"Tenang aja, malam ini aku tidak ingin melakukannya." ujar Aike yang ikut berbaring disamping Cyrus.
Cyrus menurunkan selimutnya, ia juga menurunkan kewaspadaannya terhadap Aike. Ia tidak menyangka mereka tidak akan melakukan sex padahal sudah tidur seranjang.
"Oh iya besok aku akan pulang larut, jadi kalian tidak usah menungguku untuk makan malam." sambungnya setelah ia berdiam cukup lama.
Cyrus mengangguk-angguk tanda ia mengerti, ia tidak ingin bertanya mengapa dan ada apa pada Aike tapi ia sebenarnya merasa penasaran.
Aike memeluknya dan menenggelamkan wajah Cyrus kedalam pelukannya. Cyrus terkejut tiba-tiba saja orang itu memeluknya, ia ingin menolak dan mendorongnya pergi tapi tangannya tidak mau bergerak. Ia merasa nyaman dan sangat hangat sekali saat berada didalam pelukan Aike, apakah ini yang dinamakan dengan pelukan kasih sayang.
"Aku tidak bisa menyangkalnya lagi, aku sangat menyukai Aike. Aku ingin... ingin menjadi miliknya." Batin Cyrus berkata. Ia terbuai oleh kenyamanan yang diberikan oleh Aike. Ia masih tidak tahu bagaimana perasaan yang sebenarnya Aike miliki terhadap dirinya. Apakah Aike juga memiliki perasaan atau tidak pada dirinya ia sangat ingin mengetahuinya. Tapi ia benar-benar berharap Aike juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya
"Minggu depan aku ulang tahun, kamu ingin memberi aku apa?" tanya Aike sambil menggosok-gosokkan dagunya diatas kepala Cyrus. Cyrus diam sejenak seolah-olah ia tengah memikirkan sesuatu. Setelah mendapat ide ia menjawab Aike dengan dua kata "itu rahasia" katanya.
Aike mengerutkan keningnya lalu ia berkata "Tidur" dengan nada yang sedikit ditinggikan. Seolah-olah ia merasa kesal setelah mendengar jawaban dari Cyrus.
Cyrus tersenyum manis, ia ikut membalas pelukan Aike, berakhir mereka tertidur pulas sambil berpelukan.
Bangun tidur, Cyrus mencoba meraba-raba sebelahnya setelah ia merasa tidak ada orang disisinya, pasalnya sepanjang malam ia tidur berpelukan dengan cara bersandar di dada bidang milik Aike namun sangat bangun tidur ia merasa kosong. Saat membuka kedua matanya ia sudah tidak melihat adanya sosok Aike disebelahnya, sebaliknya ia malah melihat Damian yang tengah duduk disebelahnya sambil memainkan ponsel.
"Damian? pamanmu sudah pergi bekerja?" tanya Cyrus.
Damian tidak menjawab, ia menanggapi dengan cara menganggukkan beberapa kali kepalanya. Cyrus turun dari tempat tidur dan beranjak pergi, ia merasa sangat kedinginan sekali tidak seperti biasanya. Ia melihat kearah luar jendela tampaknya hari ini akan hujan lebat, awan hitam mulai berkumpul diatas atap rumahnya.
Dia merasa sedikit tenang karena dengan adanya Damian disisinya, sebelumnya ia sendirian jadi ia sangat ketakutan. Ia tidak ingin merepotkan orang lain untuk menemaninya lagi.
Meskipun awan sudah menggelap, tampaknya hujan tidak jadi turun hari ini. Pasalnya matahari sudah hampir tenggelam di arah barat air hujan masih tidak turun setetes pun. Cyrus berterima kasih sepertinya Tuhan tahu ia tidak menyukai hujan oleh karena itu ia tidak jadi menurunkannya.
Malam itu karena Aike akan pulang terlambat, Cyrus memutuskan untuk menemani Damian tidur. Persetan ia mau tidur dengan siapapun, lagian Damian masih anak-anak pikir Cyrus.
Saat hendak memejamkan kedua matanya, Cyrus mendengar sepertinya tetesan hujan mulai berjatuhan dan angin kencang menghembus masuk lewat ventilasi kamarnya.
Semakin lama hujan semakin lebat, Cyrus mendekatkan dirinya pada Damian dan memeluknya. Ternyata traumanya masih belum menghilang juga, ia hampir gemetaran menahan rasa takutnya.
Ruangan tersebut tiba-tiba menggelap, sepertinya karena angin yang kencang membuat listrik yang ada di sekitarnya mengalami konslet.
Damian terbangun dari tidurnya dan ia tidak sengaja melihat kearah jendela kamarnya, ia juga merasa ketakutan saat melihat tirai jendela kamar terbang kesana kemari akibat angin kuat yang mendorong masuk lewat ventilasi dan celah-celah lubang yang ada dikamarnya. Cyrus merasa kasian dengannya ia berniat bangun dan hendak menyelipkan tirai jendela itu kemanapun asal ia tidak terbang dan terbuka seperti tadi.
Ia berjalan dengan gemetaran, saat mendekat kearah jendela ia menoleh kearah luar dan melihat hujan turun sangat lebat. Ia takut sangat takut. Satu persatu kata yang mengutuknya terngiang-ngiang didalam kepalanya. Tapi diantara beribu-ribu banyaknya kata hanya satu kata yang sangat mengguncangnya, yaitu kata "PEMBUNUH"
Ia menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya. Berharap ia tidak mendengar kata itu lagi namun ia terus terbayang-bayang olehnya, ia mulai berhalusinansi bahwa ibunya muncul didepannya dan ikut mengatainya karena menyebabkan kematiannya.
Cyrus terus-terusan berteriak minta maaf, Damian berlari kearahnya dan berusaha memeluknya. Cyrus sepertinya mendengar Damian menangis, ia ingin membujuknya tapi tangannya tidak mau bergerak. Kaki dan badannya lemas berakhir ia jatuh pingsan karena sudah tidak mampu untuk bertahan lagi.
Cyrus pingsan cukup lama, begitu terbangun ia sudah terbaring diatas tempat tidur dengan ditutupi oleh selimut diatasnya. Ia merasakan kepalanya sangat sakit dan sekujur badannya lemas.
Sosok pertama yang ia lihat saat sadar adalah Aike, Aike yang tengah menggendong Damian dibahunya. Lalu ia melihat seorang pria yang memakai jas putih tengah berdiri disamping Aike yang sepertinya itu adalah seorang dokter. Begitu Cyrus sadar, dokter itu berpamitan pada Aike dan berjalan pergi menyisakan mereka bertiga diruangan itu.
Damian turun, dan berlari kearahnya lalu memegang tangan Cyrus, matanya berkaca-kaca dan sepertinya ia baru saja berhenti menangis.
"Kau benar-benar berhasil menakutinya." ujar Aike disela-sela keheningan
"Maaf membuatmu takut." Cyrus membelai pelan kepala Damian
"A..apa kak Cyrus masih me..merasa sakit?" Cyrus terkejut, bagaimana ia tidak terkejut baru saja ia pingsan sebentar tiba-tiba Damian sudah bisa berbicara padanya meskipun masih terdengar gagap-gagap.
"Aku pingsan berapa lama?" tanya Cyrus pada Aike, Aike menjawab dengan acuh tak acuh ia berkata Cyrus pingsan selama satu malam penuh dan sepertinya ia tidak hanya pingsan saja tapi langsung tertidur pulas.
Cyrus tersipu, apa yang dikatakan Aike benar ia tidak hanya pingsan tapi juga tertidur.
Ia kembali bertanya mengapa Damian tiba-tiba saja bisa berbicara. Aike menjelaskan sebenarnya Damian memang sudah bisa berbicara tapi ia tidak pernah ingin mengeluarkan suaranya dan tadi malam karena Cyrus untuk pertama kalinya Damian berbicara dan menjadi pemicu mengapa Damian mulai berbicara.
"Tadi malam?" tanya Cyrus dengan raut wajah kebingungan
Aike mulai menjelaskan apa yang terjadi tadi malam pada Cyrus. Karena tadi malam ia pingsan, Damian tiba-tiba berinisiatif menghubungi Aike diponselnya. Kala itu Aike tengah mengadakan pesta karena berhasil mendapatkan proyek besar yang telah lama perusahaannya inginkan. Begitu mendapat panggilan dari Damian, Aike merasa ada yang tidak beres, awalnya Damian hanya terdiam tidak mengucapkan apapun, namun mungkin karena ketakutan dan panik ia tanpa sadar berkata pada Aike "Pa-paman.. kakak Cyrus kesakitan." mendengar itu Aike bergegas pulang kerumah dan meninggalkan pestanya.
Saat pulang ia dikejutkan dengan pemandangan bahwa Cyrus telah jatuh pingsan dilantai, mukanya pucat dan badannya sangat dingin, dingin sekali membuat Aike sempat ikut merasa takut.
Ia merasa sedikit tenang setelah merasakan nadi di tangan dan leher Cyrus yang masih berdenyut normal, malam itu adalah tragedi yang sangat menakutkan bagi Aike. Ia tidak ingin hal seperti itu terjadi lagi kedepannya ia berjanji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Debt and Love [END]
Teen FictionCyrus adalah pria miskin yang di diagnosis menghidap penyakit jantung turunan saat ia masih kecil. Ibunya pergi tanpa menyisakan apapun untuknya, sepertinya penyakit itulah merupakan satu-satunya peninggalan dari ibunya. Suatu hari Cyrus diculik ol...