"Kikan, lo gak apa-apa?"
Gue segera menarik tangan gue dari Kevin yang memegangi gue waktu gue tiba-tiba berdiri. Gue inget jelas apa yang dibilang sama Raka waktu gue ke rumah Tante Sarah. Orang jahat yang dimaksud Raka pasti Kevin. Tapi, bukannya yang ngasih tahu Raka juga artinya hantu? Hantu papanya?
"Gue cuma mau lo hati-hati, Kikan. Banyak hantu yang memanipulasi sesuatu biar lo terjebak," sahut Kevin lagi.
"Kikan," panggil Kenan yang ternyata nyamperin gue juga.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Kenan memeriksa tangan gue. Padahal kopinya gak kena gue sama sekali.
"Enggak ... Ini m-maaf, Chef. Kopinya tadi tumpah ..."
"Gak apa-apa, udah. Biar diberesin sama yang lain," ucap Kenan menjauhkan gue dari tumpahan kopi itu.
"Chef, boleh aku ke ruangan kamu?" bisik gue pelan. Rasanya kepala gue pusing banget.
Kenan mengangguk, dan mungkin karena Kenan liat gue yang linglung, dia merangkul gue untuk ke ruangannya.
"Kamu kenapa? Tadi kalian keliatan ngobrol biasa aja, tapi tiba-tiba kamu begini?" tanya Kenan setelah gue duduk di kursinya.
"Enggak, gak apa-apa. Tadi ... Aku minum kopi, tapi lupa belum sarapan. Jadi agak pusing," jawab gue terpaksa berbohong.
"Mau ke rumah sakit? Kamu bawa obat?" tanya Kenan.
"Aku numpang istirahat aja di sini ya. Kamu balik lagi aja keluar, aku gak apa-apa kok. Paling bentar lagi udah enakkan," jawab gue pelan.
"Serius? Kamu keliatan ..."
"Chef, gak apa-apa. Aku mau istirahat dulu di sini sebentar, abis itu aku pulang," jawab gue mencoba untuk tersenyum.
Kenan menghela napas panjang, kemudian mengangguk. Dia berpamitan untuk keluar lagi.
Gue menangkupkan wajah gue ke tangan. Rasanya pengen marah banget. Kenapa gue harus denger hal kaya begitu sih?
Pikiran gue jadi mengawang ke mana-mana. Kevin mencurigakan, tapi arwah yang dipanggil 'papa' sama Raka juga mencurigakan. Soalnya jelas-jelas dia bukan suaminya Tante Sarah. Beda banget sama di foto. Tapi kenapa arwah asing itu tiba-tiba nyuruh Raka bilang kaya gitu ke gue? Kenapa juga Kevin bertingkah aneh dengan ngikutin gue dan bilang semua hal ini ke gue?
Nenek. Mungkin gue bisa cerita ini sama Nenek. Gue buru-buru meraih ponsel gue untuk nelepon Nenek. Cukup lama gue menunggu, akhirnya Nenek mengangkat panggilan telepon gue.
"Kikan? Oh ... Kamu masih nyimpen nomor Nenek ternyata ya?"
Ah ya, gue emang jarang banget nelepon nenek. Malah nyaris gak pernah lagi.
"Nek ... Kikan mau cerita," ucap gue dengan suara bergetar.
"Kenapa, Kikan? Kamu nangis? Pernikahan kamu baru sebentar, masa kalian sudah bertengkar?"
"Bukan itu, Nek. Sebenernya ..."
Akhirnya gue ceritain semuanya ke nenek. Tentang Kevin yang mencurigakan, tentang omongan Raka, dan juga omongan Kevin yang nyeremen itu.
"Yah ... Kikan. Makanya, dari awal Nenek sudah melarang kamu ikut campur urusan hantu atau arwah penasaran. Sekali kamu menolong mereka, maka yang lainnya pun akan ikut meminta bantuan kamu. Semakin kamu menaruh perhatian ke mereka, semakin gencar mereka menarik kamu ..."
"Terus gimana, Nek? Kikan gak mau Kenan kenapa-kenapa. Kikan gak mau hantu-hantu itu bikin Kenan celaka gara-gara Kikan," lirih gue sambil menangis semakin terisak. Gue bener-bener takut Kenan malah diganggu, bahkan dicelakain sama hantu-hantu itu waktu gue lengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M WITH YOU (Sequel Thank You Chef)
RomanceHubungan Kikan dan Kenan merenggang karena sebuah tragedi yang terjadi pada Kikan di kampus barunya. Meski begitu, Kenan tak berhenti memperjuangkan hubungan mereka hingga akhirnya dia nekat langsung melamar Kikan. Pernikahan mereka yang mulanya te...