15: Ketua klub Star's

57 9 0
                                    

Note: jangan lupa untuk vote, komen, sama follow yah!

Tandai typo 🙏🏻

Enjoyyy





“Rasa hormat dimulai dari dirimu sendiri, dan jika kau tidak menunjukkan rasa hormat kepada orang lain, maka jangan harap kau akan dihormati.”
—Lex Blanchett.

“Terkadang, kekerasan dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah.”
—Gavril Aleister.

****

Suara bilah pedang yang saling beradu terdengar. Saat ini, Victoria berada di barak latihan. Dia mengikuti jurusan berpedang, begitupun dengan—Diego, Lex, George dan Gavril. Namun mereka berempat tidak masuk karena dalam masa hukuman.

Peluh membasahi dahi serta wajahnya. Victoria sudah mengalahkan teman satu jurusannya, secara 10 kali berturut-turut.

Pedang lawannya terlempar ke atas, lalu terjatuh ke bawah. Menandakan, bahwa yang memenangkan pertandingan adalah Victoria.

Sorak-sorai dan tepuk tangan terdengar memenuhi barak.

Orang-orang jurusan berpedang, mulai mengerumuni Victoria dan memberikan ucapan selamat kepada dirinya.

Perempuan bersurai pirang itu tersenyum tipis, serta mengatakan ucapan terima kasih kepada rekan satu jurusannya.

Dia menengadahkan kepalanya ke atas. Menatap pada langit biru tanpa satupun awan. Riak wajahnya terlihat seperti orang frustasi.

Entah kenapa, aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi! batin Victoria berkata dengan penuh keyakinan

Sebab, intusinya tidak pernah salah.

****

“Aduh~ pinggangku!”

Laki-laki berambut hitam dan beriris merah itu menghela napas lelah. Ini sudah keberapa kalinya, Gavril mengeluh seperti itu.

George. Dia kembali menata buku pada tempatnya, tanpa memperdulikan keluhan dari sahabatnya itu. Begitupun dengan yang lainnya.

Merasa diabaikan, laki-laki dengan rambut putih itu sekali lagi berujar sembari tiduran di atas lantai perpustakaan -dengan memegang alat penyapu di tangan kanannya.

“Aduh! Capeknya! Kalau seperti ini, aku mungkin akan mati muda!”

“Persetan!” gumam Diego yang tengah menyapu lantai perpustakaan di dekat George.

Dia pikir, aku akan peduli? kata Lex di dalam hatinya. Laki-laki itu sedang menata buku seperti George, namun dibarisan rak kedua. Kalau George di rak buku pertama.

“Hah... kenapa aku memiliki sahabat yang tidak waras, ya?” ucap George pelan.

Namun, bukan Gavril namanya jika tidak membuat keributan dan tidak berhasil menyulut api. Dia semakin menjadi-jadi karena diabaikan.

“Arghhh! Aku capek tahu! Hei kalian! Apa kalian tuli, hah?!” sentaknya.

“Dia antara kita berempat, akulah yang paling muda!” jedanya. “Apa kalian tidak akan membantuku yang sekarat ini?!” sambungnya.

“Kalian—”

“Lantas?” kata Lex menyela. “Memangnya kenapa, jikalau dirimu lebih muda dari kita bertiga?” lanjutnya.

Mendengar itu Gavril langsung bangkit dari tidurnya. Dia duduk di atas lantai, dengan mata yang tertuju pada laki-laki berparas rupawan -yang tengah menata buku seorang diri.

Story Of Victoria Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang