27: Sama-sama terluka

56 4 0
                                    

Note: seperti biasa, jangan lupa vote, komen, and follow!

Tandai typo 🙏🏻

Enjoyyy

****

Victoria kembali ke dalam ruang kerjanya tanpa memasang air muka apapun. Membuat Diego, Gavril, George dan Lex kebingungan. Dalam hati mereka bertanya, ada apa dengannya?

Perempuan dengan surai pirang yang dikuncir kuda itu berdiri di depan meja kerjanya, memandangi bucket bunga mawar merah dan sekotak kue pemberian Sergio.

“Fena, kau baik-baik saja ‘kan...?” Diego bertanya dengan ragu, sambil menghampiri sepupunya.

Victoria mengambil kotak kue itu, lalu memberikannya kepada Diego.

“Bawa itu dan ke luar dari sini,” suruhnya.

“I-ini, mau taruh dimana?” tanyanya.

“Buang,” kata Victoria singkat.

“O-oh baiklah.” Diego keluar dengan membawa kue dari Sergio.

“Apa yang kalian tunggu?” tanya Victoria. “Pergi sana! Dan jangan ganggu aku,” sambungnya.

Karena tidak ingin kena amukan dari komandannya itu, mereka bertiga keluar dari ruangannya tanpa protes. Sebab, ketiga orang itu tahu jika suasana hati komandan mereka sedang buruk.

Victoria membalikkan badannya. Dan menatap tajam bucket bunga pemberian tunangannya.

Dia mengambil bucket bunga mawar merah dari atas mejanya dan melemparnya ke bawah dengan kencang. Lalu setelah itu, Victoria menginjak-injaknya sampai rusak dan berantakan. Setetes cairan bening luruh ke bawah, namun raut wajahnya tidak berubah. Masih sama seperti tadi. Datar dan tatapan matanya ... kosong.

“Sekarang. Aku jadi membenci bunga mawar merah,” kata Victoria lirih.

“Sialan!” gumamnya seraya mengusap sudut matanya yang berair, secara kasar. Dia tidak boleh terlihat lemah dan menyedihkan! Tidak boleh sama sekali! Dia harus bisa menahannya! Pokoknya harus bisa! Tidak boleh tidak bisa!

“Sudah cukup! Aku tidak akan goyah lagi!”

Ternyata benar, apa yang dikatakan oleh Kaisar—ayahnya. Jika cinta itu hanya akan membuatnya menjadi lemah dan menyedihkan. Perasaan dangkal seperti itu sama sekali ... tidak berguna.

****

Suara benda jatuh dan pecahan kaca terdengar sampai keluar kamar. Tidak ada yang berani bertanya atau memasuki kamar Tuan Muda mereka, termasuk pelayan pribadinya sendiri—Philip. Karena mereka semua tahu, jika Tuan Mudanya itu sangat tempramental.

Semua pelayan di dukedom menutup mata dan telinganya. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Sekarang, keadaan di dalam kamar Sergio sangat kacau dan berantakan. Laki-laki beriris merah itu duduk meringkuk di dekat ranjangnya.

“Aku benar-benar mencintaimu,” gumamnya.

Sergio mengangkat kepalanya dengan berderai air mata. “Sungguh. Hanya kaulah yang ada di hatiku, Vivi.”

“Jadi, tidak bisakah kau membalas perasaanku?”

Saat ini, Sergio benar-benar menyedihkan.

Orang yang terbiasa mendapatkan apapun yang dia inginkan, kini harus merasakan kata ‘tidak bisa’. Otaknya berkata menyerah saja, namun hatinya berkata lain.

Jadi, dirinya harus mengikuti kata hati atau ... logikanya?

“Hahahaha! Sungguh menyedihkan sekali dirimu, Sergio.”

Story Of Victoria Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang