Jika Semua itu Dimulai Kembali

150 25 8
                                    

"Bangun!! Nanti kalau telat aku tidak peduli," tegas nya sambil menarik selimut yang sedang digunakan oleh seseorang yang masih nyenyak tertidur.

"Lima menit lagi!!"

"Terserah!!"

Seseorang itu benar benar sudah muak dan dengan tatapan jengkel nya ia meninggalkan adik nya yang masih tidur lelap di atas ranjangnya.

Krriiingg!!!

"Berisik sekali, jam berapa ini?" Guman nya kesal karna alarm itu berbunyi dengan keras.

Tangan nya mengusap mata nya sendiri, perlahan semua pandangannya terlihat buram dan tak lama setelah itu terlihat dengan jelas jam weker di tangannya itu.

06.50

"Sial aku terlambat!!"

Ia turun dari ranjang nya dan berlari ke kamar mandi untuk mencuci wajah nya. Pantulan wajahnya di cermin membuat nya menampakkan sebuah senyuman.

"Setiap hari aku memang tampan," gumamnya.

Pikirannya kembali mengingat jam yang sudah sangat mepet itu. Sebentar lagi ia akan terlambat ke sekolah.

"Tidak sempat, tidak sempat," gerutu nya.

"Aku berangkat dulu, Umi! Assalamualaikum!"

"Waalaikumussalam,"

"Hey?! Sarapanmu?!" Teriak sang ibu ketika anaknya pergi tergesa gesa dan melupakan sarapannya.

"Aku sarapan disekolah," ujar nya.

"Taufan?!" Panggil ibunya dengan lantang.

Tidak ada jawaban lagi dari nya, sang ibu hanya bisa menggelengkan kepala nya melihat kelakuan anaknya yang satu ini.

Ia meluncur dengan skateboard miliknya, tak butuh waktu lama ia sampai di sekolah tepat sebelum gerbang tertutup.

"Lihat! Aku tidak telat kan?" Ucap nya kearah seorang gadis di hadapannya.

"Ya kau tidak telat! Tapi perbaiki dari mu itu!! Taufan!!" Ujar nya dengan geram seraya menarik dasi milik pemuda itu hingga keatas.

"H- hey cukup!! Kau bisa mencekik leherku!!" Katanya.

"Banyak omong! Masuk sana!" Ketus nya.

Ia berjalan di lorong dengan wajah tersenyum. Setelah merasa cukup jauh dari gadis yang berada di depan gerbang itu, ia melonggarkan kembali dasi nya dan membuka satu kancing di seragamnya.

"Selamat pagi semua!!" Sapa nya ketika sampai dikelas.

"Woah, siapa yang membangunkan mu, kak?" Tanya nya ketika pemuda itu masuk kedalam kelas.

Sepertinya ia sangat populer dan memiliki banyak teman.

"Tentu saja alarm kematian itu," katanya dengan smrik khas nya.

"Oh.." pemuda itu tersenyum dengan lebar setelah melihat pemuda dengan pakaian seragam rapi dan duduk di dekat jendela.

"Kaaaakkk Haaaliiii.. astaga kenapa tidak membangunkan adikmu yang manis ini?" Tanya nya dengan nada jail.

Tangan sang kakak menepis wajah sang adik yang terlalu dekat dengannya.

"Sudah ku bangunkan, tapi sepertinya hanya Malaikat kematian yang bisa membangunkan mu," ucap nya.

"Sampai hati kak Hali mengatakan itu," ucap Taufan dengan lirih.

"Huh? B- bukan begitu.."

"Panik kau kak?" Ejek Taufan.

Kenyataan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang