CHAPTER 22 : BE HONEST

45 12 5
                                    

----------------------------
"... I won't tell you that it's okay for you to die."
"... Aku tidak akan memberitahumu bahwa kamu boleh mati."
----------------------------


Setelah melihat kilas balik kisahnya, Luan tersadar kembali disebuah ruangan yang asing. Namun, ia melihat seorang gadis tengah memegangi erat lengannya sembari tertidur di tepian ranjang.

Siapa dia?

Luan tidak bermaksud membangunkan tidur nyenyak si gadis, hanya saja dia tiba-tiba meringis karena merasakan rasa sakit dari kepalanya yang masih menyiksanya itu. Sehingga membuat gadis yang tertidur ditepian ranjang kemudian membuka matanya perlahan, iris mata coklatnya menatap ke arah Luan tanpa berkedip, kemudian dia terduduk dan berseru, "Luan! Kau sudah sadar?!"

Luan mengangguk pelan dengan ekspresi kebingungan, gadis itu perlahan mendekat memperhatikannya selama beberapa saat kemudian tersenyum lebar, "Kau takut?" Katanya, Luan yang tidak mengerti hanya mengangguk kecil, membuat gadis itu tertawa dan menggeleng pelan, dengan santai dia berkata, "Aduh, kau melupakan teman terbaikmu dengan begitu mudahnya... itu menyakitkan, tau. Aku Hutao, Meski aku pengusaha peti mati, tapi aku tidak ingin membuatkan mu peti mati secepat itu, jadi jangan dulu mati ya!"

Luan membelalakkan matanya karena ke terus terangan yang diucapkan gadis yang bernama Hutao ini, benarkah dia temannya? Luan tau betul sih akhir-akhir ini dia sering sakit-sakitan tapi itu juga gak menandakan kalau Luan bakal mati lebih cepat, 'kan?

"Memangnya berapa lama aku pingsan?" Luan bertanya, Hutao menghitung hari dengan jarinya dan melirik ke arahnya, "sekitar 8 hari!" Dia menjawab dengan lantang dan jelas.

Apa?! Yang benar saja, lama sekali.

Tiba-tiba seseorang mendobrak pintu ruangan itu dengan keras, seorang gadis lainnya masuk dengan berlari menghampiri Luan, tanpa aba-aba langsung menampar wajah Luan dengan keras.

Luan terdiam memproses kejadian ini, memikirkan apa kesalahannya sehingga mendapat tamparan yang begitu keras dari gadis satu ini.

Tapi, gadis yang telah menamparnya itu kemudian memeluk tubuh Luan dengan erat dan meraung menangis dengan keras di pelukannya, dengan terbata-bata gadis itu bergumam, "J-jangan meninggalkanku... Aku... Aku juga tidak... Tidak mau kau pergi seperti Lui Xie! Kau... Kau yang... Tidak, kau sangat... Sangat berharga bagiku... Teman terbaikku... Karena itulah, karena itulah aku mohon padamu... Jangan... Jangan meninggalkan kami seperti itu lagi!"

Luan terdiam kaku tidak bisa berkata-kata, tidak ada yang bisa menyiapkan jawaban dari perkataan gadis itu.

Terlihat Chongyun dan Xingqiu menyusul dan masuk ke dalam ruangan, "Xiangling! Jangan-"

Tapi setelah melihatnya memeluk Luan, kedua pemuda itu terdiam. Sementara itu, Gadis sebelumnya yang menakut-nakuti Luan, Hutao. Juga ikutan menangis karena tidak bisa menahan kesedihannya.

Ruangan itu menjadi canggung dan hanya terdengar tangisan Xiangling dan Hutao yang sangat merindukan sahabatnya itu, Luan.

Beberapa menit kemudian, seseorang kembali masuk, terlihat orang itu bersurai hijau muda dan membawa ular putih di bahu nya, dia tinggi dan memakai kacamata, pria itu kemudian mendekat ke arah Luan dan memeriksanya.

"Syukurlah kau sudah sadar kembali. Dan kondisi tubuhmu, kurasa lebih baik." Katanya.

Pria itu adalah Baizhu seorang tabib yang terkenal di Liyue. Dan ruangan asing ini adalah rumah sakit? Jadi baizhu ini yang merawat Luan selama dia tak sadarkan diri? Tunggu, apakah benar dia pingsan selama itu?!

DEAR MY LIVING DEAD || XIAO魈 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang