Chapter 22

6.1K 390 4
                                    

"Cyrus bagaimana kondisi tubuhmu sekarang?" tanya gadis itu tertunduk sedih, ia benar-benar mengenal Cyrus lebih baik dari siapapun meskipun sekarang dia terlihat baik-baik saja namun sebenarnya dia tahu Cyrus tidak baik-baik saja.

"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja." bohongnya pada Eliana, Eliana sudah tahu ia akan menjawabnya dengan template kalimat yang sama tahun demi tahun jadi dia tidak berharap banyak dari tanggapan Cyrus.

"Ah iya, apa dia mengetahui tentang penyakitmu? jika tidak mengapa kau tidak memberitahunya saja, aku yakin dia tidak akan kekurangan uang untuk biaya operasimu." Perkataan Eliana berhasil membuat Cyrus menghentikan langkah kakinya, dia diam sejenak dan memikirkan kembali perkataan Eliana barusan.

"Tidak, aku tidak ingin berhutang apapun dengannya."

"Cukup ayahku saja yang berhutang dengannya." sambung batinnya.

Eliana menghembuskan nafasnya kasar, pria ini memang dari dulu susah di bilangin jadi ia benar-benar tidak berkutik saat berbicara dengannya. Ia juga tidak ingin memaksanya lagi, ia sudah dari dulu meminta Cyrus untuk menjalankan operasi namun ia benar-benar tetap dengan pendiriannya, jika Cyrus sudah berkata tidak maka ia tidak akan melakukannya.

Tidak ingin berbicara lebih lama lagi juga Cyrus sudah merasa lelah di sekujur tubuhnya, ia ingin segera berpisah dengan Eliana sekarang dan segera pulang untuk mengistirahatkan dirinya.

"Kita berpisah disini"



"kakakku." sambungnya dengan raut wajahnya yang tersenyum manis.

Eliana sempat terkejut tidak menyangka seseorang yang begitu keras kepala itu akan memanggilnya dengan sebutan kakak.

Cyrus merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Eliana, Elianapun membalas kembali pelukan Cyrus dengan sepenuh hatinya. Entah mengapa ia merasa sepertinya ini adalah pelukan yang terakhir untuknya, pelukannya terasa begitu memilukan hingga benar-benar membuatnya terasa ingin meneteskan air matanya.

"Cyrus tetaplah hidup, walau apapun yang terjadi! ingat sekarang kau tidak sendirian lagi." Cyrus melepaskan pelukannya dan ia menggangguk dua kali untuk menanggapi perkataan Eliana.

Mereka berpisah di sana dan melangkah pergi kearah jalan-jalan masing, Cyrus memanggil taxi di jalanan dan memintanya untuk mengantarkannya ke alamat dimana rumah Aike berada.

Sesampainya di rumah ia berlari masuk kedalam kamarnya, lagi-lagi ia menatap cincin indah yang tergeletak di dalam sebuah kotak kecil yang elegan. Cyrus tidak sabar ingin memberikannya kepada Aike besok. Ia juga tidak sabar untuk melihat cincinnya terpasang di jari manis Aike yang lentik dan sempurna itu.

Cyrus berguling-guling ditempat tidurnya, ia benar-benar senang tapi ia juga merasa gugup, ia tersipu malu membayangkan saat ia memberikan cincinnya pada Aike, apakah dirinya akan terlihat seperti melamar Aike.

Saat Cyrus jatuh dalam kesenangannya, tiba-tiba ia mendengar bel pintu berbunyi. Ia mengerutkan keningnya, tidak pernah ia merasa Aike kedatangan tamu, apa itu adalah Leo jika iya mengapa ia datang jam segini pikir Cyrus.

Untuk membungkam rasa penasarannya, Cyrus menghampiri pintu masuk dan membukakan pintunya, dibalik pintu berdiri sesosok gadis cantik dengan rambut berkepang dua, ia juga tampaknya masih mengenakan seragam sekolahnya.

"Ada apa?" tanya Cyrus terlebih dahulu

Gadis itu tidak menjawab, ia malah menatap Cyrus dan matanya tidak berhenti memperhatikan penampilan Cyrus dari atas kepala hingga ke jari-jari kakinya. Bola matanya berhenti bergerak saat bola matanya bertemu dengan mata Cyrus.

"Jangan bilang kau simpanan kak Aike." ujar gadis itu blak-blakkan

Cyrus mengerutkan keningnya ia benar-benar tidak paham ada apa dengan gadis kecil ini. Datang-datang langsung mengatainya secara frontal.

Mengingat barusan ia juga menyebut Aike dengan sebutan kakak, apakah gadis kecil ini adiknya Aike, sepertinya tebakan Cyrus benar selain fitur wajah keduanya yang mirip, sikap dan tingkah lakunya juga sangat mirip.

"A.." belum sempat berbicara gadis itu memotong pembicaraan Cyrus.

"Jangan merasa istimewa hanya karena kakakku membawa kau kerumahnya, asal kau tau banyak pria maupun wanita yang menginginkannya jadi kau bukan hanya satu-satunya untuknya." perkataan gadis itu benar-benar blak-blakkan, meskipun badannya kecil tapi omongannya sangat menyakitkan. Raut wajah Cyrus seketika berubah, bohong jika ia bilang ia tidak merasa cemburu.

Ia tahu perbandingan antara Aike dengan dirinya bagaikan langit dan bumi mengapa ia masih berani berharap padanya. Memang sebaiknya dari awal ia menutup erat pintu hatinya.
"Aku tahu" Cyrus hanya mampu membalasnya dengan dua kata itu. Gadis kecil itu benar-benar tersenyum puas setelah berhasil mengerjai Cyrus, sebenarnya ia hanya berniat untuk menakuti dan bercanda dengannya karena ingin melihat bagaimana reaksi Cyrus yang sebenarnya, apakah ia akan langsung emosi dan memukulnya atau bahkan membentaknya namun reaksi yang diberikan oleh Cyrus tidak terduga, ia hanya menjawab aku tahu dengan raut sedih membuat gadis itu merasa bersalah saja.

"Hem ya sudahlah, ambilkan aku laptop kakakku katanya tadi ketinggalan dimeja." Gadis itu juga menambahkan Aike yang memintanya kemari untuk mengambil laptopnya sekalian saat dia berangkat sekolah, kebetulan nanti dia pergi sekolah juga akan melewati kantor Aike.

Cyrus menuruti permintaan gadis itu, ia berjalan ke arah meja di ruangan tamu dan benar saja laptop Aike tergeletak diatas meja, sudah beberapa kali ia ketinggalan barangnya seperti ini benar-benar cuai pikir Cyrus.

Cyrus menyerahkan laptop itu dengan pelan-pelan kepadanya, gadis itu mengambilnya lalu berjalan pergi meninggalkan Cyrus tanpa mengucapkan sepatah katapun untuknya.

Cyrus sempat mematung sejenak ditengah-tengah pintu masuk rumahnya. Melihat Cyrus masih berdiri di sana gadis itu tiba-tiba berteriak dari dalam mobilnya.
"Oh iya, ayah dan ibu juga sudah menyiapkan tunangan untuk kak Aike. Jadi semoga kau beruntung.. " sebelum menjalankan mobilnya lagi-lagi gadis itu mengucapkan kata-kata yang terdengar sangat menyakitkan untuknya.

"Seharusnya aku tidak berdiri disini" maksud perkataan Cyrus adalah seharusnya ia pergi dan tidak lagi berdiri didepan pintu agar tidak mendengar perkataan yang menyakitkan dari gadis kecil itu. Tapi apa boleh buat ia sudah terlanjur berdiri disini dan mendengarnya.

Akhirnya ia mengerti mengapa saat ia mengakui bahwa ia mencintai Aike, pria itu tidak membalas perasaanya ternyata dia sudah punya tunangan yang disiapkan oleh orang tuanya.

"Huf" Cyrus menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia merasa dirinya bisa menerimanya dengan begitu saja tapi tidak dengan pikirannya. Diluar saja ia tampak tenang tapi tidak dengan  isi kepalanya. Karena hal itu membuat Cyrus ingin berjalan-jalan di dekat rumahnya, ia ingin menghirup udara segar untuk menenangkan pikirannya yang sedang tidak karuan.

Ia berjalan seperti orang yang tak tahu arah, ia hanya maju dan terus maju tidak melihat-melihat kearah kanan kirinya, sampai-sampai ia bahkan tidak menyadari ada dua orang yang mengikutinya sedari tadi, kedua orang itu mengikuti Cyrus hingga ia benar-benar berada ditempat yang sepi, tempat dimana tidak ada orang dan kendaraan yang berlalu lalang.

Merasa aman, kedua orang itu beraksi mereka memukul belakang kepala Cyrus menggunakan tongkat bisbol dan berhasil membuatnya jatuh pingsan, keduanya menarik paksa Cyrus dan memasukkannya kedalam mobil, kemudian mobilnya hilang tanpa jejak tanpa tahu kemana mereka akan membawa Cyrus pergi.

Debt and Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang