29. Olahraga Bareng Kenan

17 2 0
                                    

Akhirnya Raka dijemput jam 05:00 pagi sama Tante Sarah. Tadinya, gue gak bangun. Tapi denger suara Kenan dan Tante Sarah di kamar sebelah, gue jadi ikutan bangun.

"Makasih banyak ya, Kikan."

"Iya, Tante. Sama-sama. Nanti kalau perlu -" Kenan langsung merangkul pinggang gue sambil mencubit gue pelan. Gue ngerti sih dia lagi isyaratin gue supaya gak menawarkan diri untuk bantu jagain Raka lagi. Jadi gue diem.

"Kenapa?"

"Nanti kalau perlu itu ... Maksudnya nanti kapan-kapan Kikan main ke sana," ucap gue gelagapan. Gara-gara Kenan nih!

"Oh, oke. Tapi nanti bilang dulu ya, soalnya you know, i'm little bit busy."

Gue tertawa pelan, kemudian mengangguk. Dan Tante Sarah pun memasukkan Raka yang masih tidur ke dalam mobil. Terus mereka pergi keluar beranda rumah.

"Sayang," panggil Kenan mengalihkan pandangan gue dari mobil Tante Sarah yang menjauh itu pergi.

"Ya, Chef?"

"Kebetulan. Karena kamu udah bangun jam segini, gimana kalau kita olahraga ke taman?"

Tunggu. Terakhir kali gue olahraga sama Kenan ... ENGGAK! Gak mau ya, gue dilatih militer lagi sama Kenan.

"Aku ..."

"Udah jangan kelamaan mikir. Ayo," sergah Kenan sambil merangkul leher gue. Ya ampun, Kenan. Masa leher istri sendiri mau dipiting!

"C-chef ..."

"Apa? Udah buruan ganti pakai baju olahraga."

"Aku gak punya baju olahraga," jawab gue dengan penuh keyakinan.

"Celana training kamu yang warna abu-abu, putih, sama hitam. Pake itu aja, kaus sama jaket. Selesai."

Kenan kok bisa hapal sih celana training gue? Kan gue yang nyuci baju. Ayo Kikan, berpikir gimana caranya biar gak usah pergi keluar buat pelatihan militer sama Kenan.

"Sayang," panggil gue sambil mendekati Kenan yang lagi pakai jaket parasut warna putih.

"Ini kan masih subuh banget, matahari juga belum muncul nih. Gimana kalau tidur lagi aja? Tidur sambil pelukan kaya semalem, ya ... Sayang?"

Kenan menatap gue, terus ke arah lengan kirinya yang gue pegangin. Dia mulai tersenyum, gue juga ikut tersenyum. Kayanya cara ini berhasil.

"Aku emang mau tidur sambil pelukan sama kamu, tapi aku juga mau istri aku sehat karena olahraga, bukan karena dikejar-kejar hantu mulu," sahut Kenan dengan kejamnya mengejek gue.

"Jadi, cepet siap-siap ya, sayang. Kalau enggak ... Aku yang bakal gotong kamu sendiri," ucap Kenan sambil melepaskan pegangan tangan gue di lengannya. Dia gak liat apa muka cemberut gue? Peka dong, Kenan.

"Lagian, emangnya aku gak hapal, kamu manggil sayang kalau ada maunya aja?" sahut Kenan sambil memakai sepatu olahraganya. Dia cepet banget sih?

Kenan menoleh lagi ke arah gue yang masih mager banget mau ganti.

"Kamu beneran mau aku gotong? Sana ganti, sayang ..."

"Iya, Chef," jawab gue sambil beranjak ke kamar mandi. Gue masih denger sebenernya Kenan menggerutu karena gue panggil dia 'chef' lagi. Biarin aja, lagian kejam banget sih. Mana kebangun tiba-tiba, matahari belum terbit, mata masih berat banget. Dipaksa olahraga.

Sekitar 30 menit kemudian, mobil Kenan berhenti di taman kota. Matahari udah muncul sedikit demi sedikit. Karena ini hari biasa alias bukan hari libur, taman kota udah pasti gak begitu rame. Apa lagi, pagi-pagi gini.

I'M WITH YOU (Sequel Thank You Chef)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang