02. Transmigrasi? WTF!

1.4K 129 8
                                    

HAPPY READING!

"Tidak ada yang tidak mungkin. Semua hal dapat terjadi sekalipun hal yang menurut kita sangat tidak masuk akal."

⏳⏳⏳

"Shhh apa itu tadi? Nih kepala kenapa sakit mulu sih!" Zayyan terbangun setelah mendapatkan banyak ingatan-ingatan asing. Ia merasakan hal aneh pada tubuhnya. Seperti, bukan dirinya.

Cowok itu mengedarkan pandangan, masih dengan ruangan yang sama seperti sebelumnya. Dan sepi tentunya. Ini serius tidak ada satupun orang yang menemaninya?

"Gue harus mastiin ini semua." Zayyan harus memastikan perasaannya salah. Masa iya dia bertransmigrasi seperti di cerita-cerita fiksi itu. Nggak mungkin kan? Lagian ia hanya mendapat ingatan-ingatan tidak jelas saja. Bisa jadi itu hanya mimpi.

Zayyan berjalan perlahan menuju toilet di ruangan itu. Sesekali meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Apalagi tangannya yang sedang diinfus mempersulit pergerakannya.

Ia membuka pintu toilet dan berjalan menuju cermin. Zayyan diam. Cowok itu masih mencerna keadaan.

"Lah? Loh? I-ini gue?" Zayyan mengerutkan dahi berpikir keras. Memegangi wajahnya masih dengan ekspresi syok.

"Ini gue kan? Mukanya mirip kok. Tapi kok gue rasa lebih pendek sih, gue kan tinggi. Terus lebih putih? Terus ini apaan dah luka-luka banyak banget. Badan gue mulus ya!" Zayyan menggulung lengan baju rumah sakit sambil meneliti setiap kulit putihnya yang dihiasi luka.

"Ini kalau Bang Kean tau bisa ngamok kali ya." Zayyan meringis, menyentuh salah satu luka yang masih sedikit basah.

"Jadi ini gue beneran transgender?" Zayyan kembali kebingungan. "Eh bukan! Transmisi nggak si? Eh, transmigrasi anjir!" ralatnya heboh sendiri.

Kalau memang dia transmigrasi, kenapa pemilik tubuh ini tidak mendatanginya? Terus dia siapa? Kenapa muka mereka mirip ya walaupun sedikit sih. Mirip di mata sama bibir. Mirip banget malah.

"ZAYYAN!"

Panggilan kencang itu membuyarkan lamunan Zayyan. Apa tadi? Namanya tetap sama? Cowok itu bergegas keluar toilet. Dan betapa terkejutnya dia melihat seseorang di hadapannya. Matanya berkaca-kaca, bahkan bibirnya sudah bergetar ingin menangis.

"Bang Kean!" Zayyan berlari dan memeluk orang di depannya. "Gue kira kita nggak bakal ketemu lagi hiks. Lo dari mana aja gue sendirian dari tadi."

Zayyan terus mengoceh tanpa melihat orang yang dia peluk menatapnya tajam. "Lepas! Lepas sialan!" teriaknya mendorong kuat Zayyan hingga mundur beberapa langkah. Ia meringis karena infusnya sampai terlepas.

"Siapa Kean?! Dan sejak kapan saya mengijinkan kamu menyentuh saya ha?!"

Zayyan yang masih merasakan sakit di tubuhnya, mulai mendongak. Ingat, badan dia pendek. Memandang wajah cowok di depannya intens. Dia benar-benar abangnya kan? Mukanya sama, hanya saja yang sekarang terlihat menyeramkan, bukan lembut seperti biasanya. Zayyan tidak percaya apa yang baru saja ia dengar.

"M-maksudnya? Bang--"

"Sudah diam! Saya ingatkan sekali lagi, jangan pernah menghubungi keluarga yang lain untuk datang kesini. Percuma, tidak akan ada yang peduli! Nanti Bi Reni yang akan menjemputmu. Jadi cukup jadi anak yang penurut!"

Setelah mengucapkan hal yang menyakitkan itu, Zayyan ditinggalkan sendiri dengan rasa sakit di hatinya. Ia benar-benar tidak menyangka, apa yang sebenarnya terjadi? Bukankan itu Bang Kean? Di mana sikap lemah lembutnya? Di mana semua perhatian yang selalu abangnya berikan setiap melihat sedikit luka di badannya?

Zayyan's Different Life ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang