21: Nama sialan itu

53 10 0
                                    

Note: hallo semuanya! Jangan lupa untuk vote, komen and follow!

Tandai typo 🙏🏻

Happy reading all!!!

****

“Oi! Itu punyaku, sialan!”

“Dih! Siapa cepat, dia dapat. Dasar bodoh!”

“Sini kau!”

George menghela napas lelah. Melihat tingkah laku kedua sahabatnya itu. Siapa lagi jika bukan Diego dan Gavril. Kedua orang itu selalu saja bertengkar. Sepertinya, tidak bisa jika satu hari saja akur.

“Kalian ini bisa diam dulu tidak sih!” tegur Lex. “Coba kalian lihat komandan! Dia sedang mengerjakan berkas-berkas penting! Jangan ganggu, bisa?!” sambungnya.

Sontak. Aksi kejar-kejaran di ruang kerja itu terhenti. Atensi keduanya langsung terpusat kepada seorang perempuan bersurai pirang, yang duduk dengan setumpuk kertas di atas mejanya.

Diego dan Gavril membungkuk, meminta maaf. Dan hanya direspon oleh deheman saja.

Tumben tidak marah? batin Diego dan Gavril bertanya secara bersamaan.

Saat seluruh atensi Gavril terpokus pada Victoria, Diego langsung merebut sekantong kue kering buatan Victoria dari tangan laki-laki bernetra violet itu. Dia berlari dan duduk di samping laki-laki beriris merah, seraya menjulurkan lidahnya ke arah Gavril.

“Bedebah!” umpat Gavril saat sadar, bahwa kue kering itu sudah berhasil direbut.

Saat Gavril akan menghampiri Diego, langkah kakinya terhenti karena dirinya dipanggil oleh komandannya.

“Gavril.”

Dia membalikkan tubuh atletisnya. Menatap ke arah Victoria, sehingga membuat netra safir dan violet saling bertubrukan.

“Ya, komandan?”

“Kemari.”

Dengan patuh, Gavril berjalan menghampiri seorang perempuan yang menjabat sebagai komandan pasukan ksatria elang perak.

Victoria. Perempuan dengan kacamata yang tertengger di hidung mancungnya itu meletakkan penanya di tempat semula. Lalu memberikan sebuah kertas yang dilipat menjadi dua lipatan.

“Amati, dekati, lalu ... eksekusi.”

Gavril menerima kertas itu dengan tangan yang sedikit bergetar. Saat ini, Victoria seperti bukan komandannya yang ia kenal.

“Pergilah bersama George,” suruhnya.

Gavril membungkuk seraya berkata, “baik komandan.”

“Lalu Diego, kau kemarilah.”

Gerakan tangan yang akan memasukkan kue kering ke dalam mulutnya itu seketika terhenti. Dia menatap ke arah sepupunya yang menjabat sebagai komandan pasukan ksatria elang perak.

“Kenapa?” tanyanya tanpa menghampiri Victoria.

“Kau lanjutnya tugasku,” titahnya mutlak.

Tiba-tiba air muka Diego menjadi keruh. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Victoria dengan langkah gontai.

“Bagaimana denganku komandan?” Lex bertanya saat semua sahabatnya itu mendapat tugas dan misi dari Victoria.

“Ck! Kalau orang lain tidak mau mendapatkan tugas, beda lagi jika dirinya. Dasar aneh!” cibir Diego saat selesai duduk di kursi milik Victoria, dan mulai mengerjakan tugasnya.

“Tidak ada,” jawab Victoria sambil melepaskan kacamatanya, lalu memakai jubah hitam miliknya.

Seketika raut wajahnya jadi murung. Diego yang melihat hal itu langsung bergumam. “Benar-benar manusia aneh.”

Story Of Victoria Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang