CHAPTER 38 : TEMTATIONS

35 7 0
                                    

Sudut pandang orang ke tiga,

Xiao telah dipanggil oleh tuannya, Zhongli. Jadi dia tergesa-gesa pergi meninggalkan Wangshuu Iin saat itu dan tiba di tempat bernama Wangsheng Funeral Parlor. Perlu diketahu, setelah Zhongli memutuskan untuk menyamar sebagai manusia biasa dan menyembunyikan identitas yang sebenarnya dia bekerja sebagai konsultan Wangsheng Funeral Parlor yang dipimpin oleh pewaris muda, Hu Tao. Raut wajah Xiao menjadi semakin masam ketika melihat pria yang berada di samping Zhongli, Childe.

"Waaahh cepat sekali dia sampai."

"Tuan Zhongli." Xiao berlutut memberi hormat pada Zhongli, benar-benar menghiraukan perkataan pria yang satunya. "Yoo, kawanku. Kau benar-benar tidak menyapaku—" Childe tak sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Zhong menyela, "Bardirilah, Xiao." Balas Zhongli. Xiao mengangguk patuh, kemudian berdiri namun tetap menundukkan kepalanya. Sementara itu pemuda itu mengerucutkan bibirnya kesal karena di acuhkan begitu saja.

"Hei—"

Zhongli mulai bertanya benar-benar membuat Childe tidak dapat menyelesaikan perkataannya lagi, "Siapakah wanita muda yang mampu menggugah hati seorang Adeptus yang sengaja mengasingkan diri dari dunia?" Suasana menjadi hening untuk sesaat, melihat raut wajah Xiao yang terlihat tegang untuk sesaat, Zhongli terkekeh kecil kemudian berkata, "Aku hanya membuat sedikit lelucon sebelum menuju pembicaraan yang serius."

"Hei, jangan mengacuhkanku—"

"Nak, aroma mu sangat berbeda malam ini. Sejak kapan kau menggunakan parfum bunga sutra?" Kali ini, Zhongli benar-benar menganggap Childe seolah nyamuk yang numpang lewat. "Kau tau? Wajahnya merah padam hanya dengan pertanyaan mu." Balas Childe singkat dan datar, setelah melihat Xiao tidak punya alasan untuk diberitahukan pada tuannya, akhirnya pemuda itu dapat menyelesaikan kalimatnya.

"Lupakan saja, tadi siang kau di kendalikan oleh karma, apa yang terjadi?" Zhongli bertanya dengan ekspresi sangat serius, Xiao mengangguk kemudian menjawab perlahan, "Saya tidak tau kenapa, tapi tiba-tiba gelombang amarah menjerat saya ke dalam karma dan saya tidak tahu apa yang terjadi. Ketika saya kembali sadar... Seseorang ada di hadapan saya."

Zhongli bertanya lagi, "Apa seseorang itu, Luan?" Xiao mengangguk sebagai jawaban. Zhongli memegang dagu dengan tangannya, seperti sedang berpikir, kemudian dia berkata, "Bagaimana bisa kau kembali sadar ketika hampir tenggelam dalam kegelapan." Xiao menggeleng, sedikit menatap ke arah Zhongli dan kembali berkata, "Saya mendengar suara gadis itu memanggil-manggil nama saya, jadi saya mengikuti suaranya dan tiba-tiba saja kembali tersadar."

"Aaah, Luar biasa. Apakah itu yang dinamakan kekuatan dari cinta?" Seolah-olah tidak mau kehilangan momen, Childe menyela di tengah-tengah seriusnya percakapan.

Zhongli terkekeh kecil dia menggeleng kemudian membalik badan dan perlahan berjalan, "Saya mengajarimu banyak hal, tapi saya lupa mengajarimu tentang perasaan." Zhongli berkata, dia kembali menggumamkan kata-kata sastra, "Di atas samudra, hujan kian berusaha merubah rasa lautan. Di atas gunung, hujan berharap banjir di sungai membantunya di muara..." Pidato nya terhenti ketika dia melirik ke arah jendela yang di ambang nya terdapat setangkai bunga Glaze Lily yang belum mekar, senyumnya kian memudar dia kemudian menoleh menatap sang yaksha yang masih setia mendengarkannya dengan sabar, "Tetapi sia-sia, hujan ingatlah... Samudera telah berdamai dengan badainya, samudera bersenandung dengan pasang surutnya. Hujan, ribuan rintikmu tidak akan merubah rasanya..." Pidato nya terhenti dengan penekanan di akhir kalimat, Xiao bukan ahli sastra tapi entah mengapa dia paham dengan maksud kalimat yang di ungkapkan Zhongli.

Zhongli, kalau boleh jujur, dia adalah pria yang sudah terlena oleh cinta di masa lalu. Dia gagal melindungi sang pujaan hati yang harus mati ketika perang Archon. Kisah yang Xiao dongeng kan pada Luan kala itu, adalah kisah cinta antara Zhongli dan kekasihnya Guizhong dan bunga Glaze Lily adalah lambang cinta kedua insan tersebut. Sampai saat ini, kejadian itu membuat luka yang tidak bisa di sembuhkan dalam hati sang Archon Geo. Pidato sastra itu adalah puisi yang dibuat khusus oleh Zhongli demi mengenang mendiang Guizhong.

DEAR MY LIVING DEAD || XIAO魈 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang