tragedi yang terjadi pada Kikan di kampus barunya. Meski begitu, Kenan tak berhenti memperjuangkan hubungan mereka hingga akhirnya dia nekat langsung melamar Kikan. Pernikahan mereka yang mulanya te...