34. Tetangga Baru

38 3 0
                                    

Kenan janji pulang jam 07:00 malem, supaya dia bisa ngajarin gue. Sebenernya gue udah bilang gak usah, takutnya dia capek, tapi Kenan malah bilang.

"Enggak. Orang di dapur aku cuma sibuk bolak-balik ngecek dapur dan sekitar resto aja."

Emang iya, sih. Kenan kan bosnya, executive chef juga. Apa lagi sejak karyawan The Stalker ditambah, makin gak ada kerjaan aja Kenan selain mastiin operasional resto berjalan sesuai.

Mobil Kenan akhirnya sampe di depan. Gue segera berjalan menghampiri Kenan untuk bilang kalau Bi Arum mau izin gak masuk besok karena ada acara keluarga gitu.

"Sayang," sapa gue menghampiri Kenan yang baru membuka pintu depan. Kenan tersenyum, terus dia langsung meluk gue erat banget.

"Apa nih, tiba-tiba udah panggil 'sayang' aja?" bisik Kenan menatap gue tanpa melepaskan pelukannya.

"Gak apa-apa. Kemarin kan kamu bilang aku manggil sayang kalau mau sesuatu. Sekarang kan enggak," jawab gue agak kikuk.

"Udah siap praktik-nya?" tanya Kenan.

Gue mengangguk dengan yakin sambil tersenyum.

"Ya udah aku ganti baju dulu, kamu siapin aja di dapur. Oke?"

"Oke, Chef."

Kenan mencium pipi gue, terus dia melepaskan pelukannya dan berjalan menaiki tangga. Sementara gue berjalan ke dapur nyiapin bahan-bahannya. Kali ini sesuai resep Kenan.

Sejujurnya, gue terus ngebayangin nanti bakal ada adegan romantis lagi antara gue sama Kenan. Ya ampun, ternyata beda ya kalau diajarin Kenan di dapur rumah sendiri sama dapur resto.

Gue gak berenti tersenyum bayangin nanti Kenan bakal meluk gue dari belakang sambil menuntun gue buat mixer. Terus, mungkin nanti gue suap-suapan cokelat sama Kenan. Oles-olesan krim, abis itu ...

"Udah siap?" tanya Kenan. Gue refleks menoleh ke arah Kenan dengan antusias.

"Udah, Ch ... ef ..."

Kenan kok malah pake seragam Chef lengkap sih? Mana warnanya item semua. Ini mah gue kaya masuk pressure test!

"Ya udah kalau gitu ngapain diem aja?  Siapin wadahnya, kita mulai dari step pertama dulu. Apa aja?" ucap Kenan sambil meraih sebuah wadah untuk menyatukan bahan-bahannya.

"Telur, gula, SP ..."

"Oke, masukin semuanya ke wadah," ucap Kenan.

"Iya, Chef."

Ya ampun, kalau gini sih sama aja kaya di resto.

"Kikan, inget time management! Jangan ngelamun!" omel Kenan.

"Ya, Chef!" sahut gue segera memasukkan semua bahan itu ke dalam wadah, terus mulai menyalakan mixer. Gue agak gak fokus juga sih. Soalnya ini pertama kalinya gue liat Kenan secara langsung pake seragam warna item gini. Kok lebih keren, ya?

"Tepungnya masukin sedikit-sedikit."

"Ya, Chef." Gue menuang tepung sedikit demi sedikit sementara Kenan masih memerhatikan gue.

"Chef ..."

"Hmm?"

"Kenapa harus pake seragam Chef lengkap sih?" protes gue pelan.

"Biar kamu serius belajarnya, gak nyantai, dan anggap saya guru kamu," jawab Kenan yang ada benernya juga sih.

"Hati-hati itu tepungnya," peringat Kenan.

"Iya, Chef."

Gue mixer lagi tepungnya dengan menurunkan kecepatannya sesuai arahan Kenan. Setelah itu gue mulai panasin oven-nya.

I'M WITH YOU (Sequel Thank You Chef)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang