1

500 45 14
                                    

Episode 1
.
.
.

Perasaan yang bercampur aduk, emosi yang sudah berlarut secara keseluruhan. Kesal, sedih, dan hampa, tatapan mata nya begitu tajam menatap jalanan luas. Kedua tangan itu menggenggam setir mobil begitu kuat.

"Sial!!"

"Itu bohong!! Jangan terpaku dengan hal itu Halilintar!" Guman nya dengan suara yang berat dan serak.

Netra siapa yang tidak akan berkaca jika mengingat semua yang telah berlalu. Namun ia kembali tenggelam oleh nuansa masa lalu yang kelam.

"Tenang!" Batin Hali mencoba mengingatkan dirinya untuk tetap tenang.

Halilintar harus tetap fokus pada perjalanannya menuju kerumah. Akan sangat bahaya jika ia terus larut dalam emosi nya yang bercampur aduk itu.

Tak butuh waktu lama ia akhirnya sampai dirumah nya sendiri. Benar benar sendirian, genggaman keras pada pintu itu membuat urat nya tampak jelas di tangan.

Braaakk!

Halilintar membanting pintu tersebut ketika ia menutup nya dan menghasilkan suara yang begitu keras.

Kriiinnggg~~.. kriiinnngg..

Suara telepon rumah yang berdering keras mengundang Halilintar untuk mendekat. Ia melepas sepatu hitam milik nya dan berjalan menuju telepon rumah itu.

Halilintar mengambil telepon tersebut dan mengangkat panggilan itu.

"Kak, sudah sampai rumah? Tadi kakak langsung pergi begitu saja. Dan ponsel mu ada bersama ku, itu tertinggal di Tapops-U," ucap adik nya bernama Gempa dari balik telepon itu .

"Kak?" Panggil Gempa karna Halilintar tidak menjawab sepatah kata pun.

"Antar ponsel itu! Panggil yang lainnya juga," ucap Halilintar lalu mematikan panggilan tersebut.

Ia duduk di sofa miliknya, menutup wajah nya dengan lengan yang berlapis kemeja putih.

"Kalian, apa kabar?"

"Kak Hali, pasti mendengar ini kan?"

"Taufan"

Semua kalimat itu menghantui pikiran nya sendiri. Bibir nya berdecak kesal ketika semua kalimat itu berputar di dalam kepala nya.

Tangan Halilintar mulai mengacak surai nya sendiri. Ia bahkan ingat jelas seperti apa kejadian tujuh tahun lalu, begitu juga peristiwa yang baru saja terjadi hari itu juga.

Kehadiran Taufan yang tiba tiba saja kembali datang dengan suara yang sama dan juga wajah khas nya.

"AARRRGGHH!! BAJINGAN!"

Teriak Halilintar dan tangannya mengacak benda yang berada di meja hingga jadi berserakan.

Flashback

Powerband dan layar itu terhubung. Ying membuka panggilan itu.

"Aku mohon, apapun itu. Jangan jadikan hal ini berhubungan dengan keluarga ku,"//batin Gempa memejamkan matanya.

Panggilan itu berhasil, dan terdapat suara kecil disana. Begitu buram, dan perlahan mulai jelas.

"Kalian, apa kabar?" Suara dari layar itu, terdengar begitu riang.

Suara yang sangat di kenali, tidak hanya elemental. Semua nya pasti akan terkejut dan tidak akan ada kalimat apapun

Gempa bahkan membuka matanya ketika mendengar suara yang dikenali nya, itu sangat menjadi ciri khas bagi orang pemilik suara itu.

Kenyataan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang