CHAPTER 42 : GUYUN

40 6 0
                                    

Pegunungan batu yang megah dan sepi, di sini konon katanya merupakan tempat Rex Lapis menaklukan monster laut besar. Konon, orang-orang yang peka hatinya terkadang dapat mendengar irama aneh yang menggetarkan berasal dari dalam jurang samudra itu.

Luan Xie, seorang gadis yang tengah diburu oleh beberapa Fatui Harbinger melarikan diri ke dalam hutan batu Guyun itu bersama Xiao dan Scaramouche.

Saat itu matahari tampak jelas, semakin jauh dari pelupuk mata menandakan bulan akan segera menggantikan tugas matahari. Dan sang penerang terlihat semakin menjauh dari pandangan ketiga insan yang saat itu berada tepat di atas gunung batu yang menjulang tinggi di bawah samudra.

Tampak sinar jingga cerah bersinar membuat langit berwarna merah jingga, di langit, Burung-burung terlihat kontras dan tampak jelas berterbangan kesana kemari, dan angin yang terasa waktu itu sangat sejuk dan berhembus lumayan cepat. Bentukan siluet yang dihasilkan dari bayangan gunung batu lainnya, dan suara deburan ombak yang santai menambah syahdunya suasana sore itu. Tempat ini sangat sepi, nyaman dan aman bagi Luan, setidaknya untuk saat ini, hanya untuk saat ini.

Decihan dibuat oleh Scaramouche, membuat Luan dan Xiao menatap ke arahnya dengan tatapan aneh, "Tch, tugasku sampai disini saja. Aku akan pergi."
Luan yang mendengar pengakuan Scaramouche yang tiba-tiba itu sedikit terkejut, kepalanya bergulir ke samping dengan mata besarnya yang menatap polos ke arah pria itu, "Kuni-gege, setelah ini, kau akan pergi ke mana?"

"Itu bukan urusanmu, urus saja urusanmu sendiri, sudah mau mati tapi masih sibuk mengurusi hidup orang lain saja. Apa menurutmu dengan begitu kau akan mendapat pahala?" Balas pria yang bermulut anjing dengan ekspresi tak ramah yang sudah biasa dia lemparkan pada Luan. Gadis itu menundukkan kepalanya dan berkata lagi, "M-maafkan aku karena bertanya hal bodoh, K-kalau begitu terimakasih ya, Kuni-gege. karena sudah mau menolongku..."

Scaramouche berbalik dan berjalan pergi, namun seolah mengingat sesuatu dia berhenti dan dengan acuh tak acuh tanpa melirik ke belakang dia berkata, "Hey, aku serahkan gadis bodoh ini padamu, jika kau tidak mampu membahagiakannya di akhir hidupnya, kau akan mendapat akibatnya."

Xiao mengerutkan kening, menatap ke arahnya dengan ekspresi tidak senang terpampang jelas di wajah nya yang elok itu, "Siapa kau beraninya memberi perintah dan mengancam ku?"

Mendengar jawaban Xiao, Scaramouche menoleh ke belakang dengan raut wajah yang terlihat semakin masam, beruntungnya Luan peka terhadap keadaan, dia menghentikan percikan api yang akan menjadi awal mula perkelahian hebat diantara keduanya, "S-sudah hentikan, Kuni-gege kau pasti ada urusan lain yang lebih penting bukan? Aku pasti akan bahagia, aku berjanji."

"Tch, perkataanmu terdengar seperti mengusirku." Perkataan Luan memang benar, Scaramouche memang tidak bisa berlama-lama disini atau fatui akan curiga padanya, jadi dia melanjutkan perjalannya lagi. Namun sebelum dia pergi dia bergumam kecil, "Aku akan pergi ke Sumeru untuk menuntaskan misi. Mungkin ini terakhir kalinya kita bertemu, setelah misi ku selesai mungkin saja hidupmu sudah selesai juga."

Luan mengerucutkan bibir ranumnya itu sambil dia berlari ke arah Scaramouche dengan kaki kecil nya, tangannya terangkat lalu menggenggam erat lengan pria di depannya yang masih terdiam, perasaan sedih bercampur kesal yang ia rasakan tak mampu menghentikannya untuk berkata, "Terimakasih, kuni-gege! Selamat jalan, dan semoga perjalananmu baik-baik saja."

Gadis bodoh ini, selalu saja membalas kejahatan orang dengan kebaikan hati, benar-benar tidak bisa membedakan antara sindiran dan ucapan manis. Tapi itulah yang membuatnya berbeda dari makhluk fana lainnya, sehingga membuatku seperti ini, pikir Scaramouche.

Sementara Xiao masih berusaha untuk menahan emosinya, jadi dia menghela napas dan mengepalkan tangannya lagi lalu mendongak menatap langit dan menghembuskan napas pelan. Setelah Scaramouche pergi, Luan memalingkan pandangannya ke arah Xiao yang masih menatapnya lekat, manik matanya sangat terang dan indah, bahkan tak kalah indahnya dengan pemandangan senja kala itu, iris keemasannya dengan pupil burung itu, benar-benar membuat Luan tenggelam ke dalamnya. Luan terkekeh geli melihat ekspresi wajah Xiao, "Apanya yang lucu?" Xiao bertanya dengan raut wajah gelap, "Tidak ada, ngomong-ngomong apa kita akan bermalam di alam liar seperti ini?" Luan bertanya, Xiao menatap ke arahnya, perkataan gadis itu ada benarnya, dia kemudian memperhatikan sekeliling dan pandangannya terhenti ketika melihat dua batu yang teramat sangat besar, yang kedua sisinya saling menopang sehingga menyisakan celah di tengahnya, menjadikannya terlihat seperti gua.

DEAR MY LIVING DEAD || XIAO魈 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang