03: Kembali ke istana

74 34 4
                                    

Vote and komen yah, teman-teman! Karena itu gratis!

Note: Jika kalian nemu cerita sama seperti ini, tolong segera hubungi penulis! Boleh dm ig:@wp.coretandiksi_

Tandai typo!!!!

Happy reading all!!

****

Waktu berlalu begitu cepat. Sudah tiga tahun berlalu, kini sudah saatnya dia kembali ke istana.

Seharusnya, Victoria sudah berangkat dari tadi. Namun keberangkatannya tertunda karena laki-laki bernetra zamrud, yang tidak mau melepaskan pelukannya. Dia adalah Diego, sepupunya.

Victoria menghela napas lelah. Ini sudah satu jam berlalu, tapi Diego tidak melepaskan pelukannya.

Greta mencoba membujuk Putranya agar mau melepaskannya, namun semua itu sia-sia saja. Diego malah memeluk Victoria, lebih erat dari sebelumnya.

“Tidak mauuu!!!!” teriaknya.

“Victoria, jangan tinggalkan aku! Kau ‘kan, sudah berjanji!” rengeknya seperti anak kecil.

“Aku tidak meninggalkan dirimu, Diego. Aku hanya akan kembali ke istana,” katanya lembut berusaha menenangkan sepupunya.

Namun sepertinya dia gagal.

“Hanya kau bilang?!” teriak Diego lagi.

“Ini tidak sederhana itu, Victoria!” jedanya. “Kau dan aku akan berpisah! Ber-pi-sah. Kita tidak akan bisa lagi membolos mata pelajaran bersam—” Diego menghentikan ucapannya saat menyadari sesuatu.

Di belakang Diego, Greta sudah bersiap-siap untuk memukulnya. Victoria menepuk jidatnya dan bergumam. “Diego, bodoh!”

Satu pukulan melayang pada kepala Diego. Membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan, namun tidak melepaskan pelukannya.

“Bocah nakal! Berani-beraninya kau mengajarkan hal yang tidak benar pada Putri?!” bentaknya.

Duchess berusaha melepaskan pelukannya untuk memisahkan mereka berdua.

“Lepaskan!” titahnya.

“Tidak mau!” tolaknya mentah-mentah.

“Diego, beraninya kau menolak kemauan Ibumu!” Suara berat terdengar dari belakangnya.

Suara itu. Diego tahu siapa pemiliknya. Siapa lagi, jika bukan Ayahnya—Duke Von Leonhart. Orang yang disegani dan menjabat sebagai Panglima perang kekaisaran Veroland.

Duke datang tidak seorang diri, dia datang dengan laki-laki yang berpakaian seperti penyihir.

“Lepaskan!” titahnya mutlak.

Mau tidak mau, dia harus melepaskannya. Jika tidak ingin kena hukuman lagi. Diego melepaskan pelukannya dengan raut wajah tidak rela.

Victoria yang melihat raut wajah Diego yang terlihat murung itu hanya bisa menghela napas.

Dia mengusap-usap lembut rambut hitam milik Diego, membuat sang empedu sedikit tersentak.

“Tidak perlu bersedih, Diego.”

Hubung keduanya semakin dekat, sejak tiga tahun terakhir. Sejak kejadian itu Diego selalu berusaha mendekati Victoria, meskipun selalu diabaikan olehnya. Namun Diego tidak menyerah dan lihatlah sekarang, mereka sudah terbiasa memanggil nama depan masing-masing.

“Aku akan mengirimkan surat untukmu dan jika ada waktu luang, aku akan berkunjung ke sini.”

“Janji, yah!” ucapnya dengan mata berbinar, seraya mengangkat jari kelingkingnya ke arah Victoria.

Story Of Victoria Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang