Chapter 21

6.1K 400 1
                                    

Malamnya Cyrus berinisiatif untuk naik keatas ranjang Aike. Sejak diizinkan oleh Aike, mereka lebih sering melakukannya di kamar Aike  dibandingkan di kamarnya Cyrus sekarang. Cyrus sudah menyiapkan rencananya tapi ia tidak tahu rencananya akan berhasil atau tidak mengingat stamina Aike yang sangat menakutkan.

Cyrus ingin tetap terjaga di malam itu, bagaimanapun ia harus membiarkan Aike yang terlelap terlebih dahulu.

Setelah orgasm dan mencapai puncak klimaksnya benar saja Aike tertidur karena kelelahan setelah mengeluarkan beberapa kali cairan sperma ke dalam tubuh Cyrus.

Meskipun Cyrus juga sudah sangat kelelahan dan sekujur tubuhnya kesakitan, ia berjuang dengan sisa tenaganya berjalan ke arah meja untuk mengambil seutas benang. Ia mengeluarkannya dari rak mejanya, Cyrus sudah mempersiapkan segalanya tadi siang jadi sekarang ia tinggal menjalankan misinya.

Cyrus berjalan kembali ketempat tidur dan memegang secara pelan-pelan jari Aike agar tidak membangunkannya, lalu Cyrus memasang benang ke jari manisnya untuk mengukur diameter besar jarinya.

"Eung.. apa yang kau lakukan?" tanya Aike saat melihat Cyrus yang sedang bermain-main dengan jari tangannya.

"Ah,. tidak,, aku hanya merasa jarimu sangat lentik dan panjang." ujarnya pura-pura tersenyum. Syukur saja ia sudah selesai mengukur jari Aike sebelum dia terbangun. Cyrus menyembunyikan benangnya ke bawah bantalnya dan ia kembali berbaring dengan cara bersandar di dada bidang milik Aike.

Aike memainkan rambut Cyrus dan terkadang ia juga mengacak-acaknya pelan. Ternyata hal sesederhana begini saja sudah membuat dirinya merasa sangat senang.

Disaat suasana yang sangat hening itu, Cyrus tiba-tiba memanggil Aike dengan suara yang sangat lembut.
"Aike" panggilnya

"Eung? ada apa?" tanya Aike, sambilan tangannya masih tidak berhenti memainkan rambut-rambut Cyrus.

"Bagaimana misalnya jika ini adalah malam terakhir kita tidur bersama?" Katanya dengan nada  setengah bercanda. Sebenarnya Cyrus tidak tega untuk mengatakannya, namun ia juga penasaran bagaimana dengan reaksi Aike setelah mendengarnya mengatakan kata-kata itu.

Aike terdiam sejenak dan tangannya juga berhenti memainkan rambutnya. "Apa maksudmu? tidak ada kata malam terakhir untukmu." Aike mengeratkan pelukannya, ia juga mencium berkali-kali kening Cyrus dengan sangat lembut.

"Kan aku bilang misalnya, misalnya tiba-tiba aku pergi jauh kemana gitu." sambungnya

"TIDAK!! ulang tahunku lusa kamu tidak boleh pergi kemana-mana sebelum ulang tahunku berakhir." Aike masih menjawab dengan antusiasnya tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun pada Cyrus. Sebenarnya bukan Aike yang bodoh, namun Cyrus lah yang sangat pintar menyembunyikan rasa sakitnya. Selelah apapun kondisi tubuhnya sekarang, ia tidak akan pernah menunjukkannya pada Aike. Ia akan bertingkah seperti orang kuat dan sehat didepannya.

"Eung baiklah, lupakan saja tadi aku hanya bercanda." Cyrus tersenyum manis padanya, ia juga berkata ia tidak punya rumah dan tempat tujuan, jadi kemana lagi ia akan pergi selain rumah Aike.

"Tidurlah, besok pagi aku harus pergi bekerja." Aike meminta Cyrus untuk menghentikan omong kosongnya, kemudia ia terlelap begitu saja, tapi tidak dengan Cyrus ia tidak bisa bertahan lagi, ia menangis dalam diam di pelukan Aike. Ia sebenarnya tidak ingin berpisah dengan Aike, Aike benar-benar di ibaratkan seperti sebuah lampu, lalu Cyrus adalah ruangan gelap yang tidak berisi apa-apa didalamnya. Aike berhasil membawanya keluar dari kesuraman dan kegelapan dengan cara menerangi hidupnya.

Begitu Aike bangun Cyrus juga ikut terbangun, matanya terasa sakit dan sepertinya juga sedikit bengkak. Aike banyak bertanya padanya namun ia menjawab karena kurang tidur padahal ia semalaman bergadang untuk menangisi dirinya.

Aike menyuruhnya untuk lanjut tidur namun Cyrus menolak, ia berkata ia ingin ikut mobil Aike dan memintanya mengantarnya ketempat makan kemarin, ia juga menjelaskan bahwa ia ingin bertemu dengan Eliana sebentar karena ada sesuatu yang ingin ia katakan pada Eliana. Awalnya Aike menolak namun lagi-lagi Cyrus merayunya dengan mata puppynya membuat Aike tidak bisa menolak dan tidak bisa berkata-kata.

Cyrus bersiap-siap dan tak lupa ia membawa benang yang dia gunakan untuk mengukur jari manis Aike tadi malam. Ia dan Eliana kembali ketempat penjualan cincin dan bertemu kembali dengan wanita baik hati itu. Cyrus sangat beruntung karena cincin yang ia inginkan kemarin masih tidak ada pelanggan yang membelinya.

Cyrus menyerahkan benang kepada wanita itu agar dia bisa mempaskannya dengan cincin yang seukuran diameter benang itu. Setelah menurutnya pas dengan ukuran benang itu, wanita itu memasukkannya kedalam sebuah box cincin hitam yang elegan.

"Total harganya 550.000" si wanita menyerahkan box yang berisi cincinnya kepada Cyrus.

Cyrus tersenyum manis, ia menggenggam erat box berisi cincin itu dan dengan enggannya serasa ia ingin melepaskannya.

Cyrus memberikan uang cash dan pas kepada si wanita itu. Wanita itu berterima kasih ia juga tidak lupa meminta Cyrus untuk datang kembali kedepannya. Cyrus hanya tersenyum menanggapi wanita itu.
"Tidak ada kedepannya lagi" batinnya yang menjawab.

"Eung, Cyrus apa aku boleh bertanya sesuatu?" Eliana tertunduk sedih, sepertinya Cyrus bisa menebak dengan jelas apa yang ingin Eliana katakan. Pasti itu berkaitan dengan penyakitnya. Selain ayahnya, Eliana adalah orang kedua yang mengetahui penyakitnya itu pun bukan karena Cyrus memberitahunya melainkan ia tahu sendiri.

Saat beberapa tahun yang lalu Cyrus merasa nyeri hebat didadanya dan ia juga merasakan sesak. Karena panik ia minum obatnya sembarangan dan tidak melihat-lihat apakah ada orang disekitarnya.

Bertepatan ia mengeluarkan beberapa macam obat ketelapak tangannya, kala itu Eliana datang menghampirinya dengan membawa dua potong kue ditangannya. Cyrus terkejut, saking tergesa-gesanya ia lupa memasukkan salah satu botol obat kedalam tasnya. Eliana berhasil merebutnya, sebelum di rebut kembali oleh Cyrus Eliana sudah menghapal nama obat yang tertera dipermukaan luar botolnya. Namun ia berpura-pura tidak melihat dan tidak peduli, ia takut Cyrus akan merasa risih saat Eliana mencampuri urusan yang Cyrus mungkin tidak ingin orang mengetahuinya. Buktinya saja tadi dia ketakutan saat melihat Eliana datang dan merebut obatnya.

Pulang sekolah Eliana searching di internet apa obat yang dikonsumsi oleh Cyrus sebenarnya, ia berhasil menemukan bahwa itu adalah obat untuk penderita penyakit jantung. Ia shock berat, ia tidak menyangka Cyrus selama ini ternyata menderita sakit parah, yang bahkan ia sudah berteman lama dengannya ia tidak mengetahuinya. Apa yang harus ia lakukan, haruskan ia pura-pura tidak peduli dan tidak tahu.

Eliana tidak ingin menjadi seorang bajingan, besoknya ia jujur pada Cyrus bahwa ia tahu Cyrus menderita penyakit jantung setelah ia mencari tahu obat apa yang dikonsumsinya.

Eliana memohon maaf sebesar-besarnya pada Cyrus pada hari itu, ia mengetahui sesuatu yang bahkan ia tidak ingin orang ketahui. Tapi sebagai teman ia tidak ingin menjadi bajingan yang pura-pura tidak tahu dan bahkan tidak peduli terhadap kondisinya.

"Jadi, jika kau ada masalah apapun jangan memendamnya sendirian, katakan saja semuanya padaku, aku akan membantu jika aku memang bisa."

Kata-kata itulah yang membuat Cyrus serasa ingin berjuang sekali lagi didalam hidupnya. Hari itu ia tidak merasa marah pada Eliana sedikitpun, ia malah senang setidaknya ada seseorang yang benar-benar mengkhawatirkannya.

Debt and Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang