Chapter 23

6K 387 1
                                    

Pulang kerja, Aike merasa ada yang aneh pasalnya biasanya pintu masuknya terkunci rapat tapi tidak dengan hari ini, dan juga biasanya Cyrus akan segera keluar dari kamarnya untuk menghampiri dan menyambutnya pulang, namun hari ini batang hidungnya sekalipun ia tak nampak.

Aike segera berlari kedalam kamar Cyrus setelah merasakan keanehannya, ia takut sesuatu terjadi padanya seperti terakhir kalinya, bersyukurnya saat itu Damian ada disisinya jadi saat itu Damian sempat untuk menghubungi Aike untuk segera pulang dan memberi pertolongan padanya.

"Kosong" gumamnya saat tidak melihat ada siapapun didalamnya, Aike berlari menuju kearah dapur namun lagi-lagi dapurnya juga kosong, bahkan barang-barang dan alat masaknya masih tertata dengan rapi yang menandakan bahwa Cyrus belum menyentuhnya sama sekali hari ini.

Cyrus tadi pagi izin bertemu hanya sebentar saja dengan Eliana, tidak mungkin Cyrus masih belum pulang hingga jam segini pikirnya.

Aike mengusap wajahnya kasar dengan menggunakan telapak tangannya.
"Sialan, apa dia kabur." Aike mengeluarkan Hp nya dan ia mengotak-atik pencarian kontaknya dengan mengetikkan nama Cyrus dikolom pencariannya.

Alih-alih menjawab panggilan Aike, Aike malah mendengar nada dering berbunyi diruang tamu sesaat setelah ia mengklik memanggil nomor Cyrus.

Seingat Aike tadi pagi Cyrus membawa hpnya keluar, jika sekarang hpnya ada diruang tamu maka Cyrus sempat pulang kerumah. Aike berjalan keruang tamu dan mengambil ponsel Cyrus. Cyrus benar-benar orang yang tanpa kewaspadaan sama sekali, ia tidak mengunci hpnya dengan menggunakan kata sandi ataupun sidik jari, ia membiarkannya begitu saja tanpa pengamanan.

Cyrus mengotak atik ponselnya, tidak ada yang aneh dengan isinya. Kontak yang ia punya juga hanya ada 3 orang yaitu dirinya, Leo dan satunya Eliana.

Tidak ada jalan lain, Aike memutuskan untuk menghubungi Eliana dan bertanya kemana Cyrus pergi, jika Eliana tahu tapi tidak ingin memberitahunya juga, mau tidak mau Aike terpaksa harus mengancam dan kalau bisa ia akan memaksanya sampai ia berbicara.

"Halo Cyrus ada apa?" tanya gadis itu dengan lembut. Aike mengepalkan tangannya erat apakah selama ini gadis itu berbicara dengan lembut seperti ini kepada Cyrus, ia menggenggam hp Cyrus dengan sekuat tenaga hampir saja ia meretakkan layar ponselnya dengan menggunakan kekuatan tangannya.

"Cyrus?" panggil sekali lagi gadis itu setelah ia tidak mendengar tanggapan apapun dari Cyrus.

"Aku ingin kita bertemu sebentar dicafe XX, ada yang ingin aku tanyakan. SEKARANG JUGA!" ujar Aike dengan nada yang lirih namun terdengar sedikit mencekam, Eliana sadar ternyata yang menghubunginya barusan bukanlah Cyrus melainkan Aike. Ia tidak tahu apa yang ingin Aike tanyakan padanya dan nada bicaranya terdengan sedikit marah. Eliana menyetujui permintaan Aike barusan, ia takut jika ia menolak malah akan berdampak pada Cyrus, meskipun Cyrus pernah mengatakan jika Aike tidak akan menyakitinya Eliana tidak percaya, jika seseorang sudah diambang batas emosinya yakin tidak yakin ia akan menyakiti orang sekitarnya meskipun dilakukannya tanpa sadar.

Aike bergegas pergi ketempat yang ia sebutkan tadi, hatinya cemas dan tak karuan baru kali ini ia merasakan perasaan seperti ini.

Aike juga sudah menghubungi puluhan bawahannya untuk mencari Cyrus dan harus menemukannya hari ini juga. Aike tidak ingin, ia tidak ingin besok hari ulang tahunnya tanpa ada Cyrus disisinya, ia ingin merayakannya bersama Cyrus dan ia juga penasaran Cyrus akan memberinya hadiah apa.

"Sial, kenapa kau melakukan ini padaku, kau bilang tidak akan pergi kemanapun, apakah perkataanmu malam itu semuanya hanyalah kebohongan." Matanya sakit dan tenggorokannya serasa tercekat, dari tadi ia sekuat hati menahan agar air matanya tidak menetes.

Eliana pergi dengan terburu-buru dan mendadak atas permintaan Aike, karena suaminya juga sudah pulang kerja ia meminta sang suami untuk mengantarnya bertemu dengan Aike. Suaminya dengan senang hati menerima permintaannya. Eliana sangat beruntung selain mendapat suami yang baik dan tampan, penghasilannya juga melebihi dari kata cukup untuk menghidupi mereka berdua. Karena itu ia juga berharap Cyrus akan menemukan pasangan yang seperti suaminya.

Eliana meminta suaminya untuk menunggunya di dalam mobil saja karena ini adalah hal pribadi yang berkaitan dengan Cyrus, ia tahu Cyrus sangat tidak menyukai ketika orang luar mengetahui masalah pribadinya. Si suami mengangguk tanda ia mengerti, ia mengecup pelan pipi Eliana sebelum Eliana turun dari mobil.

Eliana berjalan masuk kedalam cafe yang disarankan oleh Aike, cafe itu lebih sepi dari apa yang Eliana pikirkan, tampak hanya ada beberapa mahasiswa saja didalamnya yang bermain laptop dan mengerjakan tugasnya.

Eliana menoleh kearah kanan dan kiri mencari keberadaan Aike, ia pernah melihat wajahnya sekali dan Eliana masih mengingatnya dengan baik. Bola matanya terhenti saat tak sengaja menoleh kearah pojok ruangan. Disana duduk seorang pria yang masih mengenakan jas rapi dengan raut putus asa diwajahnya.

Eliana segera menghampiri dan duduk berhadapan dengannya, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres sedang menimpanya, yang pastinya itu berkaitan dengan Cyrus.

"Dimana Cyrus?" pertanyaan yang Aike lontarkan begitu melihat Eliana duduk didepannya. Eliana mengerutkan keningnya, pasalnya tadi siang Cyrus pamitan padanya untuk pulang kerumah, dan yang ia tau sekarang Aike dengan Cyrus tinggal serumah mengapa sekarang Aike bertanya seperti itu padanya.

"Apa maksudmu?" tanya Eliana dengan raut kebingungannya

"Jangan pura-pura tidak tahu, kalian berdua merencanakan sesuatu dibelakangku kan? aku tau kalian ingin kembali bersama." Aike tertunduk saat mengucapkan perkataan itu.

Eliana menggelengkan kepalanya ia benar-benar tidak mengerti apa maksud Aike dengan kata "rencana". Memang betul mereka berdua sebelumnya merencanakan sesuatu yaitu membeli hadiah untuk ulang tahun Aike tapi maksud rencana yang dikatakan Aike sekarang terdengar berbeda.

"Rencana? iya kami dua hari ini memang merencanakan sesuatu." Aike sontak menoleh kearah Eliana dan tatapan matanya sangat menakutkan seolah-olah hendak menerkam Eliana hidup-hidup sekarang.

Eliana melanjutkan perkataannya yang sempat terhenti, ia ragu apakah harus mengatakannya atau tidak, tapi apa boleh buat ia takut Aike akan salah paham terhadap keduanya jadi lebih baik ia luruskan sekarang juga.

"Dua hari ini, Cyrus meminta bantuanku untuk memilih hadiah untukmu, hanya itu saja. Dan untuk perkataanmu yang kami akan kembali bersama apa maksudmu? aku sudah punya suami dan aku sedang mengandung anak suamiku didalam perutku." Untuk meyakinkan Aike, Eliana bahkan mengangkat tangannya dan menunjukkan jari manisnya yang terpasang cincin pernikahannya.

"Huf" Eliana menghela nafasnya.

"Tebakanku dari awal benar kau pasti mencurigaiku, tapi tenang saja aku tidak pernah punya hubungan apapun dengan Cyrus dari kecil aku hanya menganggapnya sebagai adik laki-lakiku, dia memang pernah menyukaiku tapi aku tidak berani untuk membalas rasa sukanya, aku takut aku malah menyakitinya kelak, dia sudah menerima banyak rasa sakit jadi aku tidak ingin menambah rasa sakitnya."

Eliana memiliki niat baik pada Cyrus selama ini, ia bukan tidak menyukai Cyrus sebelumnya tapi ia menahan diri. Seperti yang Eliana ketahui dalam hubungan pasti pernah atau ada yang namanya putus dan rasa bosan. Eliana takut jika suatu hari ia merasa sudah bosan atau tidak menginginkan Cyrus lagi, lalu keduanya putus maka Cyrus pasti akan merasa terluka lagi, itulah alasan terbesarnya mengapa ia tidak pernah berani untuk menyukai balik Cyrus.

Debt and Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang