10: Racun mematikan

67 25 0
                                    

Note: vote, komen and follow yah!

Tandai typo!

Happy reading all...

****

Setelah pulang dari March yang berada di wilayah perbatasan, Victoria pergi ke perpustakaan pribadinya. Untuk mencari buku tentang jenis-jenis racun, beserta penawarnya.

Jujur. Victoria memang ahli dalam racun, namun racun yang digunakan untuk meracuni Marchioness Blanchett itu, baru pertama kali melihatnya.

Bukan! kata Victoria di dalam hati.

Dia kembali menutup buku dan menaruhnya di tempat semula. Lalu tangannya kembali mengambil buku bersampul warna ungu.

Membuka buku itu dan membalikkan halaman pertama, dan seterusnya.

Gerakan pada tangannya terhenti. Dia membacanya dengan hati-hati dan seksama.

Dapat! batinnya berseru.

Setelah itu dia bergegas ke luar dari perpustakaan pribadinya.

****

Malam harinya. Victoria pergi ke kediaman Marquess Blanchett, secara diam-diam menggunakan batu sihir.

Sesampainya di sana, dia sambut oleh beberapa ksatria keluarga Blanchett. Bilah pedang yang tajam itu diarahkan kepada leher Victoria. Karena bagi mereka, dia sangat mencurigakan.

Berpakaian serba hitam, dengan tudung jubang yang menutupi wajahnya. Dan yang lebih pentingnya lagi, dia datang pada malam hari. Seperti pembunuh bayaran saja.

“Siapa yang mengirimmu!” tanya seorang pria yang menjabat sebagai wakil komandan.

Victoria menghela napasnya. Karena tidak ingin menimbulkan keributan, dia membuka sedikit tudungnya agar orang itu melihatnya.

Bola mata pria tadi bergetar. Pada saat akan memberi salam, Victoria mengodenya agar tidak melakukan itu -dengan cara meletakkan jari telunjuk dibibirnya.

Pria berambut hitam itu segera menyuruh semua ksatria untuk menurunkan pedang mereka, dan mereka pun menurut.

“Mari saya an—”

“Tidak perlu,” selanya dengan suara yang berbeda.

Sengaja. Victoria sengaja merubah suaranya seperti ibu-ibu. Karena banyak telinga dan mata yang mengawasi kediaman ini. Dia harus berhati-hati, agar penyamarannya tidak terbongkar.

Victoria berjalan memasuki March.

Mengentuk pintu kamar dengan pelan. Tak lama, pintu kamarnya terbuka. Orang yang membuka pintu itu sedikit terkejut, Victoria langsung memasuki kamar dan menutup pintunya.

Isaac—Marquess Blanchett mengarahkan pedangnya yang diliputi aura, kepada sosok berjubah itu.

“Siapa yang mengirimmu ke sini!”

Entah kenapa, Victoria merasa deja vu dengan situasi ini.

Menghela napas, lalu membuka tudung jubahnya sedikit, agar Marquess melihat wajahnya.

“Tuan—”

Dengan segera Victoria membekap mulutnya.

“Suttt.”

Tanpa sepengetahuan Marquess, Victoria memasang sihir kedap suaranya. Agar tidak ada yang menguping pembicaraan mereka berdua.

Dia berjalan menuju ranjang, diikuti oleh Isaac dari belakangnya.

Story Of Victoria Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang