06: Pemilik mata kebenaran

73 28 4
                                    

Note: vote sama komen, yah! Supaya semangat nulis sama updatenya!

Follow akun Wattpad:
supaya tidak ketinggalan update!

Happy reading all!!!

****

Victoria tersenyum setelah membaca surat dari Lucas. Yang berisikan, bahwa dia telah menjadi ksatria keluarga Leonhart. Meskipun belum dilantik menjadi ksatria resmi, hanya menjadi ksatria pelatihan.

Ksatria pelatihan adalah orang yang akan dilatih selama tiga bulan, oleh Duke Von Leonhart langsung. Namun jika Duke sibuk, akan digantikan oleh kaki tangannya.

Setelah dilatih selama tiga bulan, mereka semua akan diberikan sebuah ujian. Mereka akan dilantik menjadi ksatria keluarga Leonhart resmi, jika berhasil melewati ujian itu.

Putri Victoria langsung membakar surat itu menggunakan sihir apinya.

Pintu kamarnya diketuk dari luar.

“Yang Mulia Putri. Ini saya, Marry. Apa saya boleh masuk?” tanya pelayan pribadinya dari balik pintu.

“Masuk saja,” jawab Victoria dengan suara cukup keras.

Mary masuk ke dalam kamar Putri ketiga, setelah diizinkan oleh sang pemilik kamar itu.

“Salam Yang Mulia, Putri ketiga.” Dia membungkuk sambil mengangkat ujung gaunnya.

“Ada apa?” tanya Victoria langsung ke intinya.

Mary terlihat ragu untuk mengatakannya.

“Mary, aku bertanya ada apa?” tanyanya lagi, berusaha untuk sabar.

“A-anu, Yang Mulia. Ada Permaisuri di ruang tamu,” katanya tanpa melihat lawan bicaranya.

Victoria mengerutkan keningnya, tidak suka.

“Bukankah sudah kukatakan padamu?” ucap Victoria. “Bahwa aku tidak akan menerima tamu, jika dia tidak membuat janji denganku terlebih dahulu!” sambungnya.

“Ma-maafkan hamba Yang Mulia!” mohonnya sambil membungkukkan badan.

“Namun, hamba tidak berani untuk mengusir seorang Permaisuri.”

Perempuan bernetra safir dan bergaun hitam dengan bunga-bunga mawar merah kecil itu, mendengus sangat keras. Membuat Mary tersentak. Itu berarti, dia tlah membuat Putri ketiga kesal.

“Tunggu situ!” titahnya.

“Baik, Yang Mulia Putri.” Dengan patuh, Mary menunggu di sana.

Putri Victoria berjalan ke arah meja, yang ada di dekat jendela. Dia menarik kursi, lalu mendudukinya. Mengambil penanya, kemudian menuliskan sesuatu di secarik kertas putih.

Selesai. Victoria langsung memberikan kepada Mary.

“Berikan itu kepada Permaisuri,” suruhnya.

Membungkuk, “baik, Yang Mulia Putri.”

Setelah itu dia meninggalkan ruangan bernuansa merah dan emas itu.

“Mentang-mentang seorang Permaisuri, seenaknya datang tanpa janji temu dulu!”

“Seperti tidak memiliki etika bangsawan, saja!” kecamnya.

****

Untuk menghilangkan emosinya Victoria memilih berjalan-jalan ke desa Nawrilia, yang berada di wilayah timur—wilayah kekuasaan Duke Lawrence.

Tidak menggunakan kereta kuda, Victoria berteleportasi langsung ke sana. Tentu saja dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Dia tidak ingin ada tahu identitas aslinya.

Story Of Victoria Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang