CHAPTER 34 : VAGUE WHISPERS

28 9 0
                                    

Malam itu, aku berbaring di kamar, mataku terpejam rapat, berusaha tidur. Dunia di luar jendelaku seolah membisu, semua orang seakan dibekap. Terlalu hening. Aku menahan napas dan memusatkan perhatian pada malam ini, mencoba mendengarkan gerakan di kegelapan yang senyap.

Pelan-pelan aku sadar bahwa beberapa bunyi yang samar memecah kesunyian, menggelitik telingaku. Sumpah, kedengarannya seperti suara hantu, tapi masa ada hantu?! Suara-suara itu kian semakin terdengar jelas, bulu kudukku berdiri.

Meskipun itu beneran hantu, aku yakin mereka akan takut karena aku selalu memakai gelang pengusir hantu yang diberikan Chongyun.

Sambil menyelubungi tubuh dengan selimut hingga menyerupai mantel, kupikir ada orang diluar jendela, mungkinkah itu Xiao? Tapi dia bilang dia sedang bertugas, tidak mungkin kan dia datang selarut ini hanya untuk menemuiku?

aku turun dari tempat tidur dan berjalan melintasi lantai kayu yang disinari cahaya bulan separuh. Aku ragu, bertanya-tanya apakah aku mengkhayalkan suara itu, aku mengangkat tirai dan melihat ke arah luar. Dari kamarku, aku dapat melihat jelas bahwa tidak ada siapapun diluar. Aku mengusap mataku beberapa kali, dan kembali berjalan ke ranjang.

Namun, suara itu terdengar lagi. Apa ini khayalanku? Tapi Geraman pelan dan bisikan terdengar jelas bahkan lebih jelas dan anehnya aku merasa dapat membaca maksudnya. Kau bukan miliknya, jadi dia tak bisa melindungimu.

Apa itu adalah khayalanku? Apa ini dampak karma? Padahal aku sudah meminum obatnya.

Malam itu aku benar-benar tidak bisa tidur dengan tenang.

Selama seminggu berikutnya, aku tak bisa berkonsentrasi saat bekerja, aku seolah mengawang-awang ketika berada di dapur dan hampir tak bisa membedakan antara garam dan gula. Yang bisa kupikirkan hanyalah suara bisikan yang sering menggangguku ketika akan tidur. Sungguh, aku bahkan tidak bisa tidur nyenyak selama seminggu ini. Perhatianku kembali tersentak ke dunia nyata, ketika Yanxiao berteriak karena aku hampir menumpahkan minyak panas ke tanganku sendiri.

"Luan, apa kau sedang sakit? Tidak apa biar aku yang masak. Nona Istirahat saja."

Tepat seperti yang kukira, aku merasa benar-benar tidak berguna. Selalu saja membuat masalah. Setelah pekerjaan ku selesai, Tepatnya ditengah hari.

Saat aku akan kembali ke kamar, aku merasa ada yang menarik rambutku lalu aku berbalik dan melihat Hu Tao berdiri di belakang, menatap jahil ke arahku. "Luan, apa kabar? Sekarang kau bekerja paruh waktu disini ya, kenapa tidak melanjutkan bisnis restoran mu lagi?"

Aku bahkan belum sempat menjawab ketika Hu Tao tersenyum lebar dan kembali bicara, "Mau nongkrong di rumahku ngga? Xiangling, Xingqiu dan Chongyun juga ada! Jadi bagaimana?"

Aku terdiam, sepertinya masih aneh untuk bertemu dengan Chongyun saat ini, aku takut dia berubah dan bukan Chongyun yang aku kenal lagi setelah aku menolaknya malam itu. Entah Bagaimana dia akan berubah, aku takut dia meretakkan persahabatan nyaman kami.

Hu Tao menyenggol sikuku. "Lihat." Dia menunjuk ke arah luar dan aku bisa melihat Xiangling tengah asyik mengobrol dengan kedua sahabatnya Xingqiu dan Chongyun. Apa aku bisa merasakan hal itu lagi? Rasanya semuanya menjadi canggung setelah semua kejadian sebelumnya. Chongyun melirikku sebentar kemudian cepat-cepat memalingkan pandangannya dan kembali mengobrol dengan kedua temannya, membuatku merasa tidak nyaman.

"Maaf, Hu Tao hari ini aku sibuk. Aku akan mencuci setumpuk pakaian kotor yang belum ku cuci selama sebulan." Aku beralasan, tapi memang itu kebenarannya. kupikir ini juga bisa menjadi alasan yang tepat untuk seorang Hu Tao.

Hu Tao memutar bola matanya, "Luan kau membosankan, baiklah kalau begitu. Tapi jika sudah selesai datang saja ya? Kami masih menunggu mu!" Gadis itu tersenyum lebar padaku dan berjalan kembali untuk berkumpul dengan teman-temannya diluar.

DEAR MY LIVING DEAD || XIAO魈 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang