I.N.A.L - 07

38 1 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak yah ci~

Jangan lupa komentar tiap paragraf ~

Happy reading ~

Seorang laki-laki mengenakan turtleneck berwarna coffe dengan jeans hitam dan tak lupa jaket kulit berwarna hitam ditangannya baru saja keluar dari mobil miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang laki-laki mengenakan turtleneck berwarna coffe dengan jeans hitam dan tak lupa jaket kulit berwarna hitam ditangannya baru saja keluar dari mobil miliknya.

Laki-laki tersebut baru saja sampai di kediamannya dan langsung memasukki sebuah rumah besar yang terbatasi oleh pagar besi dan tak lupa suasana hijau khas tanaman-tanaman hias yang menjadi pusat kesejukan rumah tersebut.

sesampainya diruang tengah yang dimana ia menemukan pria paruh baya yang tengah diam santai menonton televisi yang ada didepannya. Namun perhatiannya tercuri lantaran sang putra yang baru saja pulang entah darimana.

Luca, laki-laki itu mencoba untuk mengabaikan sang Papa dan tetap mengayunkan langkah kakinya melewati ruang tengah tersebut tanpa menoleh pada sang Papa.

"Tirta? Dari mana kamu jam segini baru pulang? Agib nyariin kamu karena dia gak mau tidur sendiri."

Suara berat khas Lucas Zaever Naverro- Papa Luca dapat menghentikan langkah Luca saat itu juga. Helaan nafas keluar dari mulut Luca yang sejak tadi memasang wajah malasnya.

Laki-laki itu menoleh kearah Lucas dengan malas. Tak ada tatapan kehangatan pada mata Luca saat ia menatap Sang Papa. Hanya ada tatapan kebencian disana.

"Ada Ibu 'kan? Lagian bentar lagi Tirta bakalan tinggal sendiri. Jadi Agib harus belajar tidur sendiri."

"Setidaknya kamu temenin Agib tidur beberapa malem aja sebelum kamu mulai pindah nanti." Mendengar itu Luca memutar bola matanya jengah seraya membuang muka kearah lain.

"Lagian kamu kenapa tetep kekeh buat tinggal sendiri sih? Kamu gak kasian sama Ibu kamu? sama Agib juga? Ibu kamu khawatir pasti."

Luca terkekeh sinis. "Kalo aku bisa, aku bakalan bawa Ibu dan Agib buat ikut keluar dari rumah ini. Aku bahkan bakalan bawa mereka pergi jauh kemana pun, asal gak ketemu dan seatap lagi sama laki-laki brengsek," kayak Papa lanjutkan dalam hati.

Ucapan Luca tiba-tiba membuat Lucas mengerutkan dahinya dalam. "Apa maksud kamu?"

"Nothing. Forget it." Lantas Luca memutuskan untuk kembali melangkah kakinya meninggalkan sang Papa yang masih memikirkan apa maksud ucapan dari putranya itu.

Luca menaiki beberapa tangga yang mengantarkan tubuhnya kelantai dua rumahnya. Dimana ia bisa menemukan dua pintu kamar disana. Ia berjalan menuju pada salah satu pintu itu. Tanpa mengetuk, ia membuka pintu tersebut dengan santai.

Ketika pintunya dibuka, ia sudah disuguhkan oleh pemandangan kamarnya yang sudah ia tempati sejak beberapa tahun yang lalu. Kamar yang bernuansa gelap dari perpaduan cat kamar berwarna Hitam dan abu-abu yang merupakan warna favoritnya. Aroma Tonka Bean yang menyeruak juga menjadi khas seorang Luca Tirta Naverro.

IT'S (not) APUS LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang