23

104 23 3
                                    

Wajah datar nya berubah menjadi senyuman tipis.

Duarr!

Fokus Thorn hilang ketika Beliung muncul di hadapannya. Angin milik Beliung terasa cukup kuat hingga menerbangkan apapun yang terkena angin tersebut. Hal itu menyebabkan Thorn terkena senjata milik robot King Balakung.

Thorn terlempar sangat jauh hingga punggung nya menabrak bebatuan besar.

"Aaakkkhh!" Lirih Thorn yang merasakan jika beberapa tulang belakang nya patah.

Bruk

Tubuh nya mulai merasakan sakit luar biasa, luka sayatan di perut nya dan sekarang tulang punggung nya yang parah.

Mata Thorn terbelalak ketika melihat ukuran besar dari robot King Balakung berada di hadapannya.

"Aaaarrrgghhhh!" Lirih Thorn ketika tangannya di tarik kuat oleh robot King Balakung.

Suara itu sampai pada Halilintar yang sedang menahan setiap serangan Robot Santriantar berserta Kira'na yang kembali mengikuti pertarungan.

"Thorn?!"//batin Halilintar dengan mimik wajah panik nya.

"Apa yang harus aku lakukan?!"

"Meriam Ice!"

Tembakan es berhasil mengenai robot King Balakung dan membekukan robot itu untuk sesaat.

"Menembak dengan satu tangan sangat sulit," gerutu Ice dengan nafas tersengal.

Thorn terjatuh ketanah dan mulai menormalkan nafas nya yang tidak beraturan itu.

Tubuh nya seolah seperti Lego yang hendak di hancurkan.

Halilintar kembali fokus kepada pertarungannya setelah mengetahui ketiga adiknya sampai. Meskipun ia sendiri khawatir dengan situasi selanjutnya.

"Bukankah lebih baik kalian tidak datang,"//batin Halilintar.

Gempa menghampiri Thorn yang kembali terluka parah.

Sedangkan Ice dan Blaze mulai mengikut pertarungan. Tidak peduli dengan kondisi mereka yang sudah memburuk karena luka.

Bahkan para robot pendahulu mereka sudah menyadari keberadaan kedua elemental api dan air itu.

Gerakan cepat dari kedua robot tersebut mengincar Blaze dan Ice yang baru saja sampai.

"Bebola api!!"

Puluhan bola api di lontarkan oleh Blaze hingga mengenai robot Santriantar dan juga Kira'na. Asap tebal mulai terlihat dan api api itu kembali menjalar mengelilingi musuh Halilintar.

"Blaze?!" Panggil Halilintar ketika mata nya menatap Blaze yang melempar kuasa nya dari arah kejauhan.

Tatapan sang sulung begitu khawatir ketika melihat Blaze yang penuh dengan luka, bahkan tangannya memiliki bercak darah yang membekas cukup banyak.

Kesempatan sesaat, Halilintar menoleh ke berbagai arah untuk melihat kondisi ke empat adik nya.

Skip

"Thorn?!" Panik Gempa ketika sampai pada Thorn yang melemah di dekat bebatuan besar akibat reruntuhan kota.

"Kenapa kau datang, kak?!" Tanya Thorn dengan lirih begitu juga tatapan lemah nya.

Gempa sendiri hanya tersenyum dan menggenggam tangan Thorn.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi aku hanya ingin kita menjalani kehidupan bersama sama dan mengakhiri kehidupan ini bersama sama," jelas Gempa dengan senyumannya yang begitu singkat.

Kenyataan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang