Chapter 29

7.1K 454 4
                                    

Aike membuka matanya, dan ia melihat Dereck sudah jatuh dihadapannya.

Beberapa saat yang lalu Aike sudah memejamkan matanya menerima apapun takdir yang akan datang padanya, namun pada saat Dereck hendak menarik pelatuknya tiba-tiba saja Leo muncul dari arah belakang Dereck dan ia berhasil menembak Dereck tepat sebelum Dereck menarik pelatuknya.

"Seharusnya kau tadi langsung membunuhku saja, tapi kau malah mengoceh dan menyia-nyiakan waktumu." ujar Aike tepat di hadapan Dereck yang tengah jatuh tersungkur kesakitan, ia memegang bagian perutnya yang tertembak dari belakang agar darah tidak terus mengucur keluar.

Daripada itu Leo lebih terkejut setelah melihat bukan hanya Dereck namun ternyata ada puluhan orang yang jatuh tergeletak dilantai. Apa dia menghabisi semuanya seorang diri? bosnya memang benar-benar menakutkankan pikirnya.

"Bagus, kau datang tepat waktu. Tapi yang lebih penting sekarang siapkan mobil dan kita harus segera mengantar Cyrus kerumah sakit." Pinta Aike.

Sekali lagi Leo takjub dengan kekuatan Aike, meskipun sekarang tubuhnya berlumuran darah dan ada luka di kepalanya, ia masih mampu berlari menuruni tangga sambil menggendong Cyrus dipunggung belakangnya.

Begitu Aike keluar, puluhan polisi masuk dan membereskan sisanya, mereka menangkap Dereck dan semua bawahannya tanpa terkecuali.

Aike sangat khawatir dengan kondisi Cyrus, ia menggenggam erat tangannya dan menciumnya berkali-kali berharap dia tidak kenapa-kenapa.

Leo mempercepat mobilnya dengan kecepatan full, Aike membuka hpnya dan ingin melihat sudah pukul berapa, ternyata  sekarang adalah pukul 5 pagi yang artinya hari ulang tahunnya sudah dimulai dari 5 jam yang lalu.

Begitu tiba dirumah sakit, Cyrus langsung dimasukkan kedalam ruangan ICU. Aike panik saat melihat beberapa perawat dan dokter keluar masuk didalamnya. Aike mengusap wajahnya dengan kasar, semalaman ia tidak tidur dan sekarang dirinya benar-benar kelelahan.

Satu orang Dokter datang menghampiri Aike dan memintanya untuk berbicara dua mata dengannya di ruangan pribadinya. Aike menyetujuinya dan dokter segera berjalan mendahului untuk memandu Aike.

Aike dipersilahkan duduk begitu mereka tiba didalamnya.
"Apakah anda kerabat pasien yang bernama Cyrus?" tanya dokter itu sambil membolak-balikkan catatan yang ada diatas meja.

Aike mengangguk mengisyaratkan iya.

"Anda pasti sudah mengetahui penyakit yang diderita oleh pasien kan?"

Aike mengangguk lagi, tapi kali ini anggukannya terasa lemah dan tidak seantusias sebelumnya.

"Baiklah, seperti yang diketahui pasien menderita kondisi jantung yang parah dan sekarang sudah tidak dapat diatasi dengan pengobatan medis lagi, dengan ini saya menyarankan pasien untuk melakukan transplantasi jantung dengan segera jika tidak ia mungkin hanya bisa bertahan hidup selama 2 bulan tersisa."

Dokter mendorong beberapa lembar kertas kearah Aike.
"Ini adalah surat persetujuan yang harus ditanda tangani oleh anggota keluarga jika menyetujuinya, kemudian kami pihak rumah sakit akan segera mencocokan organ jantung pasien dengan si pendonor jantung."

Aike menarik dan membaca satu persatu surat itu, disana juga tertulis bahwa ada beberapa resiko yang harus ditanggung oleh Cyrus selama operasi, ia sempat ragu namun dokter terus meyakinkan bahwa operasi adalah jalan yang terbaik daripada Cyrus harus menderita selama 2 bulan terakhir iya hidup.

Akhirnya Aike setuju, ia membuka satu persatu lembar kertas dan menandatanganinya.

Dokter mengambil kembali kertasnya begitu Aike selesai. "Baiklah kita hanya perlu menunggu informasi pihak keluarga pendonor, jika mereka setuju maka operasi akan dilaksanakan hari ini juga."

Transplantasi jantung dilakukan dengan menerima jantung pendonor yang telah dinyatakan mengalami mati batang otak atau telah meninggal dunia. Di rumah sakit hari ini kebetulan ada seorang wanita berusia 25 tahun yang meninggal akibat kecelakaan dan dokter tinggal menunggu persetujuan pihak keluarga wanita apakah bersedia untuk mendonorkan jantungnya untuk Cyrus.

Aike lagi-lagi mengangguk, bahkan ia ingin berkata-kata juga sudah tidak mampu sekarang.

Aike berjalan keluar dari ruangan dokter itu dengan putus asa. Ia kembali duduk di depan ruangan yang mana ruangan itu merupakan tempat Cyrus sedang di rawat dalamnya.

Karena sangat kelelahan ia tertidur dengan cara terduduk di kursi keras milik rumah sakit. Tidak tahu ia berapa lama sudah tertidur di sana bahkan sampai membuat sekujur tubuhnya terasa sangat sakit.

Ia di bangunkan oleh seseorang, Aike membuka kedua matanya dan ia melihat dokter berdiri di depannya mengatakan padanya bahwa operasi akan di jalankan karena pihak keluarga wanita sudah menyetujuinya. Dan Cyrus akan segera di pindahkan keruangan operasi. Dokter juga menjelaskan padanya bahwa operasi kemungkinan berlangsung sekitar 6 hingga 12 jam.

Aike mengangguk "lakukan yang terbaik dok, aku mempercayaimu." ujarnya sesaat sebelum dokter berpaling darinya.

"Baik" jawab dokter itu tanpa keraguan diwajahnya.

Aike merogoh hpnya, ia melihat sekarang sudah pukul 9 pagi, sepertinya ia tidur cukup lama tadi. Leo juga sudah datang berkunjung untuk menemani Aike, tidak lupa ia membelikan makan dan minuman untuk bosnya itu.

Leo sempat pulang kerumah sebentar untuk mandi dan mengganti pakaiannya, karena sejak Aike sudah berhenti dari perusahaan ayahnya, Leo juga ikut berhenti, oleh karena itu ia punya waktu senggang untuk menemani Aike.

Aike bangkit dari tempat duduknya dan berjalan pergi tanpa meninggalkan sepatah katapun pada Leo. Leo memanggilnya dan bertanya dia mau pergi kemana namun dia hanya menjawab ingin mencari udara segar. Ia meminta Leo untuk tunggu disana dan hubungi dia jika ada apa-apa.

Alih-alih mencari angin, Aike ternyata berjalan kearah dimana letak sebuah Gereja yang tidak jauh dari rumah sakit itu, ia masuk kedalamnya dan hendak berdoa untuk keberhasilan operasi Cyrus.

"Maaf aku hanya datang pada-Mu saat aku meminta, tapi kali ini aku harap Engkau membantunya aku bahkan berjanji pada-Mu jika operasinya berjalan dengan lancar aku akan berhenti membunuh orang-orang lagi, dan aku berjanji akan berubah mulai sekarang."

Selesai berdoa, Aike pergi ke kamar mandi rumah sakit dan mencuci wajahnya membuat ia terlihat tampak lebih segar dan tidak kacau. Teleponnya tiba-tiba berdering, panggilan masuk di hpnya benar-benar hampir membuat jantungnya copot.

"Ada apa Leo?" tanya Aike lirih

"Kakakmu Tara, dia datang mencarimu." Aike mematikan panggilan teleponnya. Ia terheran kenapa kakaknya datang menemuinya sudah jelas dia memutuskan hubungan dengan keluarganya malam tadi.

Entahlah, Aike tidak peduli. Ia ingin kembali bergabung dengan Leo dan benar saja ia melihat Tara dan Damian sedang duduk manis disebelah Leo.

"Ada apa kau kemari?" tanya Aike dengan raut wajah datar dan dinginnya.

"Aku hanya ingin minta maaf, dan aku datang untuk menjenguk adik iparku, aku mendengar dari bawahanmu bahwa dia sedang melakukan operasinya hari ini." ujarnya dengan saat tulus dan berhati-hati, Tara tidak ingin menyinggung Aike apalagi setelah ia melihat keadaannya yang begitu menyedihkan sekarang.

Aike tidak menanggapinya, ia memilih untuk duduk menjauh dari Tara dan Leo. Tapi tidak dengan Damian, ia berlari kearah Aike dan memeluknya erat.
"Paman" panggilnya lirih

Mendapat pelukan Damian, air mata Aike yang ia tahan selama ini berhasil menetes keluar.

Ia menangis setelah mengingat bahwa Cyrus sangat menyayangi anak kecil ini.
"Dia pasti senang saat tahu kau menjenguknya." bisik Aike

Debt and Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang