4

219 31 6
                                    


"Selamat datang!" Sapa Gempa dari dalam rumah. Di tangannya terdapat sebuah mangkuk berisi makanan yang sudah ia masak sebelum Halilintar kembali.

"Terimakasih, Gempa," ucap Halilintar seraya melepas sepatu hitam milik nya.

Sebelum masuk, Halilintar melepas mantel panjang berwarna hitam miliknya dan menggantungkan nya di tempat yang sudah di sediakan.

"Dimana semuanya?" Tanya Halilintar saat rumah nya terlihat sepi dan hanya tersisa Gempa.

"Kembali sibuk," jawab singkat Gempa dengan senyumannya yang tak pernah tertinggal.

"Begitu ya, bagaimana dengan mu?" Tanya Halilintar setelah mencuci wajah dan tangannya.

Gempa meletakkan makan malam untuk Halilintar di tempat nya, "Aku masih butuh refreshing, dan aku ingin lepas dari pekerjaan ku sebentar saja. Aku merasakan sesuatu yang tidak enak akhir akhir ini," jelas Gempa.

Halilintar meminta nya duduk untuk ikut makan bersama nya, ia mengucapkan terimakasih berkali kali karena semua nya sudah di siapkan oleh Gempa, begitu juga rumah nya yang semakin rapi dan bersih.

"Apa lagi yang menjanggal pikiran mu hmm?" Tanya Halilintar.

Gempa sendiri bingung dengan perasaan nya, ia bukan tipe orang yang bisa memahami diri sendiri dengan baik.

"Entah lah, aku sedang nyaman berada disini," ujar Gempa yang lagi lagi melontarkan senyumannya, Halilintar membalas senyuman itu.

Perasaan Gempa menjadi lebih baik ketika senyuman saudaranya sudah tidak perlu di cari, senyuman itu akan selalu terukir di wajah mereka tanpa sesuatu hal penting yang membuat mereka terpaksa tersenyum.

"Aku suka kak Hali yang sering tersenyum," ucap Gempa sehingga mengalihkan pandangan Halilintar menjadi melihat kearah Gempa.

"Aku tersenyum karna kalian bahagia," sahut Halilintar.

Ucapan yang sama seperti dulu, sebelumnya Gempa juga sering mendengar kalimat ini dari seseorang.

"Tersenyum itu sangat menyenangkan. Aku tersenyum karna aku melihat kalian bahagia"

"Kak Ufan"

===

Ruangan gelap itu seperti nya sudah menjadi ciri khas nya. Bahkan menjadi semakin gelap saat layar PC milik nya berubah menjadi hitam.

Hanya sebuah lampu kecil yang menerangi nya.

"Sejak kapan aku suka hal seperti ini?" Monolognya menatap kosong kearah layar PC dan memainkan mouse nya secara asal.

Ice melepas headphone yang sebelumnya di pakai, melepas Hoodie berwarna biru aqua dan bangun dari kursi nya setelah hampir 6 jam bermain game untuk konten nya.

"Semua nya berubah"

Ice merebahkan tubuh nya di kasur empuk miliknya itu. Menatap langit langit kamar yang sangat gelap, hanya sedikit cahaya yang menjadi penerang nya.

"Bosan," ucap Ice sambil mengangkat tangannya seolah hendak menggapai langit langit kamar.

Tiba tiba saja ia terbangun dan duduk di kasur nya, menyalakan lampu kamar hingga ruangan itu menjadi sangat terang.

Kenyataan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang