Solar turun dengan pakaiannya yang rapi dan tak lain adalah pakaian milik Halilintar. Itu di sebabkan karna diri nya tidak memiliki persiapan apapun untuk menginap dirumah sang kakak tertua.
"Bagaimana penampilan ku?" Tanya Solar dengan gaya narsis nya.
"Keren kok," jawab Thorn yang tiba tiba berada di sebelah Solar.
"Pintar juga kau memilih pakaian yang baik," kekeh Gempa melihat outfit yang di pakai Solar.
Senyuman Solar terukir di wajah nya dan sudah pasti wajah narsis nya tidak bisa hilang.
"Tentu saja, Solar yang swag dan kekinian ini akan pantas menggunakan apa saja," jawab Solar.
Blaze menatap geli wajah Solar yang begitu membanggakan diri nya.
"Ya, terserah pada mu saja," ujar Gempa.
"Kalau begitu aku pergi dulu! Sampai jumpa nanti, jika sempat aku akan kembali kemari," ucap Solar melambaikan tangannya sebelum menutup pintu rumah Halilintar.
Thorn dan yang lainnya membalas lambaian tangan Solar dari ruang tamu. Dan saat itu juga Thorn sedang merapihkan barang barang bawaan nya, tentu saja saat ini Thorn masih memiliki jadwal wawancara tentang pekerjaan nya.
"Pergi juga?" Tanya Ice.
"Iya, jadwal ku padat karna tanaman langka yang tiba tiba muncul itu. Aku jadi sibuk karna meneliti nya," jelas Thorn sembari merapihkan barang barang nya.
Ice membantu Thorn memasukkan setiap kebutuhannya kedalam tas kecil milik Thorn.
"Terimakasih, Kak," ujar Thorn dengan senyumannya.
"Aku akan kembali dengan cepat, sampai jumpa nanti," ucap Thorn dengan penuh semangat kemudian menutup pintu.
"Semua orang sibuk ya, kasihan sekali mereka tidak bisa menikmati fasilitas nyaman rumah Kak Hali," ujar Blaze sembari memakan buah yang di ambil oleh nya dari dalam kulkas.
Hali membebaskan mereka semua menggunakan seisi rumah nya. Oleh sebab itu para adiknya akan nyaman dan menganggap rumah ini sebagai rumah mereka sendiri.
"Kak Gempa gak kerja juga?" Tanya Ice.
"Aku masih butuh refreshing, sekaligus menjaga rumah ini agar tidak berantakan oleh kalian," Ucap Gempa. Sontak Blaze langsung mengalihkan pandangannya yang sedang menatap ponsel dan langsung beralih pada Gempa.
Skip
"Senang rasanya bisa langsung bertemu dengan pemilik kafe terkenal di pulau rintis"
"Nama ku Sean, aku adalah ahli kuliner, baik makanan maupun minuman. Atau anggap saja aku orang yang suka melakukan kuliner di setiap tempat," jelas nya memperkenalkan diri.
Halilintar mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Sean.
"Aku dengar kafe anda begitu terkenal, oleh sebab itu aku tertarik dengan ini semua. Dan semua rumor tentang Kafe ini benar, sangat lezat dan juga fantastis," ucap nya dengan bersemangat.
"Aku membaca kartu identitas mu, ini dari tim kuliner yang begitu terkenal. Tapi aku baru melihatmu," ujar Halilintar seraya meletakkan cangkir kopi nya.
Sean tersenyum dengan lebar, "Hehe aku baru saja bergabung. Awal nya aku berkuliner sendirian, tetapi karna tim ini mengajakku, aku jadi tertarik. Tidak hanya makanan daerah saja yang mereka cicipi. Tapi berbagai macam makanan," jawab nya.
Obrolan mereka berlangsung cukup lama, Halilintar tipikal orang yang mudah bosan saat berbicara dengan orang baru. Tapi kali ini ia cukup menikmati obrolan tersebut hingga berlangsung cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenyataan
Short Story[TAMAT] Kemunculan sang elemental angin setelah di kabarkan membeku dan kehilangan nyawa nya 7 tahun yang lalu. 7 tahun lama nya, ke 6 elemental menganggapnya benar benar tiada. Tetapi, kini kembali hadir di hadapannya mereka. Seperti apa kenyataan...