Chapter 24

5.6K 322 2
                                    

"Maaf telah mencurigai kalian." ujar Aike dengan kepalanya yang setengah tertunduk, ia merasa bersalah karena tidak percaya pada Cyrus sebelumnya karena ia terus-terusan mengira Eliana adalah mantan pacarnya Cyrus.

"Tidak apa, aku justru merasa senang karena ada yang mengkhawatirkannya."

Eliana berhenti sejenak lalu melanjutkan obrolannya "Anak itu memang kadang tampak keras kepala, tapi ia sebenarnya sangat rapuh. Jujur saja sejak berteman dengannya hingga sekarang, baru kali ini aku dapat melihatnya tertawa dengan lepas, sebelumnya ia hanyalah seorang yang pemurung dan suram."

"Aike, tetaplah buat dia bahagia seperti ini, karena sebelumnya dia sudah cukup menderita." gadis itu mulai merendahkan suaranya.

"Apa maksudmu?" Aike kesusahan mencerna apa yang baru saja Eliana katakan. Meskipun Cyrus dan Aike sudah tinggal serumah selama ini, Aike baru menyadari sekarang bahwa pria itu tidak pernah terbuka padanya, pasalnya Aike melihat Cyrus setiap hari terlihat baik-baik saja jadi ia mengira tidak ada yang terjadi dengannya.

"Huf" lagi-lagi Eliana menghembuskan nafasnya dengan kasar, sepertinya Cyrus bahkan tidak menceritakan masa lalunya pada Aike. Apa yang sebenarnya Cyrus pikirkan.

"Apa kau tau ayahnya seorang bajingan? bajingan yang hidup hanya untuk menyakiti dan melampiaskan kematian istrinya pada Cyrus selama ini." Ujar gadis itu dengan sorot mata yang penuh amarah.

Tentu saja Aike tahu dengan ayahnya Cyrus, dia berhutang banyak dengannya kemudian menukar hutangnya dengan anak laki-lakinya sendiri. Aike tahu ayahnya seorang bajingan dilihat dari caranya menyelesaikan masalahnya tapi ia tidak tahu akan separah itu hingga membuat gadis lembut yang ada hadapannya langsung merubah sorot matanya begitu membicarakannya, Eliana juga mengepalkan erat tangannya sebenarnya ia jijik ingin menceritakan tentang ayahnya Cyrus.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Cyrus... ia tidak pernah menceritakannya padaku."

Sebenarnya bukan sepenuhnya kesalahan Cyrus, andai Aike berinisiatif yang bertanya terlebih dahulu tanpa menunggu Cyrus yang mengatakannya. Selama ini Aike hanya berdiam diri, dan berakhir ia tidak tahu apapun tentang orang yang ia cintai itu.

"Ibunya meninggal saat melahirkan Cyrus karena hal itu membuat ayahnya sangat membencinya, karena ia merasa Cyrus lah penyebab kematian ibunya padahal saat itu ibunya sendiri yang memutuskan untuk menyelamatkan nyawa anaknya."

Eliana melanjutkan, ia mulai menceritakan masa lalu yang kelam pada Aike.
"Beberapa tahun yang lalu aku dan kedua temanku menjadi teman sekelompok Cyrus, kami memutuskan untuk menyelesaikan tugas kelompok dirumahnya, Cyrus mengira hari itu ayahnya tidak pulang ke rumah jadi ia menyarankan untuk kerumahnya kami dengan senang hati menerimanya, karena rumah Cyrus selain dekat dekat dengan sekolah juga dekat dengan halte bus. Cyrus berkata biasanya ayahnya akan pergi berjudi dan menginap di rumah temannya, namun hari itu ia salah perkiraan ayahnya pulang dan,, " Eliana menghentikan ucapannya ia mengepalkan erat tangannya, sungguh rasanya ia tidak ingin melanjutkan obrolannya itu.

"Dan apa?" Aike mendesaknya untuk berbicara

"Dan hari itu Ayahnya pulang-pulang ia menghina dan mengutuk Cyrus didepan kami, ia terus-terusan berkata mengapa kami harus berteman dengan seorang pembunuh, ayahnya juga memukul dan menendangnya didepan kami. Kami benar-benar kebingungan saat itu, berakhir kami tidak bisa berbuat apa-apa selain menghentikan ayahnya. Cyrus dia tidak pernah melawan sekalipun, ia justru membiarkan ayahnya menganiayainya, jika itu aku mungkin aku akan memukul balik meskipun dia adalah ayahku. Tapi Cyrus, anak itu terlalu baik dan sampai akhirpun dia tidak pernah membenci ayahnya."

Aike mengepalkan tangannya dan ia mengarahkan tinjunya keatas meja dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan amarahnya. Mengapa, mengapa aku baru mengetahuinya sekarang, andai Aike mengetahuinya lebih awal mungkin ia akan membunuh bajingan itu dengan kejamnya dan bahkan tidak menyisakan satu bagian organ tubuhnya yang utuh.

"Jadi itu mengapa aku ingin kau memperlakukan dia dengan baik dan buatlah dia bahagia, potong lah benang kesedihan yang mengikatnya mulai sekarang." Gadis itu menggenggam erat kepalan tangan Aike, karena ia menganggap Cyrus sebagai adiknya sendiri maka ia juga akan menganggap Aike sebagai adik iparnya.

Aike mengangguk "Ya aku berjanji."

"Dan satu lagi, karena aku mempercayaimu aku akan memberitahumu sesuatu yang mungkin  Cyrus tidak ingin siapa-siapa mengetahuinya. Aku memberitahumu karena aku tidak ingin semuanya terlambat." raut gadis itu berubah lagi, kali ini sorot matanya tidak semarah sebelumnya, sorot matanya melembut dan perlahan berubah menjadi sorot mata yang penuh kesedihan. Sepertinya Cyrus ada menyembunyikan sesuatu yang penting lagi.

Aike hari ini cukup mengetahui banyak hal yang telah disembunyikan oleh Cyrus selama ini. Ia mengacak-acak rambutnya, ia benar-benar bingung apa yang harus ia lakukan. Hingga sekarang tidak ada yang menemukan jejak Cyrus, jika ia pergi melarikan diri pasti mudah untuk menemukannya. Pikir Aike ada seseorang dibalik semua ini, seseorang yang berkuasa yang mampu untuk membungkam dan menghilangkan bukti tanpa jejak.

Bawahan Aike sudah mengecek semua cctv di sepanjang jalan namun anehnya semua cctv di jalan itu rusak. Mendengar itu membuat Aike tersadar bahwa Cyrus tidak pergi darinya melainkan ia diculik atau disembunyikan oleh seseorang.

"Seseorang yang berkuasa?" tiba-tiba Aike terpikirkan seseorang dibenaknya, Aike terbilang memiliki cukup banyak musuh setelah ia mengambil alih perusahaan ayahnya. apalagi baru-baru ini perusahaannya meningkat banyak, satu-satu pesaingnya mulai menantangnya secara  terang-terangan dan unjuk gigi didepannya. Tapi Aike tidak menyangka orang itu akan menggunakan cara licik seperti ini yaitu dengan menyerang langsung titik lemah Aike.

Aike segera menghubungi bawahannya untuk mengecek aktivitas seseorang yang telah ia curigai saat ini, Aike yakin seratus persen pria yang ia curigai adalah pelakunya, Aike bahkan berani untuk memotong lehernya jika bukan dia pelakunya.

"Awasi pergerakan Dereck, jangan sampai ia mengetahuinya." pinta Aike

Bawahannya langsung bergerak mengirim satu orang yang cukup lihat untuk memata-matai musuh.

Sialnya, lokasi Dereck saat ini pun tidak bisa mereka temukan dimana pun, dengan ini Aike yakin bahwa dialah pelakunya.

Hanya dia satu-satunya yang benyak berdebat dengannya saat perundingan proyek besar itu (Proyek ini pernah dibahas dichapter-chapter sebelumnya) Dereck juga banyak menentang segala saran yang diberikan oleh Aike. Perundingan hari itu menyatakan Perusahaan milik Aike yang berhak mendapatkan Proyek Pembangunan berskala besar itu. Kalah dari Aike, Dereck meninggalkan ruangan dan pergi, ia mengira hari itu Dereck akan melepas proyek itu begitu saja namun hari ini ia baru beraksi  sepertinya ia ingin merebutnya kembali.

Debt and Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang