18: Pulau Emerald dan Amesthyts

55 10 0
                                    

Note: jangan lupa tinggalkan jejak 👣 follow akun ini juga, ya! Supaya tidak ketinggalan update, dan cerita terbaru saya nantinya!

Tandai typo, yaa.

Enjoyyy.

****

7 tahun kemudian....

Seorang laki-laki berambut biru berlarian mencari keberadaan komandannya.

“Komandan! Komandan!” panggilnya saat berhasil menemukan keberadaan komandannya.

Perempuan bersurai pirang dengan mengenakan seragam seorang ksatria itu membalikkan badannya, untuk melihat siapa yang memanggil dirinya.

“Hah... komandan! Gawat!” ujarnya dengan napas yang tersengal-sengal.

Menggelengkan kepalanya. Melihat tingkah laku dari salah satu anak buahnya itu.

“Noah, atur napasmu terlebih dahulu, baru berbicara.”

Laki-laki itu adalah Noah Romawa—wakil ketua divisi tiga, pasukan ksatria elang perak.

Pasukan ksatria elang perak, adalah pasukan ksatria yang berada digarda terdepan. Pasukan itu dipimpin oleh Putri ketiga—Victoria. Pasukan ksatria yang membawa kejayaan terhadap kekaisaran Veroland.

Noah kembali berbicara saat napasnya mulai teratur kembali. “Gav—maksud saya! Ketua divisi tiga tengah bertengkar dengan salah satu anggota ksatria naga hitam!”

Victoria membulatkan matanya terkejut. Lalu menepuk jidatnya seraya bergumam. “Gavril! Dia selalu saja mudah terpancing emosi!”

Noah menatap takut-takut kepada komandannya. Karena melihat air muka yang tidak mengenakkan.

“Bawa aku ke sana!”

“Ba-baik, komandan!”

****

Victoria berjalan dengan langkah lebar dan membelah kerumunan itu. Dia melangkah kaki menuju dua orang laki-laki, yang mengenakan seragam ksatria berbeda.

Laki-laki bernetra zamrud dan ruby itu tersentak, saat melihat keberadaan komandan mereka. Membatin secara bersamaan, ma-mati aku!

Perempuan dengan surai rambut pirang yang diikat kuncir kuda itu langsung menarik kerah baju Gavril dari belakang, dan menghempaskannya ke samping. Membuatnya mengaduh kesakitan.

“Apa yang kalian lihat?!” tanya Victoria dengan tidak ramah. “Bubar sana!” sambungnya.

Mereka semua terpontang-panting kesana-kemari, begitupun dengan lawan dari Gavril.

“Kecuali kalian bertiga! Gavril, Diego dan George,” imbuhnya yang membuat kedua orang itu menghentikan langkah kakinya.

“Koman—”

“Ikuti aku!” Victoria menyela perkataan George.

Diego dan George mengekori komandan mereka yang tengah berjalan menuju markas, sambil menyeret laki-laki bersurai putih dan beriris ungu.

Sesampainya di sana, Victoria langsung menghempaskan tubuh Gavril sekali lagi.

Laki-laki yang tengah duduk di kursi kayu itu langsung tersentak, dengan kedatangan mereka semua.

“Apa dia membuat masalah lagi?” tanya Lex—ketua divisi dua, kepada orang yang menjabat sebagai komandannya.

Melihat Victoria yang menghela napas gusar, sepertinya dugaannya benar.

“Kau!” tunjuknya kepada Gavril.

“Bisa tidak, sekali saja kendalikan emosimu! Jangan mudah terpancing emosi, Gavril Aleister!” sambung Victoria.

Story Of Victoria Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang