Sore pun tiba, kaya yang Kenan bilang, gue langsung bersiap-siap pergi dari restoran. Mood gue udah sepenuhnya balik karena ngobrol sama temen-temen di The Stalker Restaurant. Untungnya, mereka sama sekali gak bahas soal foto itu atau komentarnya. Mereka tetep bersikap baik sama gue.
"Chef, ini kita gak ke rumah?" tanya gue karena Kenan malah memarkirkan mobilnya ke sebuah parkiran butik yang cukup besar.
"Enggak, kita beli baju langsung aja."
Kenan segera keluar, dan gue mengikutinya sambil memerhatikan betapa besarnya gedung butik ini. Dan begitu masuk, Kenan langsung disapa sama seorang perempuan.
"Ini ya, orangnya? Kikan," panggil perempuan itu sambil langsung narik gue dan cium pipi kanan, cium pipi kiri gue kaya ibu-ibu arisan.
"Wah, ternyata aslinya imut banget ya. Ini lho, Kenan minta tolong aku untuk bantuin kamu pilih dress. Yuk," ajak perempuan itu. Tapi sebelum gue ikut dia, gue ngelirik ke Kenan dulu. Kenan cuma tersenyum sambil mengisyaratkan gue untuk ikut perempuan ini aja.
Oke, jadi perempuan ini merhatiin gue dari atas sampe bawah, terus dia nanya-nanya soal ukuran dada gue, tinggi, segala macem. Dia minta tolong staf-nya untuk ambil beberapa gaun yang dia tunjuk dari etalase.
"Kenan tuh sering banget ke sini. Apa lagi kalau udah ada acara-acara di TV, dan acara-acara formal. Terutama waktu acara pernikahan kalian, dia pesen di butik kita tapi cabang lain."
Oh, iya. Pantesan gue agak familiar sama nama butiknya.
Setelah itu, dia minta gue untuk cobain beberapa gaun itu. Agak ribet sih, bolak-balik pakai baju, terus lepas lagi. Dia nanya gue ngerasa lebih cocok yang mana. Dan gue pilih dress sederhana berwarna peach dengan bahan kaya kelambu gitu, dan bagian lengan pendek.
"Kayanya terlalu biasa aja deh. Coba, kalau yang ini gimana?"
Dia menunjuk ke arah slip dress berbentuk A Line, warna merah wine di atas lutut.
"Itu ..."
"Ini aja, ya? Biar kamu keliatan lebih dewasa, elegan ... Muka kamu kan Asia banget. Jadi, pasti cocok," ucap dia.
"Keliatan lebih dewasa?" tanya gue sekali lagi untuk memastikan.
"Iya, keliatan lebih dewasa. Emm ... Jadi mungkin imej cute kamu akan diubah jadi wanita sexy yang elegan. Gimana?"
"Oke!" sahut gue dengan bersemangat. Kayanya emang itu yang gue butuhin sekarang.
"Kenan," panggil perempuan itu sambil menggandeng gue ke hadapan Kenan yang lagi berdiri nunggu. Ternyata dia udah ganti setelan juga. Tapi kayanya emang perempuan tuh lebih lama cari bajunya ya.
Sebenernya, waktu Kenan berbalik menatap gue, pandangan gue malah tertuju sama Kenan. Udah gue bilang, dia itu badannya proposional model banget. Pake seragam chef aja udah keren banget. Ini lagi pake setelan jas. Waktu acara pernikahan, kita pakai baju adat Sunda, jadi ini pertama kalinya deh kayanya gue liat Kenan pake setelan jas rapi begini.
"Gimana?" tanya perempuan itu.
"Itu ... Gak apa-apa pake baju begitu? Gak terlalu terbuka?" tanya Kenan.
"Ya ampun, Kenan. Ini udah sesuai kok sama tema acaranya. Lagi pula istri kamu itu udah dewasa, liat deh ... Badannya bagus dan pas banget sama gaun ini," ucap perempuan itu sambil memutar badan gue dengan heboh.
"Cherrish! Coba deh liat istrinya Kenan," panggil perempuan ini pada seorang perempuan lainnya yang tadi lagi sibuk ngobrol sama staf lain sambil mengukur-ngukur bahan.
"Oh my God! You look stunning! Sexy, glamour, elegant!" puji dia yang menurut gue agak berlebihan. Sementara Kenan masih menatap gue dalam diam.
"Chef, kalau gak suka ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M WITH YOU (Sequel Thank You Chef)
RomanceHubungan Kikan dan Kenan merenggang karena sebuah tragedi yang terjadi pada Kikan di kampus barunya. Meski begitu, Kenan tak berhenti memperjuangkan hubungan mereka hingga akhirnya dia nekat langsung melamar Kikan. Pernikahan mereka yang mulanya te...