12

207 27 15
                                    

Dor.. dor.. dor...

Suara tembakan dan satu kapal angsaka, Halilintar sudah pasrah jika ini salah satu rancangan Kira'na.

Sekitar nya menjadi gelap gulita karna tertutup sebuah bayangan hitam.

"Maaf aku terlambat," ucap nya kepada Halilintar.

Ia mengulurkan tangannya dan Halilintar meraihnya, Halilintar tersenyum lega.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN?! SERANG PENGGANGGU ITU!" Perintah Kira'na kepada para jendral dan pasukannya.

Pergerakan mereka semua terhenti karna bayang bayang hitam itu menutupi pandangan mereka.

Tidak ada yang bergerak di area tersebut, elemental bahkan hanya bisa terdiam dan pasrah melihat itu semua.

Halilintar membawa Thorn masuk kedalam kapal angkasa itu. Ia melihat Beliung masih ada di hadapannya dan tersenyum.

Ya.. Beliung benar benar tersenyum tanpa menyerang nya lagi.

"Maaf Maharani, kami tidak bisa melihat apa apa," ucap Gur'mida.

Sedangkan kapal angkasa itu tetap bergerak dengan bebas dan membantu elemental untuk naik ke dalam nya.

"Tembak kapal angkasa itu!!" Perintah Kira'na, tatapan tajam dan kesal, ketika rencana nya lagi lagi gagal.

"Fokus pada kapal angkasa ini saja! Biar aku yang membawa mereka masuk, jika ini terjatuh tidak ada lagi jalan keluar," ujar Halilintar yang di angguki oleh Fang sebagai tanda jika ia paham.

Kapal angkasa itu berhasil menghindari setiap tembakan yang di luncurkan secara tidak beraturan karna bayang bayang itu yang masih menutupi.

"Cepatlah!" Ucap Halilintar mengulurkan tangannya pada Blaze dan Ice.

Kedua adiknya berhasil naik keatas kapal angkasa, dan hanya Gempa yang tersisa.

"Dimana posisi Gempa?!" Tanya Fang.

Halilintar sendiri mengingat jelas dimana posisi terakhir Gempa, ia mengarahkan Fang untuk mengawal kapal angkasa nya untuk sedikit berjalan kedepan.

Tidak ada Gempa di tempat sebelum nya, Halilintar melihat ke sekitar dan tetap saja Gempa tidak terlihat.

"Aku akan turun untuk mencari nya," ucap Halilintar dengan nada tergesa gesa.

"Jangan!" Larang Fang.

"Tapi," sahut Halilintar dengan mimik khawatir nya melihat kearah luar.

"Aaakkkhhh.."

Suara lirih itu mengundang pandangan Halilintar, ia tahu betul itu suara siapa.

Tanpa berpikir panjang, Halilintar turun dari kapal angkasa yang sedang terbang rendah tersebut.

Fang hanya bisa menghela nafas putus asa, tapi apa boleh buat? Mereka tidak mungkin meninggalkan Gempa disini seorang diri.

Cahaya merah dari kilat Halilintar mengundang para jendral dan robot penguasa elemental.

"ITU KUASA HALILINTAR!" Ketus Kira'na.

Jendral Gur'mida langsung mengejar cahaya merah itu, dan Halilintar bisa mendengar suara langkah nya yang berat itu.

"Itu.." monolog Halilintar ketika menemukan Gempa.

Dahi nya banyak meneteska darah, luka nya cukup serius tetapi tidak separah Thorn.

Robot Hang kasa benar benar berada di hadapan Gempa.

Srinngg!

"Sinar kilat!"

Kenyataan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang