Chapter 20

6.6K 403 0
                                    

Cyrus kebingungan setelah melihat ratusan cincin yang tersusun di dalam etalase kaca, ia meminta kepada wanita penjual cincin itu untuk menunjukkan yang mana saja harga cincin yang dibawah 1 juta. Wanita itu segera melaksanakan perintah Cyrus, ia memisahkan beberapa cincin yang harganya hanya ratusan saja.

Setelah sekian lama melihat-lihat, Cyrus akhirnya menemukan cincin yang berhasil menarik perhatiannya.
"Eli, menurutmu ini bagaimana?" tanyanya pada Eliana yang berdiri tepat dibelakangnya.

"Wah, itu indah sekali aku yakin dia akan menyukainya." Mereka berdua setuju setelah melihat Cincin yang memiliki desain yang sederhana namun tampak elegan dengan satu batu permata utama di tengahnya.

"Aku ambil cincin itu." Pinta Cyrus, ia tidak sabar ingin memberikannya pada Aike, ia juga tidak sabar melihat Aike memakainya dijari-jarinya yang ramping dan panjang itu tanpa sadar ia tersenyum sendiri saat melamun menatap cincin indah itu.

"Ukuran yang berapa ya?" tanya si penjual yang berhasil membuyarkan lamunan Cyrus. Cyrus tersentak, ia bahkan tidak tahu apa ukuran jari tangan Aike. Mereka tidak membuat persiapan sebelumnya dan semuanya benar-benar baru teridekan beberapa menit yang lalu.

"Ah, saya tidak tahu ukurannya berapa." Cyrus tersipu malu saat mengatakan itu, bagaimana ia tidak malu, ia sudah meminta banyak pada penjual itu dan bahkan sudah membuang-buang waktunya namun ia malah tidak tahu ukuran jari Aike.

Beruntungnya si penjual itu adalah seorang wanita yang sangat baik sekali, ia meminta Cyrus untuk pulang terlebih dahulu dan kembali lagi jika ia sudah mengetahui berapa ukuran jari tangan Aike. Cyrus mengangguk mengisyaratkan ia mengerti. Sebelum berpamitan Cyrus tidak lupa mengucapkan kata terima kasih dan maaf padanya karena sudah merepotkannya. Wanita itu tidak mengambil hati dan ia masih ramah seperti sebelumnya.

"Sudah tidak apa, besok aku akan menemanimu lagi." Eliana menepuk pelan bahu Cyrus berusaha untuk menenangkannya. Tapi Cyrus merasa tidak enak karena telah merepotkan Eliana lagi dan lagi. Andai tadi ia sudah melakukan persiapan mungkin mereka tidak perlu kembali lagi besok.

"Apakah tidak merepotkanmu?" tanyanya dengan ragu-ragu.

"Tidak, aku malah merasa senang, karena mumpung aku masih dikota ini aku akan sering bertemu dan menemanimu." Cyrus tersenyum lebar, menurutnya Eliana tidak pernah berubah sedkitpun, ia masih berhati malaikat dan siapapun yang sudah mendapatkannya pasti sangat beruntung sekali.

Tiba-tiba saja Hp Cyrus berdering, ia merogoh Hpnya di saku celananya dan mengecek siapa yang tengah melakukan panggilan masuk. Karena hanya dua orang yang mengetahui kontaknya, pasti itu antara Aike atau Leo.

"Aike?"

Cyrus dengan segera menjawab panggilannya.

"Dimana kau? aku sudah didepan tempat makan tadi." Ujarnya dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Ah aku tidak memintamu untuk menjemputku, aku bisa pulang sendiri."

"Sekalian, aku juga mau ambil laptopku yang tertinggal dirumah." bohong Aike, ia sebenarnya hanya tidak ingin Cyrus bertemu lama dengan Eliana, ia masih mengira Eliana adalah mantan pacarnya Cyrus karena ia tidak pernah menanyakan secara langsung pada Cyrus dan hal itulah yang membuahkan kesalahpahaman. Aike juga sangat takut jika cinta lama mereka berdua akan bersemi kembali.

Ia benar-benar hanya mengantarkan Damian pulang ke rumah kakaknya setelah menurunkan Damian dari mobilnya, Aike pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun pada kakak dan abang ipar dirumahnya.

"Baiklah, tunggu sebentar! beberapa menit lagi aku akan tiba disana."

Panggilan dimatikan begitu saja setelah ia mendengar Cyrus akan menyusulnya disana. Ia memutuskan untuk berpisah dengan Eliana disini, karena ia takut Aike akan semakin menjadi-jadi lagi setelah melihatnya berjalan berdua dengan Eliana.

Eliana sangat mengerti, ia tahu sepertinya Aike memang tipe posesive dan sangat cemburuan, ia takut juga Aike akan memarahi Cyrus hanya karena dirinya padahal dirinya tidak ada hubungan apapun dengan Cyrus yang lebih pentingnya ia juga sudah mempunyai suami, sekarang juga ia lagi mengandung 3 bulan didalam perutnya.

"Baiklah jaga dirimu, besok kita akan bertemu lagi ditempat makan dibawah, dan kalau dia berani macam-macam padamu katakan saja padaku! aku yang akan mengeksekusinya." ujar gadis itu dengan nada bercanda namun ia tidak sepenuhnya bercanda, jika Aike menyakiti Cyrus kali ini dirinya juga akan turun tangan kebetulan suaminya seorang pengacara muda terkenal dan cukup berbakat, ia akan sepenuh hati meminta suaminya untuk membela Cyrus.

"Tenang saja dia tidak akan melukaiku" Cyrus meyakinkan gadis yang tengah khawatir padanya itu.

"Baiklah kalo begitu." mereka berdua berpisah dilantai 2.

Meski hanya berjalan sebentar Cyrus cukup merasa kelelahan, ia menghampiri Aike dengan terengah-engah, nafasnya terasa tidak teratur dan sepertinya ia merasakan sedikit sesak didadanya.

Saat Aike menyadari kedatangannya dan menoleh kearahnya, Cyrus sontak berpura-pura jika ia sedang baik-baik saja. Sepertinya Aike masih belum mengetahui penyakitnya meskipun ia sudah beberapa kali meminta dokter untuk mengobatinya. Apa dokter itu tidak pernah mengecek detak jantung atau mengscan organ dalamnya pikir Cyrus.

Tapi menurutnya lebih baik begini, semakin sedikit orang yang mengetahuinya maka semakin baik untuknya.

"Kenapa muram? kesal karena aku menganggu waktu kalian berdua?" tanya Aike secara ceplas-ceplos.

Cyrus tidak ingin menjawabnya, ia muram bukan karena Aike, ia malah senang saat mendengar Aike datang untuk menjemputnya. Ia muram karena memikirkan penyakitnya.

"Apakah Aike akan sedih dan menangis saat aku sudah tidak ada? ah aku jadi sedih saat memikirkannya." Dikala ia menatap Aike, pikirannya tidak berhenti mengoceh. Sebenarnya berat untuknya meninggalkan Aike kelak, menurut perkiraan kondisi tubuhnya yang sekarang Cyrus yakin bahkan ia tidak bisa bertahan lama lagi.

Meskipun ia tidak pernah meminta dokter untuk memeriksa berapa lama lagi tubuhnya akan bertahan namun ia mengerti lebih dari siapapun kondisi tubuhnya sendiri dan ia menebak bahkan ia sekarang mungkin sudah tidak bisa hidup lebih dari satu tahun.

Dikala itu kalimat terakhir yang ingin ia dengarkan dan keluar dari mulut Aike sendiri yaitu "Aku mencintaimu" Ia tidak tahu apakah sebelum ia pergi dari dunia ini ia sempat mendengarkan kalimat itu keluar dari mulut Aike atau tidak.

"Hei, kenapa? tidak enak badan?" Aike menghampiri dan memegang bahu Cyrus, ia juga meletakkan punggung tangannya di dahi Cyrus untuk mengecek suhu tubuhnya.

Aike tidak merasakan panas apapun, suhunya juga normal. Tapi perilaku Cyrus yang tampak tidak normal. Ia dari tadi menatap Aike tanpa berkedip mata entah apa yang tengah dipikirkan si bodoh itu pikir Aike.

Debt and Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang