20: Siapa ketuanya?

54 10 0
                                    

Note: hallo semuanya! Jangan lupa vote, komen and follow!

Tandai typo 🙏🏻

Enjoyy

****

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar tiga kali, dari luar ruangan. Atensi dari seorang laki-laki yang tengah duduk sambil menatap langit malam, di balkon kamarnya itu teralihkan.

“Masuk!” suruhnya dengan lantang.

Seorang pelayan laki-laki masuk ke dalam kamarnya, dengan membawa sebuah bucket bunga dan satu surat bersampul biru laut.

“Tuan Muda, ada kiriman dari tunangan anda.” Philip—pelayan pribadinya itu berucap sembari menyerahkan kiriman dari tunangan Tuan Mudanya itu.

Sergio. Laki-laki berparas rupawan itu langsung mengambilnya. Dia tidak dapat menyembunyikan raut wajah senangnya itu. Bahkan, netra batu rubynya itu berbinar-binar sambil menatap pemberian dari Victoria.

Sergio meletakkan bucket bunganya di atas meja. Dia menghirup aroma surat yang diberikan oleh tunangannya terlebih dahulu, baru membuka dan membacanya.

Untuk Tuan Muda Rodriguez.

Selamat ulang tahun, Tuan Muda. Semoga Dewa selalu menyertai dirimu dan melindungimu.

Aku membeli bucket bunga itu setelah pulang dari perang. Kuharap, kau menyukainya.

Kau tidak perlu membalas surat ini.

                                                Dari: Victoria.

Alis tebal Sergio menukik tajam. Dia tidak suka. Tidak suka dengan kalimat terakhir dari surat itu. Dan Sergio juga, merasa ada yang kurang di dalam suratnya. Ah... ternyata, Victoria tidak memanggilnya dengan sebutan tunanganku.

“Kenapa?” gumamnya.

Lalu atensinya teralihkan pada bucket bunga mawar hitam itu. Sergio meletakkan suratnya di atas meja, dan mengambil bucket bunga seraya mengirup aroma lili oranye dengan senyuman yang mengembang.

Philip menatap iba ke Tuannya. Dalam hati ia berkata, apa Tuan Muda tidak mengetahuinya?

Sergio menoleh ke samping dan berkata. “Kau kenapa?”

Meskipun ragu, dia tetap bertanya kepada Tuannya. “I-itu... apa anda tidak mengetahui makna dari bunga lili oranye?”

Satu alis tebal milik Sergio terangkat. “Memangnya apa?” tanyanya sambil mendekap bucket bunga pemberian dari Victoria. Seolah-olah dia tengah memeluk tubuh tunangannya itu.

“Setiap bunga memiliki makna yang berbeda-beda, dan bunga lili oranye memiliki makna ... kebencian.”

Raut wajah Sergio seketika berubah. Bibir yang tadinya melengkung ke atas, kini berubah menjadi ke bawah. Binaran pada netra rubynya juga menghilang dalam sekejap mata.

“Pergi,” usirnya.

Philip segera membungkuk dan pergi dari sana. Menuruti perintah dari Tuan Mudanya.

Setelah kepergian pelayan pribadinya itu, Sergio terkekeh. Lalu beberapa saat kemudian, berubah menjadi tertawa terbahak-bahak dengan buliran air bening yang keluar dari kelopak matanya.

“Hah... jadi begitu, ya.”

Sergio bangkit dari duduknya. Berjalan memasuki kamar yang didominasi oleh warna biru laut, dengan membaca surat dan bucket bunga pemberian tunangannya.

Story Of Victoria Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang