5

240 30 4
                                    

Tengah malam yang begitu dingin, kamar yang menjadi gelap karna hampir seluruh lampu di matikan. Bahkan sumber cahaya hanya berasal dari cahaya bulan yang masuk melalui sela sela jendela.

Sesuai keinginannya, Solar langsung tertidur usai sampai dirumah sang sulung hingga melupakan niat awal nya datang kerumah Halilintar.

•Kenyataan•

.

.

Pip.. pip..

Suara yang membangunkan sang pemilik netra silver, mata nya itu terbuka perlahan hingga memperlihatkan manik indah milik nya.

Mengusap perlahan mata nya itu dan mencari sumber suara yang membangunnya.

Dari arah meja terdapat sesuatu yang bersinar terang kala menyala. Ia turun dari ranjang nya secara perlahan agar tidak membangunkan kakanya yang tak lain adalah Thorn.

"Karna terlalu lelah aku sampai lupa kalau ini niat awal ku," guman Solar sambil berjalan menuju meja yang menjadi letak powerband nya.

Solar mengabaikan powerband nya setelah mematikan suara yang berasal dari powerband itu.

Ddrrrtt... Dddrrttt

Suara itu lagi lagi membuat Solar kembali mengalihkan pandangannya dan berbalik arah.

Kali ini ia benar benar memperhatikan powerband nya yang terus berbunyi, dan yang kedua ini sangat berbeda dari sebelum nya.

"Ini"

"sama seperti sebelumnya"

Solar bergegas keluar dari kamar nya dengan powerband yang ia pegang. Langkah nya itu membawa Solar kepada kamar sang sulung yang sudah tertutup rapat dengan pintu.

Tok.. tok.. tok..

Suara dari tangan Solar yang terus menerus mengetuk pintu kamar Halilintar. Dan tak lama suara itu berhasil membangunkan sang sulung dan membukakan pintu tersebut.

"Ada apa? Butuh sesuatu?" Tanya Halilintar.

"Lihat ini! Panggilan yang sama-"

"Solar.." ucap Halilintar memotong penjelasan Solar.

Solar yang mendapati reaksi seperti itu menjadi sedikit kesal, hal itu di dukung dengan ekspresi Halilintar yang acuh tak acuh ketika Solar memperlihatkan isi powerband nya.

"Kak, ini panggilan yang sama! Ini Kak Taufan!" Ketus Solar.

Halilintar menatap datar kearah Solar, semua ucapan dan larangannya kembali di ulangi oleh adik nya.

Sungguh jika ia bisa membentak Solar lagi, mungkin Halilintar akan mengeluarkan semua nya, jika ia sudah sangat muak dengan hal hal yang berhubungan dengan masa lalu.

Meskipun itu mencakup Taufan sekalipun.

"Sudah ku bilang berapa kali Solar?" Tanya Halilintar dengan suara yang terdengar datar.

"Tapi kak, apa salah nya untuk melihat ini lagi?!" Tanya Solar yang mulai menaikkan nada bicara nya.

Halilintar berusaha menetralkan emosi yang sudah mulai naik saat harus kembali berdebat dengan Solar tentang masalah yang sama.

Kenyataan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang