10

224 30 2
                                    

Angin dan gemuruh itu mulai mereda dan samar samar terlihat seseorang dari dalam angin berserta gemuruh itu.

Wajah nya tersenyum.

Seseorang kini mulai terlihat dengan sebuah pedang berukuran besar.

"Kau?!"

Sosok itu mulai terlihat jelas di antara debu yang berterbangan karna angin kuat tersebut.

Kedua Jendral itu bergerak dengan secepat kilat kearah sosok tersebut. Posisi elemental berada di tengah ruang sidang, mereka seolah olah seperti terkepung.

"Lama tidak bertemu, Boboiboy Elemental," sapa nya dengan suara yang tegas.

Surai nya perlahan berterbangan, begitu lembut dan berkilau jika dilihat dengan intens, wajah nya menampilkan smirk khas nya.

"K- kira'na?" Kaget Halilintar begitu juga dengan elemental lainnya.

Seorang Maharani yang di kabarkan sudah kehilangan kesadaran nya selama kurang lebih satu Minggu, saat ini berada di hadapan mereka.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Heran Ice melihat situasi yang sangat tidak jelas sedang terjadi.

"Sesuai perintah, Maharani," ucap Jendral Gur'mida.

Kira'na menatap jendral nya itu, ia tersenyum senang dan melihat Elemental yang berjarak tak jauh dari nya.

Kaki nya melangkah begitu perlahan, dengan tangan yang membawa pedang milik nya sendiri. Pedang yang sama seperti dahulu, pedang yang ia gunakan untuk merampas kuasa Halilintar.

"Maharani, bisa jelaskan apa yang sedang terjadi sekarang?!" Tanya Halilintar dengan tatapan tegas nya.

"Sudah tidak perlu di perjelas lagi. Aku hanya senang kalian datang ke planet ini dengan sendiri nya, aku tidak perlu membuat bualan yang baru," ujar Kira'na.

"A- apa maksudmu?" Bingung Thorn.

Kira'na terkekeh dengan perlahan, melihat wajah elemental yang sangat kebingungan.

Tanpa disadari, seluruh ksatria Gurlatan sudah berada di sekitar mereka dan mengepung mereka.

"Aahh.. melihat ini aku jadi teringat masa lalu," ucap Kira'na.

"Serang mereka!" Perintah Kira'na.

Para ksatria itu menuruti perintah Kira'na dengan cepat. Dengan jumlah yang sangat banyak, mereka maju dengan cepat untuk menyerang elemental.

"Situasi macam apa ini?!" Desis Halilintar.

"Tetakan pedang Halilintar!"

Tangan itu kembali memegang pedang hitam dengan merah Ruby setelah sekian lama, menyerang setiap pasukan Gurlatan dengan kuasa petir milik nya.

Pergerakannya masih sama seperti dulu, dengan cepat mengalahkan sebagian pasukan.  Hal itu membuat Sang Maharani menampilkan seringai khas nya.

"Jika aku berhasil merampas nya kembali, galaksi ini akan semakin kuat," guman Kira'na sembari melihat dengan intens setiap pergerakan Halilintar.

Melihat sang sulung sudah bergerak, para adik nya mulai melawan setiap pasukan Gurlatan yang berada di hadapan mereka semua.

Tanah tinggi milik Gempa yang berhasil melempar jauh para ksatria itu. Ketiga Golem milik Gempa pun begitu gesit bergerak menghancurkan ksatria itu.

Api milik Blaze yang sudah menjalar membakar setiap pasukan yang terkena api itu. Bahkan dinding Es sudah membekukan para pasukan tersebut serta menutup akses para pasukan Gurlatan untuk mendekat ke arah mereka.

Kenyataan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang