Chapter 13

7.8K 504 1
                                    


Rize menjelaskan kepada Cyrus bahwa ia hanyalah sekretaris baru Aike dan dia kemari hanya untuk mengantarkan anak kecil yang merupakan anak laki-laki dari kakaknya Aike. Rize berkata ia juga tidak tahu dengan jelas alasan mengapa anak laki-laki kakaknya harus dititipkan kepada Aike. Rize meminta Cyrus untuk meminta penjelasannya lebih lanjut dengan Aike sendiri saat Aike sudah bangun dari tidurnya.

Jujur sebenarnya Cyrus tidak terlalu ingin mendengar penjelasan dari Rize tentang siapa dirinya dan siapa anak itu. Tapi ia tidak mengira Rize akan dengan cepat menjelaskannya sendiri tanpa diminta oleh Cyrus dengan ekspresi gelisah seolah-olah ia takut Cyrus akan salah paham antara hubungannya dengan Aike.

Kemudian Cyrus menoleh ke belakang Rize yaitu dimana tempat berdirinya seorang anak laki-laki yang tampaknya sangat pemalu. Rize berkali-kali mencoba melepaskan gandengan anak itu, tapi ia bersikekeh tidak mau melepaskanya. Tapi sewaktu-waktu ia tertangkap basah oleh Cyrus saat mencoba mengintip kearah Aike dan dirinya yang masih berpelukan sambil berbaring di sofa dengan posisi Aike berada diatas Cyrus.

"Ah tuan Cyrus, ini tolong jaga anak ini, saya mau kembali kekantor karena masih banyak berkas yang harus saya urusi." Rize mendorong pelan anak laki-laki itu agar mendekat ke Cyrus. Cyrus tidak menolaknya, tapi sepertinya ia juga cukup pemalu terhadap anak kecil. Ia tidak pernah memiliki adik kecil dan bahkan ia tidak pernah berinteraksi dengan anak kecil sebelumnya bagaimana ia hendak mengurusnya.

"Damian patuh lah kepada pamanmu dan kakak Cyrus. Kak Rize mau kembali kerja jika tidak bekerja kakak tidak punya uang untuk membelikanmu cokelat manis seperti yang kakak kasih didalam pesawat tadi." bujuk Rize dengan segala kata-kata manisnya. Meskipun anak kecil itu terlihat keras kepala seperti Aike tapi ia mudah sekali terpengaruh, contohnya sekarang ia dengan mudah terpengaruh oleh ucapan Rize dan langsung patuh begitu saja hanya mendengar kata cokelat.

Setelah berhasil lepas dari Damian, Rize berpamitan dan pergi menyisakan dirinya, Damian dan Aike diruang tamu. Cyrus tidak tahu sampai kapan Aike akan berbaring diatasnya, ia bahkan merasakan tangannya mulai mati rasa.

Cyrus mulai merasa kesakitan dibagian tangannya, ia ingin membangunkan Aike tapi ia tidak tega. Tiba-tiba Cyrus melihat Damian berjalan mendekat beberapa langkah kearahnya, Damian menggoyangkan badan Aike dengan sekuat tenaganya mungkin karena ia masih kecil badan Aike tidak tergerak sama sekali. Mata Damian berkaca-kaca sepertinya ia akan menangis. Cyrus dengan cepat menepuk bahu Aike sekuat tenaga untuk membangunnya.

Aike terbangun, ia mengucek matanya berkali-kali sebelum bertanya ada apa pada Cyrus. Cyrus menunjuk kearah anak kecil itu dan mengatakan sepertinya ia akan menangis.

Aike menggendong Damian dan bertanya ada apa padanya secara lembut dan manja. Damian menggeleng-geleng sambilan mengusap air matanya dengan menggunakan punggung tangannya. Cyrus sempat tertegun melihat Aike yang ternyata memiliki sisi ini, sisi yang mungkin tidak pernah ia tunjukkan padanya.

"Huf, kalau tidak ada apa-apa paman akan pergi mandi, Damian bermain dulu sementara dengan kak Cyrus." Aike menurunkan Damian dan memindahkannya tepat disamping Cyrus. Cyrus benar-benar tidak tahu maksud bermain dengannya itu bagaimana, ia ingin bertanya kepada Aike tapi ia yakin ia tidak menemukan jawabannya yang ada Aike akan meledeknya habis-habisan.

Aike pergi kini menyisakan dirinya dengan Damian yang duduk bersebelahan. Cyrus tidak tau harus bagaimana dan berkata apa padanya.
"Apa ia sudah bisa berbicara?" batin Cyrus berkata, ia kurang yakin tubuhnya memang kecil tapi ia sudah bisa berjalan dengan lancar dan sepertinya ia juga sudah bisa berbicara pikir Cyrus.

"Umm, umurmu berapa?" tanya Cyrus canggung tanpa menoleh kearah Damian. Setelah menunggu beberapa detik Cyrus tidak kunjung mendapatkan jawaban yang ia inginkan, ia merasa kesal karena anak itu hanya diam dan tidak menjawabnya.

Saat Cyrus ingin menyerah saja pada anak itu tiba-tiba ia merasa seperti ada yang menarik pelan ujung bajunya, tarikannya pelan dan kira-kira sebanyak 3 kali. Cyrus menoleh dan mendapati Damian yang melakukannya. Setelah menariknya anak itu hanya diam dan menatapnya seperti orang bodoh. Mungkin ia tidak menjawabnya karena ia masih tidak bisa berbicara pikir Cyrus. Tapi melihat fisik dan tinggi badannya seharusnya Damian sudah berada di usia yang bisa berbicara tapi entahlah mungkin ia mengalami fase keterlambatan dibandingkan anak seusianya.

Damian menarik lagi ujung pakaian Cyrus dan ia mengangkat 5 jari tangan kanannya dan dua jari tangan sebelah kirinya jadi total keseluruhan ada 7 jari. Itu tandanya Damian mengisyaratkan 7, Cyrus mengerti sepertinya Damian ingin memberitahunya bahwa ia berusia 7 tahun. Tebakan Cyrus benar sepertinya Damian masih belum bisa berbicara karena fase keterlambatan seperti yang ia tebak tadi.

"oh 7 ya, anak pintar." Cyrus meletakkan tangannya secara reflek ke kepala anak kecil itu dan mengacak rambutnya pelan. Sepertinya ia sudah tidak merasa canggung lagi, ia malah berbalik merasa kasihan dengan Damian.

"Apa Damian lapar? kalau lapar kakak bisa memasak masakan yang sangat enak sekali." Damian mengangguk beberapa kali mengisyaratkan ia menerima tawaran Cyrus. Begitu menerima jawaban dari Damian, Cyrus bergegas ke dapur dengan diekori Damian dibelakangnya.

Ia menyiapkan masakan sementara Damian duduk dimeja makan dan menunggu Cyrus. Saat tengah fokus mengaduk masakannya, lagi-lagi Aike memeluknya dari belakang. Mungkin karena sudah terbiasa ia sudah tidak terkejut lagi seperti sebelumnya. Aike mengendus beberapa kali leher Cyrus dan mengatakan padanya ia lebih wangi dari sebelumnya. Cyrus tersipu malu mendengar perkataannya. Ia sontak mendorong Aike menjauh darinya dengan alasan ia tidak boleh terlalu mesra didepan anak kecil.

Aike dan Cyrus serentak menoleh ke arah Damian. Damian ternyata dari tadi mengamati mereka berdua, Cyrus tidak bisa menahan rasa malunya meskipun Damian hanya anak kecil. Berbeda dengan Aike ia malah sengaja menunjukkannya secara terang-terangan di depan Damian dengan cara ia mengecup pipi Cyrus.

"Jangan khawatir, ia tidak bisa berbicara jadi dia tidak akan memberitahu ke siapapun." ujar Aike setelah melakukan perbuatan mesumnya barusan

Cyrus memarahinya, meskipun Damian tidak akan memberitahu orang-orang tapi perbuatan mereka barusan akan merusak mentalnya dan mungkin kedepannya ia akan berjalan dijalan yang salah setelah melihat mereka.

"iya.. iya" Aike tidak mau berdebat lagi, ia berjalan kearah Damian dan membisikkan sesuatu padanya. Tapi Aike sengaja mengatakannya dengan suara yang lantang agar didengar oleh Cyrus.

Aike berkata pada Damian "Kedepannya jangan cari istri yang pandai mengomel, nanti nasibmu akan seperti paman."

Seusai mengatakan itu, Aike menggendong Damian dan berlari kecil meninggalkan Cyrus yang tengah berdiri menatapnya dengan muka yang memerah menahan rasa kesal pada Aike.

"Aike sialan" teriak Cyrus.

Ia langsung menampar mulutnya pelan, setelah ia menyadari seharusnya ia tidak boleh mengumpat didepan anak kecil seperti apa yang nenek dan kakeknya dulu ajarkan.

Cyrus tiba-tiba teringat dengan kakeknya dulu yang sangat suka mengumpat meskipun hal kecil yang menimpanya, karena sudah kebiasaanya ia tidak bisa menahannya. Neneknya sering memarahinya agar kakeknya tidak boleh mengumpat didepannya tetapi kakeknya tidak bisa. Hingga suatu hari neneknya membuat peraturan jika kakeknya sengaja mengumpat lagi didepan dirinya, neneknya akan menampar mulutnya dengan kuat sejak dibuat peraturan itu kakeknya sudah jarang sekali mengumpat. Neneknya juga menasehati Cyrus, jika ia mendengarnya mengumpat juga maka ia tidak segan akan menampar mulutnya.

Cyrus tersenyum mengingat mendiang kakek dan neneknya, ia sepertinya masih sangat merindukan keduanya meskipun mereka sudah meninggalkannya cukup lama.

Debt and Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang