You are a wound that I want to keep hugging, again, again and again.
Kamu adalah luka yang ingin aku peluk berulang kali, lagi, lagi dan lagi.----------------
Aku tidak tahu Xiao membawaku kemana, ditengah hujan seperti ini. Tubuhku sedikit mengigil karena tidak cukup kain menutupi tubuh sehingga air hujan jatuh langsung ke kulitku yang terbuka. Tapi air hujan itu seakan membersihkan noda darah di pakaian kami. "Kita akan pergi ke lembah Yaodie, beberapa bunga yang kau cari dapat ditemukan di gua-guanya." Jelas Xiao. Aku mengangguk hanya menurut dan terus mengikuti langkah pria itu untuk masuk lebih dalam ke dalam hutan menuju gua di lembah Yaodie.
Saat memasuki hutan lebih dalam, air hujan tidak bisa menggapai tempat ini. Entah sudah reda atau tidak, tapi tidak ada air yang jatuh dari langit lagi seolah tertutup dahan dan ranting dedaunan yang berada di diatas kami. Ini adalah hutan yang berbeda dibanding dengan hutan yang waktu itu aku masuki bersama Xiao sebelumnya, pohon-pohon disini seolah lebih rapat, semak di bawah menyesaki celah di antara batang pepohonan seolah menyokongnya tetap berdiri. Dahan-dahan terus tersangkut di sisa-sisa pakaianku, dan Xiao berulang kali berhenti untuk mengambil ranting yang menusuk-nusuk tumitnya. Anehnya, ditempat seperti ini aku malah tidak melihat tanda-tanda keberadaan makhluk buas yang mengancam nyawa, atau demon dan para hilichurl dan orang-orang jahat, selama perjalanan pelan kami. Sejujurnya, menurutku Xiao tidak terlalu fokus dalam memeriksa hutan di sekeliling jadi bisa tampak tidak sadar bahwa dia menatapku tiap detik.
Tidak butuh waktu lama hingga kepalaku dipenuhi ranting-ranting, yang menarik-narik rambutku secara menyakitkan hingga lama-lama menjadi simpul.
Xiao menghentikan langkahku untuk mengambil ranting-ranting itu dari rambutku. "Jalannya akan membaik," janjinya. Manis sekali dia karena berpikir aku akan cukup muak hingga kembali ke Wangshuu Iin. Seolah aku akan memilih melakukan hal lain dibandingkan merasakan dia membersihkan ranting-ranting pohon dari rambutku. "Aku tidak menghawatirkan itu," aku meyakinkan. "Aku hanya berpikir bahwa kita kita tidak akan pernah tahu kalau ada orang lain di sini. Hutan di lembah ini seakan tak terbatas."
Xiao menyisir rambutku dengan jemari seolah memeriksa apakah masih ada ranting yang tersangkut, walaupun aku tahu rantingnya sudah hilang semua, dan mungkin dia juga tahu itu. Dia berhenti, tersenyum datar padaku, kemudian menarik napas dalam-dalam. "Sebentar lagi sampai."
Ekspresi Xiao jadi sedikit muram, tapi dia tetap membimbing jalanku melewati semak-semak, menuruni bebukitan. Seperti yang dijanjikan, jalannya semakin membaik. Ranting-ranting mulai jarang dan pepohonan semakin menjulang serta lurus, dan cabang-cabang baru ada beberapa meter di atas kepala kami. Kulit pohon Sandbearer Wood yang terkelupas terlihat kepucatan di bawah cahaya matahari sore yang miring, ternyata hujannya sudah berhenti dan hari semakin sore. Aku menoleh kepada Xiao, dan matanya menyorotkan warna kuning yang sama cemerlangnya ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR MY LIVING DEAD || XIAO魈
FanfictionSelama ribuan tahun, penduduk Liyue sering menceritakan kisah tentang Yaksha. Tapi seiring dengan waktu, para pelindung rakyat ini perlahan menghilang. Hanya Xiao yang masih mematuhi kontraknya dengan Archon Geo, dan menjalankan tugas yang diberikan...