07. Tanggal Baik

36 1 0
                                    

Kenan masih senyum-senyum di dalam mobil setelah kita pulang dari rumah Nenek. Sejujurnya gue mulai khawatir Kenan ketempelan apa gitu di sana. Tapi gue gak lihat ada hantu yang deket-deket sama Kenan sih dari tadi.

"Chef ... Gak apa-apa?" tanya gue dengan hati-hati.

"Hah? Enggak, gak apa-apa. Kamu gak liat muka aku seneng gini?"

"Justru itu, aku gak tahu kenapa kamu seneng banget."

Kenan tertawa pelan, kemudian dia meminggirkan mobilnya ke pinggir jalan dan berhenti.

"Nenek kamu ... Ajaib banget, Kikan."

"A-ajaib? Gimana maksudnya?"

"Tanggal 23 itu perfect banget, Kikan. Aku emang sengaja ngosongin jadwal di tanggal itu karena itu hari kematiannya Laras. Terus, sebenernya temen aku, dia salah satu staf TV. Dia ngasih tahu aku salah satu gedung di hotel yang lagi kasih harga promosi di tanggal 20 - 25. Awalnya aku gak tertarik, karena aku pikir kecepetan banget buat acara kita." Kenan terus menjelaskan dengan antusias banget sampe gue cuma bisa bengong liat dia yang sangat menggebu-gebu.

"Tanggal 23 juga tanggal pernikahan orang tua aku, Kikan. Ini mungkin agak konyol, tapi tiba-tiba aku ngerasa ... Mendiang orang tua aku dan Laras ... Ikut andil sama rencana pernikahan kita," imbuh Kenan yang kali ini ikut membuat gue seneng banget! Gue tahu soal hari kematian Laras. Tapi gue baru tahu kalau tanggal pernikahan mendiang orang tua Kenan ternyata tanggal 23 juga. Wah, Nenek bener-bener hebat banget!

"Kamu mau kan, kita nikah tanggal 23?" tanya Kenan mungkin karena dari tadi gue cuma diem sangking kagetnya liat Kenan yang bersemangat banget.

"Kalau Chef mau kita nikah tanggal 23, aku juga mau."

"Serius, kamu siap?"

"Besok juga siap," canda gue yang membuat Kenan terdiam kaget. Yah, dia anggap serius lagi.

"Enggak, aku bercanda, Chef."

"Tapi tanggal 23 gak bercanda, kan?" tanya Kenan seketika membuat gue ketawa terbahak-bahak.

"Makanya jangan suka becanda kalau lagi serius," ledek Kenan sambil mencubit pipi gue lagi.

"Iya, iya ... Jadi, kita nikah tanggal 23."

"Ya udah, aku telepon gedung hotelnya dulu buat reservasi. Abis itu kita cari cincin, gaun, tempat ..."

"Oke, satu-satu."

"Oh ya, kamu punya kenalan wedding organizer gak?" tanya Kenan yang mulai mengutak-atik ponselnya mencari nomor gedung hotel yang dia maksud.

"Oke, aku cari dulu."

Gue menggigit bibir keras-keras. Ini bukan mimpi Kikan, bukan mimpi.

***

Untungnya temen SMA gue ada yang punya wedding organizer. Jadi, dia mau bantu gue ngurus pernikahan kita dalam waktu yang singkat ini. Ada hal yang lucu sebenernya. Karena pada akhirnya, Kenan nurut untuk bikin perayaan yang sederhana aja karena waktu yang mepet.

Serius deh, ternyata pakai wedding organizer itu ngebantu banget. Mereka ngatur hampir 80% acara pernikahan kita. Kenan juga dapet reservasi di gedung hotel itu dengan voucher potongan harga. Kebetulan juga belum ada reservasi di tanggal 23 itu, jadi kita bisa bebas pilih jam untuk sewa gedung itu.

"Pa, apa Kikan gak kecepetan ya? Kalau orang-orang mikirnya Kikan hamil duluan gimana?"

"Katanya mau ikutin tradisi ... Tanggal baik dari Nenek adalah numero uno!" sindir gue sambil berjalan melewati mereka menuju kamar koper yang akan gue pake untuk packing baju-baju gue.

I'M WITH YOU (Sequel Thank You Chef)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang