Chapter 11

8K 521 4
                                    

Cyrus merasa kesepian, pasalnya dirumah sebesar ini ia hanya sendirian saja. Tapi kadang-kadang Leo akan datang mengunjunginya dan membawa beberapa cemilan untuknya. Ia tau Leo melakukan itu pasti karena suruhan dari Aike.

Cyrus mengambil ponselnya dan mengecek kontak teleponnya. Hanya ada nomor Leo dan Aike saja yang tertera disana. Entah mengapa ia ingin sekali menelpon dan berbicara dengan Aike tapi ia malu.

"Apa yang baru saja aku pikirkan" batin Cyrus berkata, ia menggeleng-gelengkan kepalanya menolak apa yang hampir baru saja ia lakukan.

Hari ini adalah ketiga harinya Aike tidak ada dirumah, Cyrus tidak menyangka ternyata keberadaan sesosok Aike sangat mempengaruhi suasana rumah ini. Sudah lama Cyrus tidak merasa seperti ini, rasa dimana ia ingin seseorang berada disisinya dan mengandalkannya.

"Apa aku baru saja memikirkannya lagi? apa itu tandanya aku mulai suka padanya? tidak... tidak....aku straight." lagi-lagi ia menggeleng-gelengkan kepalanya menolak apa yang baru saja ia katakan. Ia yakin apa yang baru saja ia pikirkan terjadi karena rasa kesepian bukan rasa suka.

Cyrus kembali kedalam kamarnya, ia merasa bosan dan tidak tau hendak melakukan apa. Ia berbaring ketempat tidurnya dan memejamkan kedua matanya.

Ia tidak mengira awalnya ia hanya ingin berbaring santai, ia malah tertidur pulas. Ketika bangun tidur Cyrus tidak sengaja menoleh keluar jendelanya, langitnya sangat gelap meskipun jam dinding baru saja menunjukkan pukul 3 sore. Sepertinya sore itu akan turun hujan deras. Benar saja tidak lama air hujan mulai berjatuhan. Cyrus duduk dan bangun berlari menutup tirai jendela, ia merasa kegelisahan mulai muncul dihatinya. Takut, ia sangat takut saat melihat hujan, sebab dari kecil hingga dewasa ia mendapat sugesti bahwa Cyrus yang membunuh ibunya saat hujan deras dan kemudian ayahnya akan memukulinya habis-habisan dan membiarkannya dibawah hujan hingga hujan berhenti.

Sampai sekarang Cyrus tidak bisa melupakan kejadian itu. Kejadian-kejadian itu seolah-olah menghantuinya dan membuatnya merasakan trauma yang hebat. Cyrus berjalan kembali ketempat tidurnya, ia menarik selimut dan bersembunyi didalamnya. Ia merasa sangat ketakutan sekarang, ia mencoba untuk menenangkan dirinya ia tidak boleh cemas berlebihan jika tidak kondisi jantungnya akan tidak baik. Segala upaya yang ia lakukan tidak berhasil, hujan turun semakin deras dan ia semakin lama semakin cemas.

Cyrus mengambil hpnya dan mengotak atiknya hingga menemukan nomor Aike. Mau tidak mau ia harus menghubunginya sekarang, tapi ia merasa tidak enak juga karena Aike beberapa hari ini tidak ada menghubunginya bahkan pesan yang terakhir ia kirim tidak dibalas oleh Aike.

"Tapi aku takut... " ujarnya gemetar

Akhirnya ia memberanikan diri untuk melakukan panggilan video untuk Aike. Ia merasa cemas karena Aike tidak menerima panggilannya.
"Apa dia tidak ingin berbicara denganku?" gumamnya pelan.

Tiba-tiba muncul wajah Aike dilayar hpnya saat Cyrus sudah hampir menyerah dan ingin membatalkan panggilannya.

"Kenapa?" tanya Aike dengan suara yang lirih

"A.. aku hanya ingin me..mengobrol.. " jawabnya.

suaranya terdengar gemetaran membuat Aike yang semulanya tenang langsung merubah rautnya menjadi cemas.

"Apa yang terjadi? dimana Leo? kenapa kau tidak menghubunginya? apa hal seperti kemarin terjadi lagi?" Aike menghujaninya dengan satu persatu pertanyaan, ia masih panik mengingat apa yang terjadi dengan Cyrus beberapa hari yang lalu, terbayang-bayang muka Cyrus yang sangat pucat dan sangat kesakitan. Aike tidak bisa tidak khawatir jika mengingat kejadian itu.

"Hujan deras dan aku tidak ingin merepotkannya." jawabnya lesu, Cyrus merasa lebih tenang saat ia sudah mengobrol dengan Aike, lagi-lagi ia berharap Aike ada disampingnya dan memeluknya sekarang.

"Aku sudah mengirim pesan kepadanya bentar lagi ia akan tiba. Sekarang kau ada dimana?" Tanya Aike saat melihat sekeliling Cyrus yang gelap dan tidak bercahaya sama sekali. Cyrus menjawabnya tanpa ragu-ragu pada Aike ia mengatakan bahwa ia ada di dalam selimut, perkataanya berhasil mengundang tawa Aike, Aike menertawai dan mengolok-ngoloknya ia berkata bahwa Cyrus bahkan bukan anak kecil lagi tapi ia masih takut dengan hujan dan bersembunyi di dalam selimut. Cyrus menutup wajahnya dengan guling karena merasa malu dengan ejekan Aike, tapi anehnya ia tidak merasa marah ia malah merasa suasana hatinya berangsur-angsur tenang dan membuat ia melupakan hujan deras diluar sana.

Saat ditengah-tengah obrolan mereka, Cyrus melihat sepertinya Aike mengusir seseorang,  secara bersamaan Cyrus dapat mendengar dengan samar-samar bahwa ada suara gadis yang mengatakan padanya untuk segera memasuki kedalam ruangan karena rapat masih berlangsung. Apa sebenarnya Aike lagi sibuk dengan pekerjaannya pikir Cyrus, tapi ia malah meninggalkannya dan melakukan panggilan video  dengannya, hal itu membuat Cyrus merasa bersalah, ia hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mempedulikan apa yang sedang dilakukan Aike sebenarnya. Harusnya ia bertanya terlebih dahulu apakah Aike sibuk atau tidak.

"Maaf, aku mengganggumu dan terima kasih karena sudah menemaniku." ujarnya dengan suara lirih dan penuh senyuman diwajahnya. Aike mengerti, senyuman yang baru saja Cyrus lakukan penuh dengan maknanya, ia tau dengan betul bagaimana raut wajah Cyrus ketika ia benar-benar tersenyum dengan bagaimana ia berpura-pura tersenyum.

"Tidak usah peduli dengan sekretarisku barusan, rapatnya juga tidak terlalu penting jadi tidak perlu merasa bersalah." Aike berusaha menjelaskan kepada Cyrus

Cyrus mengangguk-angguk tanda mengerti. Sore itu Aike menemani Cyrus sampai Leo datang untuk menemaninya. Setelah Leo tiba, Aike langsung mematikan panggilannya dan kembali kedalam ruangan untuk melanjutkan rapat nya.

Ia mendapat tatapan penuh heran dari orang-orang yang hadir didalamnya, pasalnya seorang direktur harus keluar meninggalkan rapat hanya karena satu panggilan telepon dan membuat rapat harus tertunda beberapa menit. Mengingat posisinya, tidak ada yang berani memarahi dan menegurnya meskipun ia seenaknya.

"Baiklah mari kita lanjutkan rapat kita." ujar Aike tanpa rasa bersalah sedikitpun diwajahnya.

Debt and Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang