22: Identitas asli ketua night raid

54 10 0
                                    

Note: sebelum membaca, vote, komen dan follow, ya!

Tandai typo 🙏🏻

Selamat membaca!

****

“Apa yang terjadi?” tanyanya.

Sebab. Sedaritadi, raut wajah putrinya itu tidak enak untuk dipandang.

Jane. Perempuan dengan gaun kuning bercorak bunga-bunga itu mengerucutkan bibirnya, kesal.

“Aku sedang kesal, ayah!” keluhnya.

Duke Lawrence menepuk-nepuk sofa di sebelahnya, menyuruh putrinya itu untuk duduk di samping dirinya.

Dengan malas, Jane bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri ayahnya. Bukannya duduk di samping Draco, dia malah duduk dipangkuan laki-laki berambut hitam keunguan itu. Memeluk tubuh ayahnya dengan manja.

“Ayah,” panggilnya.

“Hm?”

“Bisa tidak, ayah membunuhnya?”

“Dia?”

Jane menganggukkan kepalanya dengan antusias, sembari memasang riak wajah imut. “Hmp! Cepat bunuh dia, ayah!” rengeknya.

Draco terkekeh geli. Dia mengusap-usap surai rambut putrinya dengan lembut, sambil memasang senyuman tipis.

“Sabar ya, sayang. Ini belum waktunya,” katanya lembut.

Jane mengerucutkan bibirnya lucu. “Hmp! Selalu saja seperti itu jawabnya!” kata Jane kesal.

“Aku ingin dia mati sekarang, ayah!” Jane kembali merengek kepada Duke Lawrence.

“Agar Sergio menatap diriku!” lanjutnya.

Senyuman Duke Lawrence tidak pernah luntur, jika itu untuk putri kesayangannya. Dia tetap mengusap-usap lembut rambut milik Jane.

“Memangnya, ramuan itu tidak berpungsi kepada Tuan Muda Rodriguez?” tanyanya.

“Tidak, ayah!” jawab Jane, kesal. “Jangankan, jatuh cinta kepadaku! Dia semakin kasar dan membenci aku! Ih, menyebalkan!!!!" sambungnya.

“Itu aneh,” gumamnya.

“Ayah bilang apa?” tanya Jane.

“Tidak,” kata Duke Lawrence. “Tapi, alat sihir itu berpungsi ‘kan?”

Jane turun dari pangkuan ayahnya dan duduk di samping Draco.

Senyuman miring terbit dibibir Jane. “Tentu saja, ayah.”

“Sekarang, mereka berdua saling salah paham. Menyenangkan sekali~” ucap Jane sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya.

“Jangan pernah melepaskan kalung itu,” suruh Duke Lawrence.

“Baik ayah!” ujar Jane sambil memegang sebuah kalung berbandul tengkorak, yang ia pakai di lehernya.

Itu adalah alat sihir yang selama ini membuat Sergio dan Victoria saling salah paham. Kalung itu dapat membuat sebuah ilusi, yang diinginkan oleh pemiliknya dan diperlihatkan kepada orang yang ia tuju. Orang itu tidak akan bisa menyadari, bahwa apa yang dia lihat itu hanya sebuah ilusi saja.

“Bersabarlah sayang. Jika sudah waktunya, dia akan menjadi milikmu.”

Jane langsung memeluk Duke Lawrence dengan erat, dan berucap. “Terima kasih ayah!”

“Kau memang ayah terbaik!!!”

****

Suasana malam semakin mencekam. Bulan yang biasanya bersinar terang, tidak menampakkan cahayanya sehingga terlihat sangat gelap. Suara serigala bersahutan dari kejauhan. Angin malam yang tertiup terasa sangat dingin menyentuh kulit.

Story Of Victoria Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang