Chapter 25

5.7K 345 1
                                    

Baru mau mendaratkan pantatnya diatas sofa, ponselnya tiba-tiba berdering lagi. Aike menjawabnya secepat kilat tidak ingin terlambat meski hanya satu detik saja, barusan ia mendapatkan kabar bahwa bawahan yang ia kirim untuk memata-matai Dereck sudah mati akibat terkena tembakan tepat dibagian kepalanya.

Hal itu menambah spekulasi Aike bahwa sudah jelas Dereck adalah dalang semua ini, jika tidak mengapa ia membunuh bawahannya.

Aike mengotak-atik hpnya, ia berharap  mempunyai nomor Dereck di kontaknya namun ia tidak menemukannya. Aike mengusap wajahnya dengan kasar, jam dinding juga sudah menunjukkan pukul 8 malam. Semakin malam, maka pencarian akan semakin sulit untuk dilakukan.

Baru ia mau beranjak pergi untuk mencari Cyrus, tiba-tiba ponselnya berdering lagi, kali ini adalah nomor yang tidak dikenalinya yang menghubunginya. Aike dengan secepat kilat untuk menjawab panggilannya.

'Ah, kau menjawabnya begitu cepat.' suara pria yang tidak asing bagi Aike dan ia mengenali dengan baik suara pria yang menghubunginya barusan. Aike mengepalkan tangannya dan sorot matanya berubah karena menahan amarah.

"Dereck, kembalikan dia padaku sialan, dia tidak tahu apa-apa ini hanya bisnis kita berdua." Aike langsung ke intinya ia bahkan meninggikan suaranya, ia sudah tidak bisa sabar lagi dengan orang itu.

'Oh, dia memang tidak tahu apa-apa tapi dia bisa berguna untuk mengancammu.' Pria di balik telepon tertawa keras, tawa yang mengisyaratkan bahwa ia telah menang.

"Sialan, apa yang kau inginkan dariku? kurang ajar." tanya langsung Aike ke intinya, ia sebenarnya tahu bahwa Dereck menginginkan proyek yang telah jatuh ke tangannya namun ia hanya berpura-pura.

"Jangan-jangan pura bodoh, kau pasti tahu aku menginginkan proyek itu. Nanti jam 10 malam aku akan kembali menghubungimu, aku memberimu pilihan apakah kau memilih untuk memberikan aku proyek itu atau aku akan melakukan sesuatu pada kekasih kecilmu." Dereck mematikan panggilan teleponnya, ia tidak ingin mendengarkan lagi tanggapan dari Aike, menurut Dereck, Aike terlalu berisik dan suka meninggikan suaranya, saat melakukan panggilan dengannya pun Dereck harus menjauhkan sejauh mungkin hpnya dari telinganya agar tidak merusak gendang telinganya.

"SIALAN, BENAR-BENAR PRIA SIALAN." Aike mengepalkan tangannya dan meninju dinding rumahnya dengan sembarangan. Tangannya berlumuran darah, namun anehnya ia tidak merasakan sakit.

Ia mengacak-acak rambutnya, proyek itu adalah proyek yang sangat diinginkan oleh kakek dan ayahnya bagaimana ia bisa menyerahkannya begitu saja.

Ia harus menghadapi ayahnya jika ingin memberikannya pada Dereck, tapi ia yakin ayahnya tidak akan melepaskannya begitu saja.

Tapi Aike juga tidak ingin duduk diam dan menunggu hingga jam 10 nanti, ia mengambil kunci mobilnya dan mau tidak mau ia harus menghadap ayahnya sekarang. Jika ia tidak mencoba bagaimana ia akan tahu hasilnya.

Ibunya sangat terkejut saat melihat kepulangan anak laki-lakinya yang begitu berantakan dengan luka ditangannya, wajahnya juga tampak begitu putus asa. Ibunya membelai pelan wajah Aike ingin memastikan apakah benar pria yang berdiri didepannya sekarang adalah anak laki-lakinya.

"Ibu, Ayah dimana? ada yang ingin aku bicarakan." ujarnya tanpa basa-basi, ia benar-benar sudah hampir kehabisan waktunya, hal itu gara-gara ia berkendara ke rumah orangtuanya yang sangat memakan waktu.

"Ayahmu sedang duduk diruang tamu dengan kakak dan adikmu, kebetulan kakakmu juga sedang   menginap disi.. " Ibunya menghentikan ucapannya begitu melihat Aike langsung menerobos masuk dan berjalan menghampiri ayahnya.

"Ayah, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan." Aike tertunduk lesu, jujur ia sangat ketakutan sskarang apalagi dengan temperamen ayahnya yang begitu menakutkan, membuat siapapun yang akan berhadapan dengannya bergidik ngeri. Tapi meskipun begitu, ia harus berani ia akan melakukan apapun untuk menyelamatkan Cyrus sekarang.

"Kau jarang pulang, tapi sekali pulang kau bukan menyapa dan bertanya apa kabar ayah tuamu ini, kau benar-benar... ck" ucapannya terhenti tidak ingin melanjutkan begitu melihat penampilan Aike yang berantakan, ibunya berjalan menghampiri Aike dengan membawa obat dan perban ditangannya.

"Ayah apa kabar?" tanya Aike tidak ikhlas.

"Sudahlah, apa pekerjaan dikantor begitu berat hingga membuatmu seperti ini, padahal kau hanya perlu du.. " ucapan ayahnya dipotong oleh Aike dengan beraninya. Ayahnya terkejut baru kali ini ia melihat anaknya begitu kurang ajar padanya, tidak hanya ayahnya, adik dan kakaknya juga ikut terkejut.

"Ayah, ada hal yang lebih penting ingin aku bicarakan, aku.. aku ingin." ucapannya tergagap

"Aku ingin memberikan proyek itu pada Dereck, dia.. dia sedang menyandera orangku dan aku harus menyelamatkannya."

Ayahnya bangun dari tempat duduknya dan berdiri berhadapan dengan Aike. Ia menatap tajam kearah Aike dan Aike menatap balik ayahnya tanpa rasa takut sedikitpun, sebelum datang kesini ia sudah tahu hal ini akan terjadi dan dia akan menanggung resikonya.

"Katakan sekali lagi." pinta ayahnya

"Aku ingin melepas proyek itu." Kata Aike sekali lagi  tanpa sedikit keraguan diwajahnya.

"Dereck? anak dari bajingan yang hampir membangkrutkan perusahaan kita? sejak kapan aku mengajari mu untuk berbaik hati seperti ini. Dan.. kau punya banyak orang di sisimu biarkan saja dia menyandera salah satunya." Ucap ayahnya tanpa rasa bersalah diraut wajahnya, mendengarnya Aike mengepalkan erat tangannya, ibunya yang tengah membalut tangannya berusaha untuk menenangkannya.

"Dia orang penting bagiku." Aike menundukkan kepala, tak mampu lagi untuk menatap wajah ayahnya yang tengah berdiri didepannya.

"Kalau dia penting bagimu, kenapa kau tidak menjaganya dengan benar." sahut kakaknya yang sudah tidak bisa menahan dirinya melihat Aike yang begitu kurang ajar.

"Aku.. aku menjaganya dengan benar tapi aku tidak tahu mengapa ia meninggalkan rumah begitu setelah Clara(adik perempuannya Aike) mengambil barang ku yang tertinggal dirumah,  terakhir aku hanya sempat melihatnya melalui cctv yang terpasang didepan pintu, setelah itu jejaknya hilang"

Deg, Clara tersentak. Ia tiba-tiba teringat kembali tadi siang ia sempat mengatakan beberapa omong kosong pada Cyrus, awalnya ia melakukannya hanya untuk bersenang-senang namun ia tidak menyangka ternyata hal itu akan membuat Cyrus sangat kepikiran.

"Dia laki-laki atau wanita?" tanya Kakaknya dengan raut penasarannya. Keluarganya tahu bahwa orientasi seksual Aike sudah menyimpang sejak ia masih SMP, tapi untuk memastikannya lagi kakaknya bertanya padanya barang kali ia mengira adiknya itu akan berubah

"Pria" Aike menjawabnya sangat cepat tanpa keraguan sedikitpun diwajahnya.

"Dan besok dihari ulang tahunku aku akan melamarnya" sambungnya, perkataanya barusan berhasil membuat ayahnya semakin memanas. Ayahnya sudah tidak bisa menahan emosinya lagi, ia mengangkat tangannya dan menampar wajah Aike. Aike memegang pipinya dan ia meringis kesakitan.

Ibunya dengan segera menjauhkan ayahnya dari hadapan Aike, ia takut suaminya akan berbuat lebih pada Aike dengan temperamennya sekarang.

"Jangan sesekali kau berani untuk menyerahkan proyek itu hanya demi pelacurmu."

"Kau benar-benar gila Aike, ternyata ini alasan mengapa kau menolak pertunangan itu." kakaknya menyahut lagi.

Mengingat pertunangan yang direncanakan oleh ayahnya sebelumnya, Aike merasa kesal.
"Apa kalian masih perlu keturunan dariku? bukankah si kecil bodoh itu sudah bisa berbicara sekarang." Aike tidak hanya menyulut emosi ayahnya tapi ia juga berhasil membakar emosi kakaknya.

"Aku akan melakukan apapun untuk ayah asal ayah mengizinkanku untuk memberikan proyek itu kepadanya, aku..aku bahkan rela untuk membuang nama belakangku, Austerlitz (marga keluarganya) aku sudah tidak membutuhkan itu."

Membuang nama belakangnya adalah keputusan yang sangat berat bagi Aike, dengan membuang nama belakangnya berarti Aike sudah tidak memiliki hubungan apapun pada orangtua dan keluarganya.

Debt and Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang