CHAPTER 1 : MOONLIGHT

220 18 17
                                    

-----------------------------------

The first meeting between them, creates an unknown thread of destiny.

••••••

Pertemuan pertama diantara mereka, menciptakan sebuah benang takdir yang belum diketahui.

-----------------------------------

Sudut pandang Luan

"Oh archon selamatkan aku, selamatkan aku!"

Saat hilicurt itu akan menerjangku, aku menutup mataku. Terdengar suara tusukan. Semuanya hening, yang kuingat hanyalah suara logam seperti dering di telingaku. Tombak yang penuh darah dengan topeng yang memancarkan cahaya yang menakutkan.

"A-anu... Terima kasih."

Pria itu tidak menjawab dan berbalik untuk pergi, lalu aku menghentikannya, "T-tunggu! Jangan pergi, aku tersesat. Kumohon tolong aku!" Akhirnya pria itu menoleh ke arahku, terlihat topeng menyeramkan yang terpasang diwajahnya perlahan menghilang dan mendapati wajah rupawan dengan manik indah berwarna emas terang, pupil matanya tidak seperti manusia pada umumnya, itu terlihat seperti mata burung yang membuatku yakin bahwa seseorang di depanku bukan manusia.

"A-aku tinggal di penginapan Wangshu Iin.. tolong," kataku lirih, Pria itu mengulurkan tangannya, dengan gugup aku mengambil uluran tangan itu dan perlahan berdiri.

Kami sudah berada di balkon Wangshu Iin secepat mata berkedip. Tunggu- apa? apa ini? apa yang terjadi. Kepalaku sedikit pusing karna perpindahan tempat yang tiba-tiba itu. Aku terus memegangi kepalaku yang nyeri, menyadari bahwa pria tadi sudah menghilang entah kemana membuatku semakin tidak mengerti, aku berlari masuk kedalam kamarku.

Sudut pandang orang ketiga

Keesokkan harinya gadis itu kembali bekerja dan mencoba untuk tidak memikirkan peristiwa yang terjadi semalam. dengan berjualan di kedai, ia yakin akan mudah melupakannya.

Seperti biasa, kedai itu tidak pernah sepi pengunjung.

"Nona Luan! Aku pesan almond tofu 1 porsi ya"
"Nak Luan, aku ingin teh hijau hangat dengan dango manis"
"Nona Luan, Pesananku kenapa lama sekali?"
"Aku pesan 2 porsi almond tofu dengan tambahan susu ya"
"Nona Luan!"
"Luan, aku pesan"

Suara berisik dari pembeli selalu mengganggu Chongyun dan teman kutu bukunya Xingqiu.

Xingqiu yang sedang membaca mulai tak sabar, dan bergumam kecil "Oh ayolah berisik sekali, kenapa mereka tidak bisa memesan makanan dengan tenang?!" Congyun tersenyum kecil, lalu mengusap kecil punggung temannya yang tetap fokus dengan bukunya, "Bersabarlah kawan, sedikit lagi pesanan kita selesai." katanya.

Beberapa saat kemudian, terlihat Luan datang mengantarkan pesanan mereka berdua dengan terburu- buru, "Maaf membuat kalian menunggu lama!" sapa nya "Tidak masalah. Kok, restoran mu selalu ramai ya." Sahut Chongyun dengan senyum akrab, Luan mengangguk sembari tetap menahan senyuman lelahnya, kemudian berkata, "nikmati makanannya dan aku akan kembali memasak."

"Luan, tunggu!" teriak Chongyun menghentikan langkahnya "ada apa Chongyun?" Tanya Luan heran.

Chongyun menatap tajam ke arahnya selama beberapa saat, lalu bertanya, "Apakah... terjadi sesuatu denganmu semalam?" Pertanyaan congyun membuat Luan sedikit terkejut. bagaimana bisa? Kenapa congyun mengetahui kejadian semalam? Luan bertanya-tanya dalam pikirannya, memberi jeda sangat lama untuk menjawab sehingga Chongyun menyadarkannya, "Luan?"

DEAR MY LIVING DEAD || XIAO魈 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang