Chapter 28

6.6K 377 2
                                    

"Lepaskan tangan kotor kalian darinya." Aike  mengacungkan Pistol tepat kearah kepala penjaga yang sedang memegang Cyrus.

Ketiga penjaga itu mulai gemetar ketakutan, meskipun begitu mereka tidak akan melepaskan Cyrus yang masih menjadi sandera mereka.

"Kau, kau hanya sendirian sebentar lagi teman-temanku akan datang mengepungmu." ujar salah satu dari mereka. Aike tidak mengindahkan perkataan itu, matanya malah tertuju ke Cyrus yang jatuh pingsan, wajahnya pucat dan badannya penuh dengan luka.

"Sialan" Baru hendak Aike menarik pelatuknya tiba-tiba di belakangnya muncul beberapa orang, mereka juga sudah siap siaga untuk menarik pelatuk kearah Aike. Andai saja saat itu Aike menembak penjaga yang sedang menyandera Cyrus mungkin sekarang dirinya juga sudah tertembak oleh orang yang berdiri dibelakangnya.

Aike sadar dengan kehadiran orang-orang yang ada di belakangnya. Aike memutuskan untuk berbalik dan menembaki orang-orang yang ada dibelakangnya. Satu persatu jatuh ketanah berkat keahlian menembak Aike, ia sengaja mengincar orang yang dibelakangnya terlebih dahulu, karena ketiga penjaga yang sedang menyandera Cyrus sekarang tidak memiliki senjata atau peralatan lainnya jadi ia akan mengurusnya belakangan.

Sebaik apapun keahlian Aike tapi ia tidak bisa menghindari puluhan peluru yang ditembakkan serentak kearahnya, alhasil badannya sempat tertembak beberapa kali.

"Sialan, syukur aku mengenakan baju anti peluru ini, kalau tidak aku sudah mati tertembak." gumamnya.

Awalnya Aike tidak ingin memakai baju anti peluru itu, namun Leo terus-terusan mendesak Aike untuk memakainya, mengingat bawahan Aike yang bertugas untuk mematai-matai Dereck telah mati tertembak, dengan itu Leo yakin musuhnya akan pasti mempunyai banyak senjata tembak, untuk mengurus satu orang saja mereka harus membuang-buang peluru bagaimana jika sekelompok orang yang menyerbu kesana.

Musuh satu persatu jatuh ketanah dan suara tembakan terdengar diseluruh penjuru ruangan. Leo khawatir apa yang sedang terjadi di lantai atas. Begitu selesai mengurus bawahannya Dereck yang ada di lantai bawah, Leo bergegas menyusul Aike keatas, Leo merasa ia sangat bodoh seharusnya ia tidak membiarkan Aike pergi sendirian mengingat jumlah bawahan Dereck yang tidak sedikit.

Di lantai atas tempat Aike berada sudah tidak menyisakan satupun bawahan Dereck yang masih bisa berdiri. Setelah berhasil mengalahkan mereka, nafas Aike terengah-engah, ia sendirian berhasil menghabisi puluhan bawahan Dereck hanya menggunakan satu pistol ditangannya.

Kini Aike berdiri tegak dengan sorot mata yang menakutkan membuat dirinya sekarang benar-benar terlihat seperti binatang buas yang mengamuk dan ingin memangsa mangsanya.

Aike menghampiri Cyrus dan ia menggendeong Cyrus keatas punggungnya.
"Hebat juga, kau sendirian tapi berhasil mengalahkan mereka." Muncul seseorang dari balik pintu ruangan yang tertutup rapat sebelumnya. Dereck berjalan pelan dan matanya tidak berhenti bergerak untuk melihat semua bawahannya yang tergeletak di lantai.

"Sial, peluruku sudah habis." Batinnya berkata setelah melihat Dereck muncul. Bajingan itu sebenarnya dari tadi berada di dalam sebuah ruangan tertutup dekat dengan ruangan mereka saling menembak sebelumnya. Dereck benar-benar menyembunyikan dirinya hingga perselisihan itu selesai ia baru muncul.

Dereck membawa sebuah pistol dan bergerak mendekati Aike yang tengah menggendong Cyrus dipunggungnya. Dereck berjalan mengelilingi mereka berdua, sekali-kali ia juga mengacungkan pistolnya bergantian ke kepala Aike dan kepala Cyrus. Aike terdiam, ia tidak berani untuk bertindak sembarangan apalagi dengan adanya Cyrus di punggung belakangnya.

"Bukannya kau bilang tidak ingin datang dan menyelamatkannya, kau melanggar janjimu." Dereck berhenti tepat di hadapan Aike, ia juga mengacungkan pistolnya tepat didahinya. Meskipun begitu tidak ada sedikitpun ketakutan yang terpancarkan dari matanya ia benar-benar sepertinya sudah siap untuk ditembak olehnya, melihatnya membuat Dereck benar-benar ingin muntah karena sangat menjijikkan.

"Aku tidak pernah berkata seperti itu sebelumnya, itu ayahku yang sesuka hati memberi pilihan" jawab Aike dengan suara yang lirih.

Dereck tertawa setelah mendengar jawabannya "Tidak hanya ayahku, ternyata ayahmu juga seorang bajingan."

"Kau tahu setelah aku kalah melakukan perundingan dengan mu hari itu, ayahku terus-terusan mengataiku tidak berguna di depan bawahanku dan ia juga menurunkan jabatanku."

"Orang tua itu benar-benar memuakkan, saking memuakkannya aku sampai membunuh istri keduanya. Yeah..itu balasan yang setimpal untuknya kan, sekarang kami seri."

Aike terdiam setelah mendengar perkataan orang gila itu, gila Dereck benar-benar sudah gila ia bahkan rela membunuh ibu tirinya hanya untuk melampiaskan kekesalannya pada ayahnya.

"Orang tua itu benar-benar rakus, padahal itu hanyalah sebuah proyek yang tidak berguna tapi ia sampai harus berbuat sejauh itu padaku, untuk mengembalikan posisi ku menjadi seorang direktur ia mengancamku untuk mendapatkan proyek itu kembali."

"Lalu aku menculik si kecilmu ini untuk mengancammu, namun setelah mendengar jawaban bahwa kalian menolak untuk barter dengan Proyek itu, membuat ku semakin marah." Dereck menurunkan pistolnya, ia berjalan kearah belakang Aike dan Aike melihat dari sudut matanya sedikit bahwa pria gila itu sedang mengincar Cyrus. Dereck mengarahkan pistolnya tepat di kepala Cyrys.

"Ou, sepertinya dia sedang sekarat." gumam Dereck sendirian.

"Awalnya aku meminta bawahanku untuk tidak menganiayainya karena takut dirimu akan mengamuk tapi ternyata kau tidak bisa berbuat apa-apa karena......." Dereck merogoh saku Aike dan berhasil menemukan pistolnya, Dereck menarik pelatuknya dan ternyata pistol itu sudah tidak memiliki isinya.

"Karena pelurumu tidak ada." Ujar pria itu dengan nada yang mengejek, ia juga menunjukkan senyuman yang penuh kepalsuan diwajahnya.

"Kau tidak bisa berbuat apa-apa sekarang, dan aku suka lihat wajah keputus asaanmu seperti ini. Baiklah ini adalah akhir bagi dirimu. Jika tidak berhasil mendapatkan proyek itu, setidaknya aku mendapatkan nyawamu." Ketakutan mulai terpancar dimata Aike, ia bingung harus berbuat apa, apalagi dengan kondisi Cyrus dibelakangnya. Apa ia harus berdiam diri dan menunggu Dereck untuk menembaknya begitu saja.

Tidak mau, Aike tidak mau mati sekarang. Hari ini hari ulang tahunnya dan ia juga sudah berhasil menemukan Cyrus, bagaimanapun mereka berdua hari ini harus merayakan ulang tahunnya sebelum jam 12 malam nanti.

Aike mengepalkan erat tangannya tidak tahu harus melakukan apa sekarang, sejenius apapun otaknya untuk kondisi seperti ini ternyata tidak berfungsi sama sekali.

Dereck mengarahkan pistolnya tepat di kepala Aike dan Dor... bunyi tembakan terakhir yang terdengar di dalam bangunan itu.

Debt and Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang