Jangan lupa untuk vote sama komen, yah!
Follow juga akun Wattpad:
supaya tidak ketinggalan update!Happy reading!
****
Seorang perempuan bersurai pirang dan bernetra safir itu tengah sibuk menulis sesuatu.
“Selesai!” serunya saat selesai menulis surat.
“Mary!” Victoria memangil pelayan pribadinya dengan berteriak.
Tak lama kemudian, Mary datang dan menghampirinya. Dia berdiri di belakangnya sambil membungkukkan badan.
“Ya, Yang Mulia. Apa anda membutuhkan sesuatu?” tanyanya.
Victoria menolehkan kepala ke sampingnya. Lalu dia memberikan sebuah surat yang sudah dimasukkan ke dalam amplop surat, lengkap dengan cap miliknya. Yaitu, bunga mawar merah.
“Kirim surat itu ke dukedom, di utara.”
Mary menerima surat berwarna cokelat tua itu.
“Suratnya harus sampai ke tangan Diego, kau mengerti?”
Mary mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
Victoria mengambil sekantong koin, lalu memberikan sepuluh koin emas kepada Mary. Itu sebagai imbalannya karena telah mengantarkan suratnya.
Mary membungkuk sambil berpamitan. Meninggalkan Victoria seorang diri, di dalam kamar yang bernuansa merah dan emas.
Perempuan bergaun biru tua dan putih itu membuka laci, lalu mengambil sebuah buku. Buku yang kemarin, dia bawa dari perpustakaan pribadinya.
“Sekarang saatnya mencoba membuat ramuan itu!”
****
Di ruang khusus pembuatan obat-obatan dan racun, Victoria tengah berkutat dengan alatnya. Perempuan bernetra safir itu sangat berkonsentrasi dalam membuat sebuah ramuan, sesuai dengan apa yang tertulis di buku.
Victoria tidak akan pernah mengizinkan siapapun untuk masuk ke ruangan ini. Bahkan, tidak ada orang yang tahu tentang keberadaan ruangan ini. Selain dirinya sendiri, tentunya.
Membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk membuat ramuan itu. Setelah selesai, Victoria langsung memasukkan ramuannya ke dalam sebuah botol kecil, yang menjadi beberapa botol.
Dia memasukkan semua botol kecil itu, ke dalam kantong berwarna merah yang ada gambar mawar merahnya.
Victoria mengambil bukunya, lalu berjalan ke arah lemari kayu yang berukuran sedang. Dia membuka dan memasukkan buku itu ke dalam lemari, lalu menutupnya kembali. Tidak lupa untuk memasang sihir pada lemari itu.
Perempuan bersurai pirang itu berjalan ke tempat semula. Dia mengambil jubah hitam yang tersampir di kursi, kemudian memakainya.
Victoria menghilang begitu saja, setelah mengambil sekantong ramuannya.
Dia tiba di depan rumah kayunya. Sebenarnya, rumah kayu itu bukan miliknya. Akan tetapi, milik Ibunya—mendiang Permaisuri Margaretha. Namun sekarang, menjadi miliknya. Rumah kayu itu masih berada di wilayah utara, tempat lahirnya Permaisuri Margaretha.
Victoria membuka pintunya. Netra matanya melirik kesana-kemari, mencari keberadaan seseorang.
Pada saat sudah menemukan keberadaan orang yang ia cari, dia segera menghampiri orang tersebut.
Victoria menepuk pundaknya pelan, namun berhasil mengejutkan laki-laki itu.
“Kau! Mengejutkan saja!” kata Lucas kesal. Dirinya ini tengah memasak makan siang, namun kegiatannya diganggu oleh Victoria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Victoria
FantasyPrequel dari : What Actually Happened? Victoria dalam bahasa latin memiliki makna, 'kemenangan'. Sesuai namanya, dia dituntut untuk tidak boleh kalah dari siapapun. Dengan kata lain, dia harus sempurna. "Manusia diciptakan untuk berguna, bukan untuk...