Chapter 03

15K 616 1
                                    

"HAH, SIALAN" Aike menyeka rambutnya keatas kepalanya dengan kasar

Sejahat-jahat dirinya, Aike tidak mungkin meniduri orang yang sedang pingsan. Ia turun dari tempat tidur Cyrus dan melanjutkan aktivitasnya di dalam kamar mandi. Hampir satu jam lamanya ia baru merasa lega.

Ia keluar dari kamar mandi sambil menyeka rambutnya yang masih basah menggunakan handuknya. Aike sudah mengganti pakaiannya dengan kaos oblong putih polos dan celana training panjang. Pakaiannya tampak biasa-biasa saja dan terkesan santai ketika ia berada di rumah berbeda dengan ketika ia harus pergi ke kantor.

Ia penasaran apakah Cyrus tadi benar-benar pingsan atau hanya berpura-pura, oleh karena itu ia mencoba untuk kembali kekamarnya secara diam-diam dan ingin memergokinya. Namun, dari kejauhan ia sedikit terkejut ketika melihat posisi pintu masih sama dengan terakhir kali ia pergi meninggalkan kamarnya. Aike bergegas menuruni tangga.

Setelah satu jam lamanya, ternyata Cyrus masih belum menyadarkan diri, ia masih tergelatak dengan tubuh yang tanpa sehelai benang pun diatas kasurnya. Saat Aike hendak berniat menyelimuti Cyrus, tangannya tidak sengaja menyentuh kulitnya. Aike merasa seperti tersengat karena suhu tubuhnya yang begitu panas. Setelah ia meletakkan punggung tangannya ke dahi Cyrus, barulah ia menyadari bahwa pria yang terbaring lemah itu ternyata sedang demam tinggi.

Aike menghubungi dokter pribadinya untuk mengecek keadaan Cyrus. Ia takut barang yang baru saja ia beli dan belum ia gunakan sama sekali meninggal dengan menyedihkan dirumahnya, oleh karena itu ia meminta dokternya untuk meresepkannya obat dan beberapa vitamin untuk kesembuhan orang itu.

Selama pengecekan Aike tidak beranjak pergi dari kamarnya. Ia melihat Si Dokter perlahan-lahan menurunkan selimut yang menutupi tubuh Cyrus hingga ke perut Cyrus untuk mengecek kondisinya.

"Apakah perlu pengecekan kesehatan bagian organ dalam tuan?" tanya dokter setelah mengecek suhu tubuh dan menyuntikkan suntikan yang berisi cairan ke lengan Cyrus.

"Tidak usah!" tolak Aike mentah-mentah

"Baiklah, pasien beberapa hari ini tampaknya cukup kelelalahan. Selain kurang tidur ia juga kurang asupan nutrisi oleh karena itu tubuhnya sangat lemah. Saya sudah meresepkan obat dan vitamin untuknya diatas meja sesuai permintaan tuan, nanti kalau pasien sudah sadar jangan lupa mengingatkan dia untuk mengonsumsi keduanya secara teratur setelah makan"

Aike hanya mengangguk-angguk menanggapi Dokter, jujur saja sebenarnya ia tidak begitu peduli.

"Baiklah, jika tuan sudah mengerti saya pamit dulu." ujar dokter itu.

"Dokter, aku harap jangan sampai orangtua ku mengetahui tentang hal ini. Jika mereka ada bertanya apa-apa bilang saja tidak tahu." pinta Aike dengan nada suara yang sedikit direndahkan.

"Baiklah, tenang saja." Dokter menepuk pelan bahu Aike.

Ia sudah ditugaskan untuk merawat Aike sejak Aike masih kecil. Oleh karena itu, Aike tidak merasa cemas sedikitpun terhadapnya.

Dokter berjalan pergi meninggalkan mereka berdua, ruangan kembali sunyi dan hanya deruan nafas Cyrus yang terdengar samar-samar.


Kelopak mata Cyrus terasa berat sekali untuk terbuka. Ia masih berusaha membuka matanya hingga ruangan yang semulanya tampak kabur lama-kelamaan menjadi jernih dan jelas. Ia juga menggosok matanya berkali-kali untuk menghilangkan rasa kantuknya yang masih tersisa.

"Ah iya aku sudah tidak berada di neraka itu lagi." batinnya berkata setelah melihat ruangan yang sangat asing baginya.

Ia turun dari tempat tidurnya, ia tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur, kaki dan seluruh badannya masih terasa lemas dan tidak bertenaga. Ia bersusah payah berjalan keluar dan tidak menemui seorangpun didalam ruangan rumah itu.

Sepi dan tidak ada penghuninya sama sekali. Kecuali suara perutnya sesekali berbunyi nyaring karena ia benar-benar sudah kelaparan. Cyrus meraba-raba perutnya berkali-kali berusaha untuk menahan rasa laparnya.

Karena tidak berani berjalan bebas dirumah bukan miliknya, Cyrus memutuskan untuk kembali kedalam kamarnya. Ia kembali tidur dengan perut yang masih keroncongan.

Baru hendak kembali terlelap, tiba-tiba pintu kamarnya terketuk beberapa kali. Cyrus harus berusaha sekali lagi berjalan untuk membuka pintu.

"Ada apa?" tanya Cyrus terlebih dahulu

"Ah halo tuan Cyrus maaf ganggu tidurnya, saya sekretarisnya tuan Aike, ini makanan yang dipesan oleh tuan, dan tuan minta jangan lupa untuk minum obat yang ada diatas meja. Obat itu sudah diresep oleh dokter jadi jangan khawatir." Pria manis berkecamata itu menyodorkan beberapa kantong plastik yang berisi buah-buahan dan beberapa makanan berat lainnya.

Cyrus awalnya hendak menolaknya, tapi perutnya benar-benar sudah tidak bisa menahan rasa laparnya lagi, mau tidak mau ia mengambilnya.

"Terima kasih." Ucapnya singkat

"Jangan lupa dimakan ya, saya pamit dulu." Begitu sekretarisnya pergi, Cyrus kembali menutup pintu kamarnya. Ia mengambil beberapa kue yang ada di dalam plastik dan menyantapnya. Didalam plastik selain berisi buah-buahan dan makanan, juga berisi beberapa botol minuman sehat seperti susu dan minuman tinggi vitamin lainnya.

Perutnya Cyrus sudah kembali terisi dengan sempurna, alih-alih mengonsumsi obat yang ada diatas mejanya, ia malah mengonsumsi obat miliknya sendiri yang ia keluarkan dari dalam tas kecilnya. Sejak kecil Cyrus memang sudah memiliki riwayat penyakit jantung bawaan dari ibunya.

Saat ia melihat obat-obatan yang ada di telapak tangannya, tiba-tiba ia kembali teringat peristiwa nahas yang menimpa keluarganya beberapa puluh tahun yang lalu.

23 tahun yang lalu..

Selena adalah nama ibu kandung Cyrus sedangkan Zeke adalah nama ayah kandungnya. Kandungan ibunya telah memasuki usia 8 bulan, hamil 8 bulan adalah saat yang tepat untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Tiba-tiba suatu malam ibunya merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya. Karena sudah larut dan hujan lebat ayahnya kesusahan untuk memesan taxi. Ayahya terpaksa berlari kerumah satu persatu tetangganya yang memiliki mobil untuk meminta bantuan. Mungkin karena hujan lebat oleh karena itu tidak ada yang ingin membantu.

Dirumah yang terakhir, Ayahnya berhasil mendapat bantuan dengan cara ia membuang harga dirinya dan bersujud di depan pemilik mobil. Karena merasa iba sang pemilik mobil akhirnya membantu mereka.

Diperjalanan, Selena terus-terusan berteriak kesakitan kemungkinan 100% ia akan melahirkan. Melihat istrinya yang kesakitan Zeke merasa campur aduk antara takut dan cemas, Zeke terus-terusan mendesak pengemudi untuk menaikan kecepatan mobilnya agar lebih tinggi lagi. Kebetulan saat itu hujan lebat dan jalanan sangat licin. Karena terlalu sering di desak si pengemudi tidak fokus berakhir ia menabrak truk yang datang dari arah berlawanan.

Debt and Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang